Puisi Kesepian

Puisi Kesepian

Puisi Kesepian

Puisi Kesepian


Cermin malam mungkin tak sudi untuk beranjak
Dikala pupus setiap untaian kata yang merindukan dinginnya hujan
Seperti langkah kaki saat berjalan sendirian
Menyusuri jalan setapak hutan kenangan panjang tak bertepi

Aku beri tahu bahwa malam adalah pembunuh terindah
Pedang kesepiannya akan menebas setiap rembulan yang berhias bintang-bintang
Kemudian membawakan syair tentang awan mendung mencekam
Lantas menikam perlahan dengan apa yang disebut dengan "Rindu"

Mungkin setiap detik-detik yang berlalu tak perlu difahami
Jika esok pagi mentari tak berjanji untuk tak datang lagi
Karena cerahnya siang hari tak akan dikenal tanpa pekatnya kegelapan malam
Kemudian membawa bayangan tentang apa yang tersimpan dan terlupakan

Aku memang berjalan tanpa henti di seluruh negeri malam
Mencoba mendustakan setiap titian taqdir yang membungkam impian
Hanya untuk memutuskan bahwa hidup adalah berkelana dan terus pergi
Dari kemarin hingga misteri esok hari telah diputuskan

Puisi ini terlalu panjang untuk ku nyatakan dihadapan taqdir
Tak terlalu pantas jika kubacakan atas nama cinta ciptaan Tuhan
Namun bukan berarti kabut malam tak berperan serta menulis semua ini
Bahkan titisan gerimis terakhir pun bersaksi bahwa ini adalah puisi seorang lelaki

Apa yang tersirat dari sebuah tulisan dengan mega-mega pelangi
Tak lain hanyalah pusara kisah yang kelak akan berakhir
Seperti senja yang faham bahwa merah jingga lembayungnya hanya sesaat
Kemudian pergi dan menghilang dan berharap sudi dirindukan

Aku ingat bahwa badai musim lalu pernah berkata
Bahwa ia datang penuh dengan angin dan hujan serta teriakan petir
Bukan karena ia marah, namun memang seperti itulah taqdirnya diciptakan
Bukan karena ia benci, namun untuk memenuhi keinginan hatiku pada barisan warna pelangi

Aku nyatakan sekali lagi pada nyanyian mencekam kegelapan malam
Jika aku tak akan padam hanya dengan kutukan kesepian
Biar semua tahu bahwa aku masih bisa menari di kala hujan terderas dimalam ini
Bahkan aku tertawa di tengah hentakan kaki dan petir yang menyambar

Kelak akan kulemparkan seluruh lembar-lembar puisi ini dihadapan rembulan
Untuk menyambut dan memerangi kerlip bintang yang berguguran
Agar setiap pengelana yang datang di padang rerumputan ini faham
Bahwa semua itu tak akan datang tanpa diperjuangkan, walau hanya dengan segenggam kerikil tajam.


RDK03 1 February 2015, 01.57
Untuk sebuah sumpah serapah termanis malam ini.