Luar Biasa, Pria Ini Menanam Hutan Seorang Diri Seluas 1.400 hektar

Luar Biasa, Pria Ini Menanam Hutan Seorang Diri Seluas 1.400 hektar

Luar Biasa, Pria Ini Menanam Hutan Seorang Diri Seluas 1.400 hektar

Halo emosi muda,.. Assalamualaikum. Tahukah anda seperti apa ciri-ciri manusia hebat? jawabnya begitu sederhana, yakni manusia yang paling bermanfaat terhadap sesama dan terhadap lingkungannya. Tiap-tiap orang mungkin memiliki ide tersendiri untuk bisa berbuat sebaik mungkin dalam kehidupan mereka didunia ini, namun beberapa orang didunia ini melakukannya dengan sangat luar biasa, tanpa pamrih dan bahkan menghasilkan sesuatu yang diluar dugaan.

Kali ini saya menuliskan tentang sosok luar biasa yang bisa dibilang sosok langka yang jarang ada duanya, siapakah dia? Jadav Payeng, itulah namanya, dan lantas mengapa sosok ini menjadi luar biasa?

Menanam Hutan Seorang Diri

Di tengah wilayah yang terselip di wilayah timur laut terpencil India, Sebagai seorang remaja di tahun 1970-an, Jadav Payeng melihat banyak ular dan reptile yang mati. Erosi telah merusak vegetasi digundukan pasir di pulau Majuli, melucuti permukaannya yang berumput dan akhirnya memaksa banyak spesies asli untuk melarikan diri.

Saat itu Payeng berfikir bahwa hewan-hewan ini mati karena panas, tidak ada pohon untuk berteduh, Payeng duduk terdiam dan hatinya bersedih melihat semua itu.

Banjir telah banyak merubah bagian di lanskap tandus ini. Garis pantai yang semakin menyusut disetiap hujan monsun. Pulau tempat kelahiran Payeng ini dengan cepat menyusut dan semakin mengecil akibat erosi.

Pulau ini adalah rumah untuk sekitar 170.000 orang, Majuli adalah salah satu pulau sungai terbesar di dunia yang terletak di tengah-tengah sungai Brahmaputra, sehingga sangat rentan terhadap air pasang dari sejumlah besar anak sungai.

Kekuatan air pasang sungai mencapai puncaknya di setiap musim semi ketika es mencair dari Himalaya dan menghasilkan banjir kiriman yang melanda wilayah tersebut. Banjir telah menjadi masalah intensif dalam beberapa tahun terakhir karena efek dari perubahan iklim dan gempa bumi, merubah bentuk sungai dan alirannya setelah aktivitas seismik. bahkan selama 100 tahun terakhir, Pulau Majuli telah kehilangan lebih dari 70 persen dari daratannya.

"Rumah saya jatuh kedalam air," Kata Runa Buhyan, seorang petani tua setampat mengatakan kepada New York Times pada tahun 2012. "Kami khawatir tentang mata pencaharian kami. Bagaimana kami bisa mencari nafkah untuk keluarga kami? Ketidakpastian selalu ada. "

Sementara daripada duduk terdiam dan meratapi keadaan, sebelum banjir air sungai yang lebih kuat dan akan menghancurkan rumahnya hingga harus mendorong keluarganya dipedalaman, Payeng mulai menanam pohon.

Luar Biasa, Pria Ini Menanam Hutan Seorang Diri Seluas 1.400 hektar
Jadav Payeng

Di mulai pada tahun 1979, dengan hamburan benih Payeng menusuk permukaan bumi berulang kali dengan tongkatnya untuk menempa lubang yang cukup dalam untuk menanam pohon-pohon muda. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan hutan besar demi mencegah erosi di daerah tempatnya tinggal.

Tapi sepertinya jika pohon-pohon ini tumbuh lebih besar, Payeng sadar bahwa akan menjadi semakin sulit untuk melindungi pepohonan tersebut. Ia berkata; ". Tidak ada orang yang ingin membantu saya, tidak ada yang tertarik".

"Ancaman terbesar adalah manusia. Mereka akan menghancurkan hutan untuk keuntungan ekonomi dan hewan akan kembali menjadi rentan," Lanjutnya dalam sebuah film dokumenter yang dibuat khusus tentang hutannya.

