Sebuah Artikel Novel Yang Tak Pernah Selesai
gokilPadahal itu buku hampir selesai dan aku berniat
menerbitkannya walau judul buku tersebut agak kontroversi dan alur
ceritanya pun memang kontroversi.
Melanggar aturan penulisan bahkan
diluar tatanan fikiran budaya local. Tapi ya mau apalagi hanya segitu
mungkin kemampuan menulisku yang otodidak.
Jika buku tersebut masih
ada mungkin aku akan menuai kritik karena aku memberi judul buku
tersebut dengan title “ Iblis yang baik hati”. Dan sebagai
unek-unek dikala fikiranku amburadul aku ingin menulis kembali
apa-apa yang terlintas difikiranku. Walau mungkin hanya sebatas
facebook tulisanku ini dikenang.
Ini hanya cerita
pendek namun ku berharap setidaknya tulisan ini menjadi bagian dari
salah satu karyaku yang misterius dan amburadul. Seperti biasa.. baik
tulisan, puisi ataupun lukisan hasil karyaku memang terkesan sok
bermoral, namun apa yang kutulis adalah suatu kermunian dalam tanda
tanya, baiklah mungkin terdengar semakin membingungkan. Nah jika anda
suka membaca baiklah kita mulai.
Aku tak pantas untuknya
Akhirnya aku menuju ke rumah dengan berjalan kaki setelah kutinggalkan sepeda motor di bengkel tambal ban, tepat jam 3 siang terik dan perjalanan lumayan jauh namun terpaksa pulang karena aku lupa membawa tas yang berisi dompet dengan beberapa lembar uang sisa pembayaran pesanan install ulang laptop milik kenalan kemarin sore.
Ya beginilah resiko
bagi yang hobi memakai tas kemana-mana dengan sagala perlengkapan
pernak-perniknya, kalo kelupaan bawa efeknya jadi pusing sendiri. Panas
terik tak begitu aku perdulikan ya mungkin karena tak ada pilihan
lain.
Jalanan hiruk pikuk berdebu. Orang-orang lalu lalang diiringi bisingnya jalanan kota yang semakin padat, pandanganku lurus kedepan berusaha tak mengacuhkan keadaan namun setelah beberapa ratus meter aku menyinggahkan diri di sebuah halte bus niat ingin beristirahat sejenak.
Tak jauh dari tempatku singgah beberapa ekor burung gereja sedang asyik bercengkrama satu sama lain dengan kicau khasnya melompat dan berterbangan kesana kemari. Dan seperti biasanya entah mengapa aku terbawa dengan keriangan kicau burung jalanan hingga fikrian serasa lepas terbang melayang diudara hingga membawaku ke beberapa waktu yang silam. Dan perlahan-lahan aku mulai memasuki gerbang masa di beberapa bulan yang lalu.
Jalanan hiruk pikuk berdebu. Orang-orang lalu lalang diiringi bisingnya jalanan kota yang semakin padat, pandanganku lurus kedepan berusaha tak mengacuhkan keadaan namun setelah beberapa ratus meter aku menyinggahkan diri di sebuah halte bus niat ingin beristirahat sejenak.
Tak jauh dari tempatku singgah beberapa ekor burung gereja sedang asyik bercengkrama satu sama lain dengan kicau khasnya melompat dan berterbangan kesana kemari. Dan seperti biasanya entah mengapa aku terbawa dengan keriangan kicau burung jalanan hingga fikrian serasa lepas terbang melayang diudara hingga membawaku ke beberapa waktu yang silam. Dan perlahan-lahan aku mulai memasuki gerbang masa di beberapa bulan yang lalu.
DIANA
Sebut saja namanya auliya,.kira-kira umurnya sekitar diatas 30 tahunan namun masih terlihat sangat muda layaknya pemuda umur 25 tahun, aku mengenalnya saat aku bekerja sebagai kuli disuatu pertokoan dikota banda aceh beberapa bulan yang lalu.
Dia teman yang baru kukenal
namun sangat cepat akrab, mungkin karena sifatnya yang periang dan
tak pelit terus hal yang paling kusuka dari temanku yang satu ini
adalah sifatnya yang penyayang. Aku bisa lihat itu dari beberapa
kejadian, mulai nasi bungkus makan siangnya yang selalu dia sisain
sepotong ikan untuk kawanan kucing liar hingga memberi makan gratis
kepada 20 orang buruh bangunan yang lapar karena sang pemborong
proyek melarikan uang gaji pekerja, dan masih banyak hal-hal
mengagumkan lainnya dari diri kawanku ini.
