Sebuah Artikel Novel Yang Tak Pernah Selesai

Sebuah Artikel Novel Yang Tak Pernah Selesai

Novel yang tak selesai ehehhe

Sakit.. ya memang sangat sakit mengingat kembali ke era tahun 2010. Buku yang kuketik dengan menghabiskan waktu yang tak sedikit akhirnya punah akibat hardisk terformat.

Padahal itu buku hampir selesai dan aku berniat menerbitkannya walau judul buku tersebut agak kontroversi dan alur ceritanya pun memang kontroversi.

Melanggar aturan penulisan bahkan diluar tatanan fikiran budaya local. Tapi ya mau apalagi hanya segitu mungkin kemampuan menulisku yang otodidak.

Jika buku tersebut masih ada mungkin aku akan menuai kritik karena aku memberi judul buku tersebut dengan title “ Iblis yang baik hati”. Dan sebagai unek-unek dikala fikiranku amburadul aku ingin menulis kembali apa-apa yang terlintas difikiranku. Walau mungkin hanya sebatas facebook tulisanku ini dikenang.

Ini hanya cerita pendek namun ku berharap setidaknya tulisan ini menjadi bagian dari salah satu karyaku yang misterius dan amburadul. Seperti biasa.. baik tulisan, puisi ataupun lukisan hasil karyaku memang terkesan sok bermoral, namun apa yang kutulis adalah suatu kermunian dalam tanda tanya, baiklah mungkin terdengar semakin membingungkan. Nah jika anda suka membaca baiklah kita mulai.

Aku tak pantas untuknya


Akhirnya aku menuju ke rumah dengan berjalan kaki setelah kutinggalkan sepeda motor di bengkel tambal ban, tepat jam 3 siang terik dan perjalanan lumayan jauh namun terpaksa pulang karena aku lupa membawa tas yang berisi dompet dengan beberapa lembar uang sisa pembayaran pesanan install ulang laptop milik kenalan kemarin sore.

Ya beginilah resiko bagi yang hobi memakai tas kemana-mana dengan sagala perlengkapan pernak-perniknya, kalo kelupaan bawa efeknya jadi pusing sendiri. Panas terik tak begitu aku perdulikan ya mungkin karena tak ada pilihan lain.

Jalanan hiruk pikuk berdebu. Orang-orang lalu lalang diiringi bisingnya jalanan kota yang semakin padat, pandanganku lurus kedepan berusaha tak mengacuhkan keadaan namun setelah beberapa ratus meter aku menyinggahkan diri di sebuah halte bus niat ingin beristirahat sejenak.

Tak jauh dari tempatku singgah beberapa ekor burung gereja sedang asyik bercengkrama satu sama lain dengan kicau khasnya melompat dan berterbangan kesana kemari. Dan seperti biasanya entah mengapa aku terbawa dengan keriangan kicau burung jalanan hingga fikrian serasa lepas terbang melayang diudara hingga membawaku ke beberapa waktu yang silam. Dan perlahan-lahan aku mulai memasuki gerbang masa di beberapa bulan yang lalu.


DIANA

Sebut saja namanya auliya,.kira-kira umurnya sekitar diatas 30 tahunan namun masih terlihat sangat muda layaknya pemuda umur 25 tahun, aku mengenalnya saat aku bekerja sebagai kuli disuatu pertokoan dikota banda aceh beberapa bulan yang lalu.

Dia teman yang baru kukenal namun sangat cepat akrab, mungkin karena sifatnya yang periang dan tak pelit terus hal yang paling kusuka dari temanku yang satu ini adalah sifatnya yang penyayang. Aku bisa lihat itu dari beberapa kejadian, mulai nasi bungkus makan siangnya yang selalu dia sisain sepotong ikan untuk kawanan kucing liar hingga memberi makan gratis kepada 20 orang buruh bangunan yang lapar karena sang pemborong proyek melarikan uang gaji pekerja, dan masih banyak hal-hal mengagumkan lainnya dari diri kawanku ini.

Ianya tak sungkan-sungkan membantu orang lain baik yang dia kenal ataupun tidak padahal dianya sendiri bukanlah orang yang kaya raya namun hanya seorang tukang becak yang rumahnya pun hanya sebuah gubuk kecil!