Dia diam-diam terus menanam pohon di Majuli selama 30 tahun sampai akhirnya ia ditemukan oleh seorang fotografer alam bernama Jitu Kalita pada tahun 2009.

Luar Biasa, Pria Ini Menanam Hutan Seorang Diri Seluas 1.400 hektar

"Aku menjelajahi bagian tandus Brahmaputra dengan perahu ketika saya melihat sesuatu yang aneh: tampak seperti hutan hijau di kejauhan. Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat," kata Kalita.

Ketika ia telah berada di hutan tersebut, ia melihat Payeng dan mengikutinya ke tepi sungai. Setelah berbicara panjang lebar, keduanya menjadi akrab. Terinspirasi oleh persahabatan baru, Kalita menulis sebuah artikel tentang hutan ini di sebuah koran lokal Jorhat Newspaper, sebuah artikel berjudul "Turning Point" (titik balik) yang menceritakan kehidupan Payeng ini.

Pada tahun 2012, seorang pembuat film asal Kanada, William Douglas McMaster, saat online di Reddit, ia sempat membaca sebuah artikel berjudul "Forest Man of India." Terpesona oleh ceritanya, McMaster mulai mencari tahu melalui blog dengan harapan dapat menghubungi Payeng untuk membuat film tentang dia.

Suatu hari, seseorang mengulurkan tangan kepada sang pembuat film tersebut, orang tersebut mengaku kenal dengan Payeng. Tanpa harus berfikir panjang, McMaster menempatkan semua kepercayaannya pada orang asing ini untuk menemui Payeng.

"Aku tidak bertemu dengannya sampai aku pergi ke India dan dibawa untuk menemuinya [Payeng], dan untungnya orang asing yang saya percaya itu mengatakan hal yang sebenarnya," kata McMaster di emailnya pada The Huffington Post Kanada.

Waktu adalah masalah bagi McMaster. Jika ia ingin proyek pembuatan film dokumenter ini berjalan, ia harus mendapatkan uang secepat mungkin. Dan salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah melalui kampanye crowdfunding.

"Jika kami mencoba dengan cara tradisional untuk mencari pendanaan film, maka cara itu akan membutuhkan waktu berbulan-bulan. Crowdfunding memungkinkan kami untuk sampai ke hutan Payeng sebelum orang lain tiba, "katanya. "Kami mengalahkan National Geographic dan BBC untuk ini."

McMaster dan timnya kecil tiba di wilayah Assam India pada akhir 2012 dan tinggal selama sekitar satu bulan. Mereka mengikuti Payeng, mendokumentasikan semuanya secara rutin, dan merenungi konsep alami dari sebuah kebahagiaan.

"Dia mengajarkan saya bahwa anda dapat mencapai banyak hal dengan cara sederhana," kata McMaster, "Dia bahkan tidak memakai sepatu. Cara hidupnya sangat murni, bebas dari harta, namun ia sangat bahagia dan positif. "

Jadav Payeng di antara pepohonan yang ia tanam

McMaster mengumpulkan rekaman dan membuat film pendek dengan durasi 18 menit pada tahun 2013 berjudul "Forest Man." Musim panas tahun 2014, ia memenangkan film dokumenter terbaik di The American Pavillion Emerging Filmmaker Showcase di Cannes.

"Kita mendengar cerita sepanjang waktu tentang kerusakan lingkungan, dan kita telah mati rasa untuk itu. Jutaan hektar hutan hujan telah hancur dan hampir tidak mungkin lagi bagi seseorang untuk membayangkan semua itu, "kata pembuat film berbasis di Toronto.

Hewan-hewan Kembali Pulang

Untuk McMaster, "Forest Man" menonjol karena counter narasi bencana sering dikaitkan dengan cerita dari perubahan iklim. Hari ini, hutan Payeng ini terukur seluas 1.400 hektare, sebuah prestasi yang luar biasa dibandingkan Central Park New York yang hanya seluas 843 hektare. Badak, rusa, harimau, dan sebanyak 115 gajah telah pindah ke hutan hujan lebat hasil karya Payeng ini. Hingga burung hering juga telah kembali ke daerah itu untuk pertama kalinya sejak 40 tahun lalu.