Ianya tak sungkan-sungkan membantu orang lain baik yang dia kenal ataupun tidak padahal dianya sendiri bukanlah orang yang kaya raya namun hanya seorang tukang becak yang rumahnya pun hanya sebuah gubuk kecil!
Ianya tak sungkan-sungkan membantu orang lain baik yang dia kenal ataupun tidak padahal dianya sendiri bukanlah orang yang kaya raya namun hanya seorang tukang becak yang rumahnya pun hanya sebuah gubuk kecil!
Kadang-kadang aku
sering bergumam sendiri dalam hati bahwa kawanku ini adalah orang
yang langka, ya benar-benar langka disaat persaingan hidup semakin
keras yang mengakibatkan tingkat kegoisan meninggi serta lunturnya
kepedulian masyarakat terhadap sesama dia malah sebaliknya. Seperti
melawan arus, namun benar-benar konsisten melawan arus.
Sore itu aku pulang
sedikit cepat karena berhubung pekerjaan sudah selesai,kala itu
langit mendung dan aku khawatir kehujanan jika kupaksakan pulang
segera, ya aku menunggu sesaat di tepi jalan menunggu “mood”
untuk segera pulang kan datang.
Di kejauhan aku melihat auliya yang
sedang membawa becaknya berjalan ke arahku, segera kulambaikan tangan
meminta dia berhenti sesaat.
“Woi singgah..!!” Panggil ku spontan.
Dan auliya pun
segera menyinggahkan becaknya seraya tersenyum sambil berkata; “Waduh
maaf ya.. aku sedang bawa penumpang ni, aku antar dia dahulu nanti aku
balik lagi oke?” Tanya aulia.
Aku memang tak terlalu memperhatikan becaknya yang tertutupi terpal anti hujan dan ternyata ada penumpang didalamnya, aku jadi merasa tak enak telah menganggu perjalanan penumpangnya,
Dan sesaat
kemudian sesosok wajah cantik terlihat dari balik terpal becak,
perasaanku kenal.
Lantas sosok
dibalik becak tersenyum lebar sambil bertanya;” Ahmad kan? Ya ampun
item amat sekarang?”
“Iya kok tahu?
Perasaan kenal,, tapi siapa ya?” Aku bertanya-tanya keheranan
“Halah jangan
pura-pura lupa lah.. baru beberapa tahun udah lupa?”
“Jadi kalian udah
saling kenal?” Tiba-tiba si auliya nyelutuk
“Tunggu dulu.. aku
kenal tapi siapa ya?? Ingat orang gak ingat nama” Kataku masih
keheranan.
“Coba ingat-ingat
dulu hayo… atau begini aja kita singgah ke café sama2. Masa ketemu
teman lama gak da surprisenya?” Hehehe sipenumpang becak tertawa.
“Ya udah kita ke
café ****** aja” Kata Auliya.
“ Jadi Auliya
kenal juga sama ini?” Tanyaku penasaran
“Yeee.. kami emang
teman akrab.. ya udah berangkat kesana terus yuk, mumpung belum hujan”
si gadis misterius yang kulupa namanya kembali menyahut.
“Hmmm.. okelah yuk”
jawabku spontan.. berhubung saat inipun aku sedang tak ada kegiatan.
Dan kamipun segera beranjak. Disepanjang jalan menuju cafeteria aku masih berupaya mengingat2 siapa sebenarnya gadis itu. Aku benar-benar lupa namanya tapi wajahnya memang terlihat tak asing sama sekali. “Hadeuh belum tua aku dah pikun duluan” Gerutuku dalam hati.
Sesampainya di café
yang dimaksud auliya dan gadis tersebut segera memesan tempat dan aku
pun segera memesan toilet karena kebelet hehehe.
Sekembalinya dari
toilet akupun segera merapat ke meja yang telah dipesan, dan karena
aku type manusia yang tak suka rasa penasaran tanpa banyak basa-basi
langsung saja kutanyakan langsung pada gadis tersebut.
“ Jadi siapa
namamu? Penasaran ni”
“Hohoho kasihan
anak orang penasaran. Masih ingat gak yang dikejar-kejar monyet dulu
gara2 monyetnya terkejut suara petasan?” Tanya kembali gadis itu.
“Aku gak ingat
sama sekali”
“Yee.. belum tua
udah pikun! Diana.. yang di Ngo dulu”
“Diana..?
Diana.. diana..” Aku masih belum dapat ingat.
“Ingat gak? Parah
ni anak orang” Ucap Diana sambil tertawa.
“Ooohhh… Dianaaa!!
Ya ya aku ingat sekarang hahahah” Somplak!! Aku baru ingat
“Beuh… udah ingat
kan? Hihihii,.”