Kadang-kadang aku sering bergumam sendiri dalam hati bahwa kawanku ini adalah orang yang langka, ya benar-benar langka disaat persaingan hidup semakin keras yang mengakibatkan tingkat kegoisan meninggi serta lunturnya kepedulian masyarakat terhadap sesama dia malah sebaliknya. Seperti melawan arus, namun benar-benar konsisten melawan arus.

Sore itu aku pulang sedikit cepat karena berhubung pekerjaan sudah selesai,kala itu langit mendung dan aku khawatir kehujanan jika kupaksakan pulang segera, ya aku menunggu sesaat di tepi jalan menunggu “mood” untuk segera pulang kan datang.

Di kejauhan aku melihat auliya yang sedang membawa becaknya berjalan ke arahku, segera kulambaikan tangan meminta dia berhenti sesaat.

“Woi singgah..!!” Panggil ku spontan.

Dan auliya pun segera menyinggahkan becaknya seraya tersenyum sambil berkata; “Waduh maaf ya.. aku sedang bawa penumpang ni, aku antar dia dahulu nanti aku balik lagi oke?” Tanya aulia.

Aku memang tak terlalu memperhatikan becaknya yang tertutupi terpal anti hujan dan ternyata ada penumpang didalamnya, aku jadi merasa tak enak telah menganggu perjalanan penumpangnya,
Dan sesaat kemudian sesosok wajah cantik terlihat dari balik terpal becak, perasaanku kenal.
Lantas sosok dibalik becak tersenyum lebar sambil bertanya;” Ahmad kan? Ya ampun item amat sekarang?”
“Iya kok tahu? Perasaan kenal,, tapi siapa ya?” Aku bertanya-tanya keheranan
“Halah jangan pura-pura lupa lah.. baru beberapa tahun udah lupa?”
“Jadi kalian udah saling kenal?” Tiba-tiba si auliya nyelutuk
“Tunggu dulu.. aku kenal tapi siapa ya?? Ingat orang gak ingat nama” Kataku masih keheranan.
“Coba ingat-ingat dulu hayo… atau begini aja kita singgah ke café sama2. Masa ketemu teman lama gak da surprisenya?” Hehehe sipenumpang becak tertawa.
“Ya udah kita ke café ****** aja” Kata Auliya.
“ Jadi Auliya kenal juga sama ini?” Tanyaku penasaran
“Yeee.. kami emang teman akrab.. ya udah berangkat kesana terus yuk, mumpung belum hujan” si gadis misterius yang kulupa namanya kembali menyahut.
“Hmmm.. okelah yuk” jawabku spontan.. berhubung saat inipun aku sedang tak ada kegiatan.

Dan kamipun segera beranjak. Disepanjang jalan menuju cafeteria aku masih berupaya mengingat2 siapa sebenarnya gadis itu. Aku benar-benar lupa namanya tapi wajahnya memang terlihat tak asing sama sekali. “Hadeuh belum tua aku dah pikun duluan” Gerutuku dalam hati.

Sesampainya di café yang dimaksud auliya dan gadis tersebut segera memesan tempat dan aku pun segera memesan toilet karena kebelet hehehe.

Sekembalinya dari toilet akupun segera merapat ke meja yang telah dipesan, dan karena aku type manusia yang tak suka rasa penasaran tanpa banyak basa-basi langsung saja kutanyakan langsung pada gadis tersebut.

“ Jadi siapa namamu? Penasaran ni”
“Hohoho kasihan anak orang penasaran. Masih ingat gak yang dikejar-kejar monyet dulu gara2 monyetnya terkejut suara petasan?” Tanya kembali gadis itu.
“Aku gak ingat sama sekali”
“Yee.. belum tua udah pikun! Diana.. yang di Ngo dulu”
“Diana..? Diana.. diana..” Aku masih belum dapat ingat.
“Ingat gak? Parah ni anak orang” Ucap Diana sambil tertawa.
“Ooohhh… Dianaaa!! Ya ya aku ingat sekarang hahahah” Somplak!! Aku baru ingat
“Beuh… udah ingat kan? Hihihii,.”
“Terus sama si auliya sejak kapan kenalnya?” tanyaku
“Sejak SMA dulu kami udah kenal.. dia pernah nembak aku soalnya” Balas Diana sambil melirik genit ke arah Auliya dan sementara Auliya hanya tersenyum malu-maluin hehehe.
“Oooh… jadi emangnya tadi kalian mau kemana?” Tanyaku lagi.
“Ah cuma mau ke tempat kerja aja”
“Emangnya sekarang kerja dimana Diana?”
“Banyak tanya ah… itulah kamu efek kelamaan ngejomblo tu” Jawab Diana sambil tertawa, sementara auliya Cuma manggut-manggut sambil senyum-senyum. Ya aku tahu persis kalo si auliya ini memang sering banyak diam jika berhadapan dengan cewek dan aku juga tahu dia naksir habis-habisan kepada Diana. Aku tahu dari cara duduknya dan bahasa tubuhnya, tak sia-sialah selama ini aku belajar tehnik membaca isi hati lewat bahasa tubuh heheheh.

