Roza Shanina, Legenda Sniper Wanita
cerita SejarahRoza Shania, 1944 |
Halo emosi muda,... Assalamualaikum. Yaa tidak ada salahnya kan jika sesekali saya menulis tentang sejarah? nah kali ini kita akan kembali pada momen perang dunia kedua, tepatnya saat pertempuran besar antara tentara NAZI versus komunis sovyet.
Sniper Wanita Terhebat
Nah ini cerita ketika seorang wanita yang berprofesi sebagai seorang guru TK berpendidikan tinggi memutuskan untuk masuk ke pusat militer Uni Soviet selama kekacauan besar dari Perang Dunia II, mungkin sepertinya tidak aneh kedengarannya sekarang.
Tetapi hal itu terjadi pada akhir 1941, pada tahun yang sama dengan tewasnya saudara pertamanya selama pengepungan tentara NAZI diLeningrad Rusia.
Dia awalnya berpaling dari komisariat militer setempat yang tahu bagaimana ganasnya pertempuran di garis depan, tapi setelah kehilangan dua saudara kandungnya maka ia akhirnya memutuskan untuk kembali bergabung, pada tahun 1942 Roza Shanina akhirnya berhasil bergabung dengan 2.484 wanita Soviet lainnya berjuang akan tanah air mereka dan memilih menjadi seorang penembak jitu.
“The key thing about the Soviet snipers was their impact on Soviet morale,” kata David H. Lippman, seorang penulis Perang Dunia II Plus 75: The Road to War. "Mereka menyediakan 'pekerja' negara 'dengan' menjadi para pekerja 'pahlawan.'"
Setelah Shanina berhasil melewati Woman Central Sniper Academy, maka rencana penyebaran pasukan militer hampir terus meluas dari pertempuran yang ada dan meletakkan posisi shania agak jauh dari pertempuran yang sebenarnya, namun Shanina malah ingin diletakkan digaris depan pertempuran. keyakinan militer Soviet akan tentara wanita penembak jitu dinilai baik karena fleksibilitas mereka yang lebih besar secara fisik dan kelicikan, kesabaran dan kemampuan untuk menanggung kesulitan berperang lebih baik daripada rekan-rekan pria mereka.
Saat itu negara Uni Soviet memang menghadapi dilema yang cukup eksistensial: Menang atau binasa. Tepatnya April 1944, di dekat Vitebsk, di mana Shanina membunuh tentara Nazi pertamanya. Dalam sebulan, ia telah membunuh sekitar 17 lebih tentara NAZI jerman.
Di bawah amukan tembakan artileri berat, komandannya memutuskan untuk mundur, tapi Shanina mengabaikan perintah dan terus maju sebagai infanteri, dan bukan hanya sebagai penembak jitu. Dalam keadaan terluka ia malah sempat menangkap beberapa tentara Jerman.
Apa yang dilakukannya mendapatkan pujian militer dan terkenal luas diseantero bangsanya, begitu juga serta di negara-negara barat. Dia kembali ke pertempuran segera setelah kejadian itu, dimana pertempuran di sebuah batalion yang kehilangan 72 orang dari 78 tentaranya. Tetapi di pertempuran itu dia selamat.
Tidak lama kemudian. Shanina akhirnya tumbang pada bulan Januari 1945, dadanya robek dan terluka parah oleh ledakan artileri yang ditembakkan tentara NAZI. Tapi sebelum kematiannya pada usia 20 tahun, ia berhasil menembak mati 54 orang tentara NAZI, beberapa sumber mengatakan totalnya ada 59 yang ia bunuh dalam waktu kurang dari satu tahun.
Pada saat perang berakhir: Nazi Jerman berhasil dikalahkan dan hancur. Namun Shanina telah memberikan warisan sejarah untuk bangsa rusia. Beberapa catatan signifikan lainnya dari keberhasilan sniper antara lain; 109 orang lebih terbunuh yang dikonfirmasi oleh Angkatan Darat AS Staf Sersan. Adelbert Waldron lebih dari dua tahun di Vietnam dan ia diperkirakan membunuh 255 vietkong bersama seorang Navy SEAL Chris Kyle selama 10 tahun pengabdiannya. Tetapi Shanina menonjol dalam jumlah waktu lebih sedikit.
Uni Soviet kala itu masih berjuang ketika dia meninggal dan, semua mengatakan, selama konflik tersebut, para penembak jitu perempuan Soviet kolektif bertanggung jawab untuk membunuh 11.280 tentara NAZI, oleh perkiraan yang konservatif.
Tapi jika sejarah mencatat apa-apa dalam kasus Shanina, mungkin dia tidak begitu banyak jumlah yang berhasil dibunuhnya, tapi fakta yang ada bahwa dia bersemangat mengejar pekerjaan yang sulit, kotor dan berbahaya demi tanah airnya.
M.G. Sheftall, penasihat teknis pada seri dogfights History Channel dan penulis Blossoms in the Wind: Human Legacies of the Kamikaze, menunjukkan bahwa keinginan Shanina untuk melawan begitu kuat, bahwa ia membuat keputusan yang berani untuk pergi menghadap atasannya 'dan menulis surat untuk presiden Stalin secara pribadi untuk meminta agar dia akan dikerahkan ke garis depan. Benar-benar seorang wanita pemberani, berbahaya dan tahan banting. Luar biasa bukan? Terimakasih dan Wassalam.