“Terus sama si
auliya sejak kapan kenalnya?” tanyaku
“Sejak SMA dulu
kami udah kenal.. dia pernah nembak aku soalnya” Balas Diana sambil
melirik genit ke arah Auliya dan sementara Auliya hanya tersenyum
malu-maluin hehehe.
“Oooh… jadi
emangnya tadi kalian mau kemana?” Tanyaku lagi.
“Ah cuma mau ke
tempat kerja aja”
“Emangnya sekarang
kerja dimana Diana?”
“Banyak tanya
ah… itulah kamu efek kelamaan ngejomblo tu” Jawab Diana sambil
tertawa, sementara auliya Cuma manggut-manggut sambil senyum-senyum.
Ya aku tahu persis kalo si auliya ini memang sering banyak diam jika
berhadapan dengan cewek dan aku juga tahu dia naksir habis-habisan
kepada Diana. Aku tahu dari cara duduknya dan bahasa tubuhnya, tak
sia-sialah selama ini aku belajar tehnik membaca isi hati lewat
bahasa tubuh heheheh.
Pembicaraan kami
berlanjut dengan seru, memulai mengingat kembali masa-masa tanggap
darurat tsunami saat bekerja di sebuah Ngo dulu dengan segala
problematikanya. Ya aku ingat semasa di Ngo dulu aku bekerja dibagian
logistik sementara diana dan beberapa orang lainnya di seksi
sub-logistik termasuk urusan dapur dan serba-serbinya.
Hmm diam-diam
aku memperhatikan sepertinya ada satu hal yang mengganjal dihatiku
karena sosok Diana yang kukenal dulu adalah sosok seorang gadis yang
sangat islami, berjilbab panjang, ilmunya luas dan tutur bahasanya baik
dan halus. Namun sekarang busananya sangat menor dan sangat menarik
perhatian.
Wajar saja dari tadi kuperhatikan banyak para lelaki di
kafe ini mencuri-curi pandang kepadanya terlebih lagi Diana memang
seorang gadis yang cantik rupawan. Mungkin perubahan yang drastis ini
yang membuatku lupa akan namanya.
Kami terus
berbincang-bincang hingga matahari yang tertutup mendung menunjukkan
sesaat lagi akan mendekati senja, sebelum berpisah kami sempat berbagi
nomor hape dan akun facebook kemudian kamipun bubar. Aku pamit untuk
pulang sementara Auliya mengantarkan Diana ketempatnya bekerja.
Keesokan malamnya
selesai isya aku menelfon auliya untuk mengajaknya makan soto solo
dikawasan lampriek banda aceh kota. Ya karena memang sudah menjadi
tradisi jika diantara kami ada yang mendapat kemudahan rezeki maka
wajib saling mentraktir makan malam, lagipula saat itu aku memang
baru cair ongkos pekerjaan.
Singkat cerita makan malam pun sudah
selesai dan sambil menunggu proses pencernaan di perut maka kamipun
duduk2 sesaat dan tak sungkan aku memulai pembicaraan langsung kearah
ranah pribadi temanku ini hehehe.
“Ol..” aku biasa
memanggilnya dengan sebutan ol.
“Kalo aku
perhatikan pertemuan kita di café kemarin tu kayaknya ente ada
perasaan dah sama si Diana?” Aku bertanya sehalus mungkin sambil
senyum-senyum. Karena aku tahu kawanku ini sangat pemalu jika
berurusan dengan yang namanya perempuan.
“Ah.. sok tahu ente
mad” Ketus Auliya
“Ya kalo suka
bilang aja ol.. dan kalo memang cukup rezeki lamar aja terus! Kalo
perlu aku yang lamarin buat ente hehehe”.
Auliya tidak
merespon ucapanku, pandangannya seolah2 ingin mengalihkan
pembicaraan. Terlihat mimic wajahnya dipenuhi rasa salah
tingkah, gugup dan mungkin pun panik.
“Ol.. jujur
sajalah, rasa cinta itu sah-sah saja. Wajahmu ganteng dan diapun
cantik.. nah kalian berdua memang klop kayak pantai dan lautan”
“Iya kalo dia mau
sama aku, kalo gak?” Auliya mulai merespon
“Jiah.. gimana mau
menang jika bertanding saja belum? Kalah menang itu biasa ol.
Semangat!!”
“Entahlah mad”
“Atau gini aja,
gimana kalo aku yang urus? Sip wak?” ujarku makin semangat
“Terserah ente aja
lah”
“Lah? Kok
terserah? Ntar kalo Diana diambil sama orang duluan ente nyesal
gimana?”
