Curhat Tengah Malam, Bukan Urusan Kamu!

Curhat Tengah Malam, Bukan Urusan Kamu!

tengah malam
Credit by; alexshye.com

Bukan Urusan Kamu


Selamat tengah malam. Kenapa saya mengatakan seperti itu? Karena seperti biasanya saya bisa lebih memahami fikiran saya sendiri saat tengah malam begini. Mungkin sebagian orang akan mengatakan saya kurang kerjaan menulis ditengah malam atau seperti biasanya mereka beranggapan apa yang saya tulis tidak berguna jika dibandingkan mereka yang memiliki ini dan itu yang konon katanya hasil kerja keras dan omong kosong keegoisan lainnya menurut saya.

Karena setiap orang punya jalan tersendiri dan saya menikmati kehidupan saya, dan saya tidak perduli dengan ucapan orang yang mengkritik kegiatan saya selama apa yang saya lakukan HALAL. Bukan urusan saya! Mengutip kata istilah dari pak joko widodo.

Ditengah malam begini saya juga biasanya mendapatkan ide untuk bisa melukis, walau intensitas melukis sudah saya kurangi dan saya gantikan dengan menulis. Sebagian saya tulis untuk artikel blog saya dan sebagian lainnya sebagai rencana peninggalan warisan jika saya mati kelak.

Mungkin saya tak bisa meninggalkan sebuah rumah istana yang bisa saya sedekahkan layaknya seperti mereka yang punya harta banyak, atau mewakafkan tanah ala saudagar dermawan. Saya mungkin hanya bisa meninggalkan catatan kecil tentang pengalaman yang memberi nasihat, baik pengalaman saya ataupun mereka.

Ya mungkin hasil menulis saya tak lebih seperti mereka yang berpenghasilan tinggi hingga bisa membeli benda-benda mahal atau minimal hasilnya bisa berlibur kesana kemari melancong sesuka hati, tapi tetap saja tak bisa menghentikan niat saya menulis. Karena saya menulis untuk diri saya sendiri khususnya sebagai tanda bahwa saya pernah ada disini dan berkarya!

Saya mencoba banyak hal untuk bisa menjadikan kehidupan saya lebih baik, namun Allah menguji saya dengan perihnya perjuangan, saya sadar saya tidak sendiri. Ada begitu banyak orang diluar sana yang memperjuangkan impiannya dan bernasib sama seperti saya, toh jika di bandingkan dengan nasib para pengungsi perang di suriah sana saya masih sangat beruntung. Tapi sekali lagi hal itu tidak bisa menghentikan saya untuk tetap menulis.

Ada kerikil berwarna putih, saya tulis. Ada suara burung pipit di rimbunan beringin, saya tulis. Bahkan ada pula ayam pejantan yang berjalan membusung dada juga saya tulis, saya menganggap selalu ada hal unik dan hal baik dalam setiap penciptaan, terkadang hal itu tidak saya kenali hingga saya menulisnya dan membacanya berulang kali.

Ini tak selalu tentang uang, siapa yang tak butuh uang? semua butuh uang! tapi satu hal uang tidak membeli kebahagiaan. Tapi saya percaya bahwa uang akan datang seiring professionalisme dalam suatu pekerjaaan. Ini hanya masalah waktu dan kehendakNya juga, karena saya tak ingin bekerja semata-mata karena uang, tetapi saya bekerja karena saya menikmatinya.

Dan yang paling penting saya bisa menjadi BOS bagi di pekerjaan saya tanpa harus menggurutu dalam hati, mungkin itu terjadi karena saya belum bisa berbuat karenaNya saja.

Saya percaya hukum aksi-reaksi tidak bisa lepas dari setiap sisi kehidupan bahkan hingga ke negeri akhirat. Dan saya yakin apa yang saya buat hari ini akan mendapatkan reaksi yang sama kuat dengan apa yang saya perjuangkan, jika tidak didunia ini mungkin di dunia sana yang konon katanya rerumputannya lebih hijau dari yang ada disini.

Hal itu yang memotivasi saya untuk tetap menulis, ya walau sebenarnya tulisan saya bisa dibilang cukup buruk karena saya tidak punya basis menulis secara akademis, namun beberapa caci maki bisa mengajarkan saya walau terkadang saya kehilangan kesabaran juga dengan beberapa kritikan, terlebih lagi jika otak saya sedang mengalami gangguan elektro-ilusi halusinasionisme atau istilah kerennya disebut DI BAWAH TEKANAN. Tapi ya begitulah proses dari sebuah pembelajaran, proses yang sama juga terjadi dalam bidang apapun.

Saya punya mimpi yang sama dengan penulis lainnya, yakni bahwa suatu saat kelak apa yang saya tulis akan selalu dibaca oleh mereka, dan mereka mengenal saya dari apa yang saya tulis. Nama-nama besar penulis se-level Al-ghazali, Syaikh Muhammad Abduh, Habiburrahman El-Shirazy atau pun William Shakespearre sering memaksa otak saya untuk mengikuti jejak mereka, sama halnya seperti pelukis ternama se-kelas Rembrandt atau Walter Spiss mempengaruhi saya untuk tetap melukis, karena dasarnya saya memang seniman pelukis, walau saat ini intensitas melukis saya sudah berkurang semenjak saya terjun kedunia IT dan akhirnya membawa saya menjadi seorang blogger yang notabenenya juga harus bisa menjadi seorang penulis, minimal seorang penulis artikel.

Dan disisi lain melukis dan menulis adalah dua hal yang sama dalam konsep yang berbeda, keduanya menyajikan suatu cerita, tentunya saya merasa tidak terbeban untuk berimajinasi tentang apa yang akan saya tulis karena selama ini warna-warni cat di atas kanvas juga telah mengajarkan dan melatih saya untuk mencari apa yang belum ditemukan.

Okay lah kawan, cukup sudah tulisan curhat tengah malam sampai disini, karena saya ingin meng-update artikel baru di blog saya yang lain. semoga. Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan bagi kawan-kawan semua untuk memberikan masukan agar kedepan saya bisa belajar dari pengalaman anda semua. 

Sekian dan.. oya tunggu dulu, Khusus buat gadis yang diujung sana, saya akan melamarmu jika Dia menghendaki Insha Allah tanpa pacaran hehehhe. Terimakasih dan wassalam.

By RDK

Note: Istilah elektro-ilusi halusinasionisme hanyalah karangan saya saja.