Puisi - Lasykar Rinai

Puisi - Lasykar Rinai

Puisi kebebasan
Image by; floridawriters.wordpress.com

Lasykar Hujan Rinai


Malam telah kembali mengukir ribuan angan
sementara mimpi menebar sayap diantara dunia yang tak tentu rimba
Tak usah heran karena pastilah aku merasa terbang diantara geraman tajam gagak rimba yang hinggap diranting-ranting kematian.

Apa yang membuatku melingkari lilin-lilin duka cita padahal kerasnya langkahku tak mampu bersanding dengan kilau percikan ombak senja, lantas sumpah serapah apa lagi yang mesti aku lontarkan di penghujung malam yang menjanjikan kisah kisah tak bertuan?

Dan untuk itu semua maka sudikah berikan padaku duri-duri tertajam maka aku akan melempar ke tengah-tengah rinai yang mengibarkan panji-panji taqdir biar aku rasakan ketakutan yang mendera, biar aku katakan sekeras-kerasnya bahwa aku adalah sang gagak rimba.

Terus apa aku mesti jatuh pada pilu dan pekatnya malam yang memuja rasa sepi? Cihh..!! tak sudi!
Resah yang menimpakan gerimis dibalik kabut kenyataan adalah cerita yang dijanjikan. Wangi kisah kematian tak akan di nyanyikan dalam kidung senja, namun di paksakan kepada sunyinya lolongan anjing-anjing malam. Sejatinya ini bukanlah perjuangan namun hanya sebuah titipan taqdir yang mencengkram.

Mungkin tertegun sesaat mengingat awal waktu yang tak kembali, kemudian lari di celah-celah rerimbunan perjalanan mencari apa yang sudah tak berarti. Tak usahlah dirasa rasa jika memang keadaan menipuku dengan memaksa, cukup kobarkan perang dan harapkan cambuk kematian tiba dalam debu fitnah dan celaan. Biarlah kisahnya tersapu hilang dari lembaran-lembaran sang pemenang dan terlupakan, namun disebalik itu warna lembayung senja akan tetap mengingatnya, lantas mengabarkannya pada setiap gagak rimba yang kehilangan sayapnya dalam pertempuran untuk mencari pengakuan di singgasana kerajaan merak jingga.

Dan kembali lagi….
Kembali pada sayup sayup nyanyian malam yang menyayat hati, dan berharap pagi yang tak pernah diciptakan akan segera tiba. Habis sudah segala caci maki terucap namun rembulan di balik awan tetap bersembunyi dengan rasa malu karena janjinya pada gerimis malam untuk mengutuk setiap jiwa yang kehilangan cinta dengan sekeras-kerasnya tanpa rasa ampun.

Lalu janganlah berfikir jika jeritan mampu menguras serta membumihanguskan keadaan, yang harus ditempuh adalah sisi dimana dirimu berada yakni di lembah-lembah tempat kumpulan gagak rimba bercerita bukan di istana-istana megah milik para dewa merak khayangan.

Jika belum mampu, maka teruskan pertempuran ini. Karena setiap luka akan mengajarkanmu bahwa kekalahanmu adalah kesempurnaanmu.

Catatan kidung malam
Rumput Dan Kerikil aka Ahmad Raj
Feb 2014