Pembicaraan kami berlanjut dengan seru, memulai mengingat kembali masa-masa tanggap darurat tsunami saat bekerja di sebuah Ngo dulu dengan segala problematikanya. Ya aku ingat semasa di Ngo dulu aku bekerja dibagian logistik sementara diana dan beberapa orang lainnya di seksi sub-logistik termasuk urusan dapur dan serba-serbinya.

Hmm diam-diam aku memperhatikan sepertinya ada satu hal yang mengganjal dihatiku karena sosok Diana yang kukenal dulu adalah sosok seorang gadis yang sangat islami, berjilbab panjang, ilmunya luas dan tutur bahasanya baik dan halus. Namun sekarang busananya sangat menor dan sangat menarik perhatian.

Wajar saja dari tadi kuperhatikan banyak para lelaki di kafe ini mencuri-curi pandang kepadanya terlebih lagi Diana memang seorang gadis yang cantik rupawan. Mungkin perubahan yang drastis ini yang membuatku lupa akan namanya.

Kami terus berbincang-bincang hingga matahari yang tertutup mendung menunjukkan sesaat lagi akan mendekati senja, sebelum berpisah kami sempat berbagi nomor hape dan akun facebook kemudian kamipun bubar. Aku pamit untuk pulang sementara Auliya mengantarkan Diana ketempatnya bekerja.
Keesokan malamnya selesai isya aku menelfon auliya untuk mengajaknya makan soto solo dikawasan lampriek banda aceh kota. Ya karena memang sudah menjadi tradisi jika diantara kami ada yang mendapat kemudahan rezeki maka wajib saling mentraktir makan malam, lagipula saat itu aku memang baru cair ongkos pekerjaan.

Singkat cerita makan malam pun sudah selesai dan sambil menunggu proses pencernaan di perut maka kamipun duduk2 sesaat dan tak sungkan aku memulai pembicaraan langsung kearah ranah pribadi temanku ini hehehe.

“Ol..” aku biasa memanggilnya dengan sebutan ol.
“Kalo aku perhatikan pertemuan kita di café kemarin tu kayaknya ente ada perasaan dah sama si Diana?” Aku bertanya sehalus mungkin sambil senyum-senyum. Karena aku tahu kawanku ini sangat pemalu jika berurusan dengan yang namanya perempuan.
“Ah.. sok tahu ente mad” Ketus Auliya
“Ya kalo suka bilang aja ol.. dan kalo memang cukup rezeki lamar aja terus! Kalo perlu aku yang lamarin buat ente hehehe”.
Auliya tidak merespon ucapanku, pandangannya seolah2 ingin mengalihkan pembicaraan. Terlihat mimic wajahnya dipenuhi rasa salah tingkah, gugup dan mungkin pun panik.
“Ol.. jujur sajalah, rasa cinta itu sah-sah saja. Wajahmu ganteng dan diapun cantik.. nah kalian berdua memang klop kayak pantai dan lautan”
“Iya kalo dia mau sama aku, kalo gak?” Auliya mulai merespon
“Jiah.. gimana mau menang jika bertanding saja belum? Kalah menang itu biasa ol. Semangat!!”
“Entahlah mad”
“Atau gini aja, gimana kalo aku yang urus? Sip wak?” ujarku makin semangat
“Terserah ente aja lah”
“Lah? Kok terserah? Ntar kalo Diana diambil sama orang duluan ente nyesal gimana?”
“iya juga ya.. hehehehe” Akhirnya mulai mikir juga ni si auliya.. ini anak kalo ga didorong kayaknya sampai kapanpun tak akan berani. Fikirku saat itu. Lantas akupun mulai membahas skenario ungkapan perasaan seorang auliya hasil rancanganku sendiri. Sementara auliya mengiyakan saja apa yang kukatakan karena diapun kelihatan sangat gugup padahal aku tahu sangat ini anak dalam hatinya menggebu-gebu. Intinya malam itu aku sah diangkat menjadi mak comblang.
Lompat ke malam selanjutnya.

