Puisi Untuk Tuan Puteri

Puisi Untuk Tuan Puteri

Puisi Untuk Tuan Puteri

Puisi Tuan Puteri


Disini, dibumi yang memiliki langit tak bersangga
Ditempat ditumpahkannya bayang-bayang yang memerangi cahaya
Di bawah acungan tombak dari raja taqdir yang tak bermahkota
Telah mengguncangkan tangisanmu yang menyimpan kenangan masa lalu tanpa warna

Aku harus menulis puisi ini
Sebelum malam kembali merampas mimpimu
Agar engkau tak bersemayam diantara lautan harap dan mimpi yang tak sempat berlabuh
Demi sebuah istana yang puncaknya menyala ribuan lilin berwarna
Yang dibangun di lembah terindah, di taman tempat memahami makna cinta

Sementara aku adalah lelaki yang berdiri ditengah menara kabut di kejauhan
Aku mendengarmu tertidur atau terjaga
Saat awan berarak memanggilmu sebagai Tuan Puteri
Yang dikabarkan berkuasa diantara para gadis yang mengumpulkan bunga
Di taman-taman yang memiliki pohon-pohon bercabang rendah
Di sebuah negeri yang tanahnya seperti serpihan kain terhalus

Aku harus menulis puisi ini
Tentang angin yang berbisik di sepanjang tepian dedaunan
Tentang suara yang berbicara dari dalam
Yang seringkali hanya bisa tersampaikan lewat tatapan mata
Karena kata-kata tak berkuasa untuk mewakilinya
Karena tak semua syair mesti dinyanyikan
Walau puisi ini merayu untuk dimanjakan oleh mentari senja

Dan kepada Tuan Puteri yang berhias di sepanjang duri mawar kenangan
Baiklah merajut sebuah puisi kecil
Bujuklah pelangi agar membimbing jarimu untuk merangkai cerita tentang pantai dan pegunungan
Dan kembali menari diantara rerumputan yang bergelombang bersama angin
Serta terbangkan kapas-kapas benih ilalang di seluruh penjuru negeri
Sebagai pertanda bahwa engkau telah berhasil melihat dunia ini didalam sebutir pasir
Agar cinta itu benar-benar bertasbih
Agar tak ada alasan untuk tidak merasa bahagia lagi
Selamanya....

RDK03 for the Dancing Queen
Sunday 24th January 2016


8 komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. hmm, merasa jadi tuan puteri. hahaha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setiap wanita memang ditakdirkan untuk menjadi seorang puteri

      Hapus
  3. indah,,,,,
    namun begitu lembut dan dalam.
    menimbulkan sebersit sentuhan pada segumpalan darah yang membeku. hingga tanya menyapa tatapan mata yang terus mencari dikedalaman kata demi kata tanpa suara.
    kelembutan lantunan menekan jiwa yang terus bergulir dalam damba berharap jumpai makna yang berbaur dalam kata yang seakan tak terjangkau melodi yang sunyi.
    keindahannya memamipulasi jiwa tuk temukan makna.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sentuhan tak mesti bermakna dalam kata yang tak terucap
      terkadang sebuah bangku di taman mampu menjawab semua warna yang hilang
      biarlah lantunan melodi tetap terdengar sayup merona
      nanti juga segera riuh dengan canda tawa sambil menghitung rangkaian kelopak seroja

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus