Tulisan Yang Tidak Bermanfaat Tentang Persahabatan

Tulisan Yang Tidak Bermanfaat Tentang Persahabatan

Tulisan yang tidak bermanfaat

Kisah Singkat Persahabatan


Mungkin sore itu sedikit unik karena burung-burung camar lebih mendiamkan diri di tepian pantai dibandingkan seperti biasanya mereka bermain di atas percikan ombak menunggu senja merah tiba, hal yang selalu sama yakni pucuk-pucuk cemara selalu melambai tak perduli sore atau senja padahal bisa saja ada orang yang bosan dengan lambaiannya heheh.

Kakiku perlahan melangkah menelusuri tepian pantai yg jika kuperhatikan seperti jalan besar yang menuju ke satu arah, pasir putih itu menyelimuti sandal yang kupakai sehingga terkadang rasanya bagai digelitiki ribuan semut, atau mungkin kakiku yang kesemutan? Tapi itu tak mungkin!

Toh dari tadi aku terus berjalan sendirian dan entah berapa kilometer sudah aku pun tak tahu. Nah kan tak mungkin kaki bisa kesemutan sedangkan ianya terus bergerak, atau jangan-jangan otakku yang mulai kesemutan hadeuh -_-.

Well.. langit jingga mulai terlihat samar-samar di ufuk barat, beberapa daun berterbangan di celah-celah pasir. Kadang-kadang kepiting pasir terlihat melarikan diri sewaktu aku mendekat padahal sebelumnya aku perhatikan beberapa kepiting pasir sedang sibuk bekerja menggali lubang untuk keperluan rumah tangga instan ala kepiting. Yeah crap..!!! Dasar kepiting..!! Woi kepiting.. Larilah.. Lariii!!!

Ya kadang-kadang aku memang sering berfikir agak bego, walaupun jika hendak dikata jujur aku memang bego. Ya iyalah bego! Masa sama kepiting pun direspon berlebihan.. Preeet EGP ah..!

Lama kelamaan tepian pantai ini terlihat berkabut, riuh ombak masih sesuatu banget yah.. Hahahaha. Ya sudahlah sepertinya duduk sesaat di atas pasir sambil memandang lautan mungkin bisa mengurangi lelah dan panik, lalu kenapa aku panik?

Aku panik karena teman yang merangkap sebagai juru foto pribadiku tertinggal sekitar 200 meter dibelakang sedang asyik mencungkil-cungkil sesuatu didalam pasir, entah apa yang dia cari. Halah paling-paling cuma cari sandal bekas yang terkubur didalam pasir dan berharap siapa tahu itu sandal bekas milik si yahudi jendral kohler yang dulu tewas tertembak pada masa perang aceh tempo dulu. 

Kan lumayan sandalnya bisa dilelang trus uangnya bisa shopping seperti tante-tante yang sering suntuk karena suaminya hobi selingkuh dan bla la bla. Damn..!! Fikiranku kacau benar ckckckck… Woiii…!! Sini wak! Momentnya hampir tiba!

Tapi untunglah si juru foto tak perduli sama sekali, dia terus asyik mencungkil-cungkil bahkan sesekali menggali pasir dengan kedua tangannya. Aku Cuma memandanginya dengan perasaan iba karena aku berdoa dalam hati agar kedua tangannya di cepit kepiting monster berukuran super extra besar :p

Aku mengalihkan pandangan ketengah bentangan samudera hindia yang begitu luas, angin lautan berbisik bising ditelinga sementara fikiranku menyelami dingin dan gelapnya kedalam lautan yang serasa tak memiliki batas, lautan itu kemudian terus menjelma dan maka terkadang segala wajah terbayang di sepinya bagai penantian pelangi di malam hari.

Dan untuk seterusnya sesuatu yang terpendam mulai tampil sejati sebagai belati yang menusuk masa lalu, lantas keikhlasan hanya jalan cerita tanpa mengenali diri dari kerasnya rona jingga senja yang menggores kidung kematian sebagai suatu tanda inilah sandiwara hidup.

Mungkin aku merasa aku tahu tentang belaian sendu merindu dari taqdir yang mengenggam setiap jalan cerita yang akan terus singgah tak perduli apakah itu senyuman atau air mata pilu.

Dan dinginnya lautan mungkin hanya sebuah langkah dari rahasia fikiran padahal ditepiannya tersusun sendiri untaian kata-kata maaf yang pernah kuayunkan lara langkahnya demi kecewa dan insyafnya rasa malu.. aku merayu, membujuk dan memohon maaf pada diriku sendiri, dan untuk sekejap sesaat ini aku juga tahu dunia sedang berhenti berputar.

Apakah dalam keadaan seperti itu aku akan memiliki kunci dari semua pertanyaan yang aku yakini bahwa semua rimba berduri kelak merubahku menjadi sejatinya diriku sendiri. Ya aku memang sadari aku telah berubah, setidaknya dimulai disaat ini, ketika senja merah telah berlabuh untuk bercinta sesaat bersama pantai kemudian pergi berpisah dan esok hari kembali bertemu jika pantai tak berselingkuh dengan gelapnya awan mendung.

Aku menemui diriku sendiri di sore ini di suatu tempat yang telah dijanjikan milyaran tahun lalu sebelum aku diciptakan.

Plakkk..!! Tiba-tiba sang teman alias sang juru foto datang dan menepuk bahuku menyadarkanku dari luasnya semesta fikiran, sembari tertawa kemudian menunjukkan hasil shootingnya padaku. Ah kau memang selalu tiba pada saat yang tepat bro., bahkan aku sendiripun tak menyadari kau telah mengambil gambarku diposisi terbaik.

Nah sebagai kawan pastinya kau tak akan tersinggung jika ku katakan kau adalah bangsaaat.. kemana saja kau tadi? Ahahahahaha Finish.

Ahmad Raj