Puisi Rumput Dan Kerikil
puisi
Aku ingin bertanya, apakah awan merah
senja sering bercermin diatas permukaan air danau?
Aku juga ingin tahu, apakah setelah
senja berlabuh suara burung-burung malam pasti akan tiba?
Jawablah tanyaku sekehendak hatimu.
Karena aku hanya ingin mengganggumu,
Agar kau tidak terus duduk termangu di jendela menanti seseorang yang di harapkan muncul di balik kabut gulita yang tak berujung, dan tak pernah pasti.
Agar kau tidak terus duduk termangu di jendela menanti seseorang yang di harapkan muncul di balik kabut gulita yang tak berujung, dan tak pernah pasti.
Dan jangan hiraukan suara malam yang
merayu purnama untuk rela membasahi pipi dengan air mata.
Wahai bayang bayang pucuk cemara,
Biarkan saja awan-awan lalu lalang di
keheningan malam berbintang
Dan acuhkan nyanyian burung hantu yang
menyayat hati
Mari berbincang tentang rerumputan yang
berbunga.
Karena sesaat lagi hujan kan turun,
lantas kita akan menari menyempurnakan sepi malam ini
Aku akan menceritakan padamu,
Tentang rerumputan itu,
Yang bergelombang tertiup angin, dimana celah-celahnya para kerikil berwarna-warni bersumpah setia mendampinginya.
Yang bergelombang tertiup angin, dimana celah-celahnya para kerikil berwarna-warni bersumpah setia mendampinginya.
Tak pernah mereka menuntut untuk
menjadi pepohonan cemara dan pegunungan lembah berkabut cendana.
Karena cukuplah taqdirNya sebagai jalan yang menuntun untuk sampai di negeri dimana tiada lagi kesedihan dan duka.
Legenda Rumput Dan Kerikil - 2014