Puisi - Catatan Kecil Di Buku Harian

Puisi - Catatan Kecil Di Buku Harian

Catatan Kecil Di Buku Harian

Catatan Kecil Di Buku Harian


Ada selembar kertas, dan sebuah pena yang mengeluh
Ada cerita yang belum tertulis, dilembaran yang selalu menanti kata akhir dari sebuah nama
Tentang sajak yang bukan aku harapkan
Tapi tentang bagaimana rasanya genggaman tangan dikala senja
Di tepi pantai atau dipuncak pegunungan
Tepat disaat suara azan membuat burung-burung bangau pulang kesarangnya

Serasa pekat, serasa lemah tak berdaya
Tapi ini adalah romantis, bukan sesuatu yang aku fahami
Tapi ini adalah puitis, bukan pula yang aku mengerti

Seperti angin yang berlalu saja
Tapi selalu berdesir jika mengingat apa yang membuatku lemah

Mungkin ini seperti lukisan sebuah taman
Namun taman berbunga terhebat sekalipun tak membuat aku terdiam
Bahkan musim semi dimana rerumputan berwarna-warnipun tak sehebat ini

Ini adalah rangkaian dari milyaran mimpi dari setiap penciptaan hati
Ini adalah paduan tersyahdu dari kegaduhan dan keheningan yang sempurna
Hingga tak ada yang tersisa, kecuali tiba-tiba aku terjaga bahwa ini memang nyata

Tiba-tiba saja langit tak pernah sebagus beberapa hari ini
Lantas membawaku untuk menulis kembali disudut kamar kecil ini
Tentang Tuhan, waktu, kisah, cinta dan pengharapan
Tentang dimana letak keindahan senja, atau dikala awan putih berarak serasa begitu nyaman
Dan tentang puisi rayuan manis di dalam kitab suci

Disaat yang Maha Indah berkata
"Dan diciptakan kamu berpasang-pasangan"

Aku kembali serasa mati atau setidaknya mendekati
Tapi tak mengapa, setidaknya aku telah melerai keluhan pena untukku menulis lagi
Mungkin menulis apa yang tak pernah diciptakan Tuhan
Atau mungkin juga menulis kisah tentang seseorang ciptaanNya yang tak pernah aku sadari
Hingga kertas ini tak kosong lagi
Juga hati ini.
 

5 komentar

  1. Untuk menulis sebuah puisi, berapa jam waktu yang dibutuhkan Mas ?
    Salut, puisi - puisinya bagus semua (y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak tentu om, tergantung mood, alhamdulillah biasa aja om

      Hapus
  2. Ada wanita tersudut merintih dengan pengharapan ingin mengembalikan waktu. lalu, dia berpikir lagi. ini bodoh, bahkan sangat bodoh. tak lama, wanita itu mengembalikan pikiran bodoh yang seharusnya tak pernah terbesit di antara otaknya. Dia berdiri dengan sigap sembari membuka kedua tangan nya. Kemudian berkata "TUHAN, kembalikan kuatkan, jauhkan kekufuran terhadapku, aku ingin bahagia".

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmm sepertinya wanita itu pernah berjalan dalam kabut waktu yang memotong lintasan pelangi, mungkin seperti sehelai daun yang tumbuh bersembunyi di balik celah-celah bebatuan yang menghalangi sinar mentari, ya cukuplah menumbuhkan bunga, nanti juga hujan akan menjadikan taman-taman indah dari sisa kegersangan masa lalu yang kelak akan terlupakan

      Hapus