“Bang,, milo hangat ya” pesanku pada pelayan warung kopi yang menyediakan akses internet wifi di sekitaran simpang lamlagang yang memang tak jauh dari tempat tinggalku. Laptop segera kubuka dan setelah wifi terkoneksi browser langsung kuarahkan ke media social ternama sejagad, yup facebook dot com. Setelah membaca beberapa pemberitahuan dan pesan serta beberapa komentar tak lama kemudian milo hangat yang kupesan pun tiba. Misiku malam ini bukanlah merusak website-website yang kuanggap tidak baik seperti yang biasa aku lakukan tapi misi malam ini lain daripada yang lain yakni mencarikan jodoh buat sahabatku hohohoho. Lalu aku mulai mengirim pesan ke facebook Diana yang baru saja aku add dua hari yang lalu. Gayungpun bersambut ternyata orang yang dimaksud memang sedang online.

“Buk Diana ini aku ahmad.. masa belum dikonfirmasi? Udah lupa?” Tanyaku
“Hahhaha maaf maaf habis namamu aneh, darimana dapat ide nama rumput?” Balas Diana
“Wah itu ceritanya panjang sangat.. gak selesai dibahas sampe kapanpun haahha :v”
“Hahah gimana kabar ahmad?”
“Baik buk.. ibuk gimana?”
“Hah dari tadi manggil ibuk ibuk terus memangnya ana udah jadi ibu-ibu apa?”
“Xixiixixixi enak aja manggil ibuk gitu, buk btw boleh tanya gak?” Aku mulai to the point.
“Tentang apa emangnya?”
“Udah punya calon belum?”
“Hahahah kok tanya tanya calon? Naksir ya?”
“Hadeuh bukan gitu buk, tapi ada seseorang yang ingin serius sama ibuk Diana :D”
“Halah bilang aja Ahmad yang naksir :p”
“Jiah,, bukan buk tapi someone special heheheh :D”
“Siapa?”
“Siapa lagi kalo bukan……..”
“Ih buat orang penasaran.. siapa?”
“Adaaaa laaah hahahaha :v”
“Ayolah bilang aja”
“Males ah.. tak usah kubilang tapi baiknya ketemuan langsung aja gimana?” Diana kemudian diam tak membalas.

Lantas tiba-tiba handphone ku berdering dan tertera dengan jelas di layar hapeku nama Diana. Haaa dia pasti penasaran amat hingga langsung main telpon, dan tanpa menunggu lama aku memencet tombol call.

“Halo assalamualaikum” ucapku
“Waalaikumsalam, hey itu siapa yang Ahmad maksud?” Tanpa basa-basi diana langsung menyerbuku dengan pertanyaan penasarannya.
“Gini ja diana…. kayaknya kalo saya bilang langsung ntar bukan surprise namanya”
“Kok surprise sih? Kenal aja gak!”
“Ya tentunya kan akan seru kalo Diana tahu saat pertemuan, konon ini pemuda memang ngefans amat sama kamu na. Orangnya keren dan dia serius. Katanya kalo Diana mau dia siap untuk segera melanjutkan ke mahligai pernikahan” Aku menjelaskan panjang lebar.
“Hahahaha.. belum apa-apa kok langsung bicara nikah? Gak salah tu?”
“Jiah gak percaya, ini beneran na”
“Gak usah aja ya mad, ana males ketemuan”
“Ya itu terserah Diana laah.. tapi kan apa rasanya gimanaa gitu saat orang yang sudah lama memendam rasa ama Diana tapi Diana sendiri males ketemu heheheh”
“Hmm iya juga sih… hmmm.. Ahmad suruh datang aja besok ke café tempat kemarin dulu kita duduk, kebetulan ana juga besok ada acara perayaan kecil ulang tahun teman ana”
“Sip dah na ahahhaa… jam berapa?”
“Hmm sekitar jam tiga sore”
“Oke na.. ya udah kalo gitu selamat malam aja na”
“Selamat malam juga Ahmad. Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam” Jawabku dan telfonpun ditutup.

tidak selesai..........................................................................................................................