"Apa yang Payeng telah lakukan menunjukkan bahwa satu orang saja dapat membuat dampak positif terhadap lingkungan," kata McMaster. 

Merujuk dari kata yang diucapkan McMaster diatas, jika satu orang saja mampu membuat perubahan, lantas bagaimana jika semakin banyak orang yang mulai faham dan berfikir untuk menjaga lingkungan kita dari kerusakan.

Tentu hasilnya akan sangat luar biasa. Pria ini telah menanam hutan dalam ukuran luas yang luar biasa, tanpa gaji, tanpa ada niat untuk menebangnya dikemudian hari demi kepentingan ekonomi, walau dia sendiri harus hidup dalam keadaan miskin. bagi saya Payeng adalah sosok pria luar biasa, bahkan sangat luar biasa.

Jadav Payeng: "Kita harus melindungi alam, jika tidak, maka kita tidak akan bertahan. Mungkin aku hidup dalam kemiskinan, tapi aku senang bahwa aku mampu mempengaruhi orang-orang untuk lebih peduli pada alam. Pohon adalah akar dari kehidupan."

Mbah Sadiman

Di nusantara sendiri kita mengenal sosok Mbah Sadiman yang melakukan penghijauan seorang diri di Wonogiri Jateng. Pekerjaannya adalah mencari rumput untuk dijual kepasar demi menghidupi keluarganya. Walaupun harus tinggal disebuah rumah berukuran 9 x 6 meter yang berlantai tanah. Tapi semua itu tidak menyurutkan niatnya untuk berbuat yang terbaik bagi kehidupannya.

Beliau mendedikasikan waktunya demi lingkungan dengan menanam pohon seorang diri seluas lebih dari 100 hektar di bukit-bukit kering selama 19 tahun terakhir. Dan dari buah kesabaran dari apa yang telah dia lakukan kini mulai menampakkan hasil, perbukitan di sisi tenggara gunung lawu mulai menghijau dan kembali menghasilkan air.

Luar Biasa, Pria Ini Menanam Hutan Seorang Diri Seluas 1.400 hektar
Mbah Sadiman

Well emosi muda,.. Jika saja semakin ramai orang didunia ini seperti Payeng dan Mbah Sadiman, tentunya lingkungan kita akan semakin baik, udara semakin besih dan menghentikan ancaman pemanasan global. Sebagaimana yang kita tahu, kerusakan hutan terjadi dimana-mana, motifnya selalu sama yakni "UANG".

Pohon-pohon ditebangi dan spesies penghuni hutan mulai punah bahkan udara segar semakin sulit didapat, tetapi sangat disayangkan mereka para penebang hutan itu sama sekali tidak perduli. Dan disinilah saya harap kita bisa membantu mempromosikan untuk menjaga lingkungan sekitar dengan cara terbaik yang kita mampu. Kapan lagi jika bukan sekarang, sebelum semuanya telah terlambat. Kita bisa mengambil teladan dari bapak penghijauan pertama didunia, Muhammad SAW, dimana beliau bersabda;

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ
“Tak ada seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan yang dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya” . [HR. Muslim]

Jadav Payeng dan Mbah Sadiman mungkin hanyalah segelintir manusia yang kita ketahui dari hal hebat yang mereka lakukan. Mungkin diluar sana juga ada banyak orang yang sedang berjuang memperbaiki lingkungannya dari kerusakan yang tidak ter-expose kedunia luar.

Tapi siapapun mereka dan bagaimanapun hasilnya tetap saja mereka adalah para pahlawan yang membuktikan bahwa hidupnya bisa bermanfaat bagi sesama dan lingkungannya, semoga kita semua bisa meniru langkah mereka. Saya berharap artikel kali ini mampu menanamkan pesan pada setiap pembaca untuk berbuat yang terbaik dalam kehidupan kita. Semoga anda berfikir dan Wassalamualaikum.

Image by; Raj Pukhan, Syailendra Yashwant, Polygon Window Production and Kick Starter -Thanks