“iya juga
ya.. hehehehe” Akhirnya mulai mikir juga ni si auliya.. ini anak kalo
ga didorong kayaknya sampai kapanpun tak akan berani. Fikirku saat
itu. Lantas akupun mulai membahas skenario ungkapan perasaan seorang
auliya hasil rancanganku sendiri. Sementara auliya mengiyakan saja
apa yang kukatakan karena diapun kelihatan sangat gugup padahal aku
tahu sangat ini anak dalam hatinya menggebu-gebu. Intinya malam itu
aku sah diangkat menjadi mak comblang.
Lompat ke malam
selanjutnya.
“Bang,, milo
hangat ya” pesanku pada pelayan warung kopi yang menyediakan akses
internet wifi di sekitaran simpang lamlagang yang memang tak jauh
dari tempat tinggalku. Laptop segera kubuka dan setelah wifi
terkoneksi browser langsung kuarahkan ke media social ternama
sejagad, yup facebook dot com. Setelah membaca beberapa pemberitahuan
dan pesan serta beberapa komentar tak lama kemudian milo hangat yang
kupesan pun tiba. Misiku malam ini bukanlah merusak website-website
yang kuanggap tidak baik seperti yang biasa aku lakukan tapi misi
malam ini lain daripada yang lain yakni mencarikan jodoh buat
sahabatku hohohoho. Lalu aku mulai mengirim pesan ke facebook Diana
yang baru saja aku add dua hari yang lalu. Gayungpun bersambut
ternyata orang yang dimaksud memang sedang online.
“Buk Diana ini aku
ahmad.. masa belum dikonfirmasi? Udah lupa?” Tanyaku
“Hahhaha maaf maaf
habis namamu aneh, darimana dapat ide nama rumput?” Balas Diana
“Wah itu ceritanya
panjang sangat.. gak selesai dibahas sampe kapanpun haahha :v”
“Hahah gimana
kabar ahmad?”
“Baik buk.. ibuk
gimana?”
“Hah dari tadi
manggil ibuk ibuk terus memangnya ana udah jadi ibu-ibu apa?”
“Xixiixixixi enak
aja manggil ibuk gitu, buk btw boleh tanya gak?” Aku mulai to the
point.
“Tentang apa
emangnya?”
“Udah punya calon
belum?”
“Hahahah kok tanya
tanya calon? Naksir ya?”
“Hadeuh bukan gitu
buk, tapi ada seseorang yang ingin serius sama ibuk Diana :D”
“Halah bilang aja Ahmad yang naksir
:p”
“Jiah,, bukan buk tapi someone special
heheheh :D”
“Siapa?”
“Siapa lagi kalo bukan……..”
“Ih buat orang penasaran.. siapa?”
“Adaaaa laaah hahahaha :v”
“Ayolah bilang aja”
“Males ah.. tak usah kubilang tapi
baiknya ketemuan langsung aja gimana?” Diana kemudian diam tak
membalas.
Lantas tiba-tiba handphone ku berdering
dan tertera dengan jelas di layar hapeku nama Diana. Haaa dia pasti
penasaran amat hingga langsung main telpon, dan tanpa menunggu lama
aku memencet tombol call.
“Halo assalamualaikum” ucapku
“Waalaikumsalam, hey itu siapa yang Ahmad maksud?” Tanpa basa-basi diana langsung menyerbuku dengan
pertanyaan penasarannya.
“Gini ja diana…. kayaknya kalo saya
bilang langsung ntar bukan surprise namanya”
“Kok surprise sih? Kenal aja gak!”
“Ya tentunya kan akan seru kalo Diana
tahu saat pertemuan, konon ini pemuda memang ngefans amat sama kamu
na. Orangnya keren dan dia serius. Katanya kalo Diana mau dia siap
untuk segera melanjutkan ke mahligai pernikahan” Aku menjelaskan
panjang lebar.
“Hahahaha.. belum apa-apa kok langsung
bicara nikah? Gak salah tu?”
“Jiah gak percaya, ini beneran na”
“Gak usah aja ya mad, ana males
ketemuan”
“Ya itu terserah Diana laah.. tapi kan
apa rasanya gimanaa gitu saat orang yang sudah lama memendam rasa ama Diana tapi Diana sendiri males ketemu heheheh”
“Hmm iya juga sih… hmmm.. Ahmad suruh
datang aja besok ke café tempat kemarin dulu kita duduk, kebetulan
ana juga besok ada acara perayaan kecil ulang tahun teman ana”
“Sip dah na ahahhaa… jam berapa?”
“Hmm sekitar jam tiga sore”
“Oke na.. ya udah kalo gitu selamat
malam aja na”
“Selamat malam juga Ahmad.
Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam” Jawabku dan
telfonpun ditutup.
tidak selesai..........................................................................................................................