Mengapa Hewan Bisa Merasakan Bencana Yang Akan Terjadi?
science
Halo emosi muda,.. Assalamualaikum. Kala itu tanggal 26 Desember 2014, Sesaat sebelum terjadi gempa yang mengakibatkan tsunami dahsyat di tahun 2004 saya sempat melihat ada rombongan besar burung-burung meninggalkan daerah pantai dan terbang menuju arah pegunungan bukit barisan, tak lama kemudian gelombang kematian datang dan menghempas apapun yang berada di permukaan bumi sejauh berkilo-kilometer dari garis pantai yang menyebabkan ratusan ribu nyawa melayang.
Tidak hanya rombongan burung yang mengungsi saja sebelum tragedi itu terjadi, ada cukup banyak pengakuan dari orang-orang bahwa malam hari sebelum bencana gempa dan tsunami terjadi, banyak hewan berprilaku cemas dan tidak biasa. Dan menjadi pertanyaan besar saat ini adalah mengapa hewan bisa merasakan firasat akan terjadinya suatu bencana, sehingga mereka bisa mengantisipasi untuk menyelamatkan diri.
Insting Hewan Dalam Memprediksi Bencana
Dan ada banyak kasus tentang hewan yang mampu mengantisipasi kejadian bencana dilaporkan ada di seluruh dunia. Contoh lainnya seperti burung-burung di pegunungan timur Tennessee yang melarikan diri dari tempat berkembang biak mereka satu atau dua hari sebelum badai supercell Tornado kuat datang dan menyapu daerah tengah dan selatan Amerika Serikat pada akhir April 2014 yang menyebabkan 35 orang tewas.
Firasat Hewan Sebelum terjadinya Bencana
Kemampuan super hewan-hewan ini menarik perhatian para ilmuwan, "Ini adalah pertama kalinya kami telah mendokumentasikan jenis perilaku untuk menghindari badai pada burung selama musim kawin," kata seorang ahli ekologi Henry Streby, yang melakukan penelitiannya, ia adalah seorang postdoctoral fellow National Science Foundation dalam sebuah kunjungan di University of California, Berkeley’s department of environmental science, policy and management.
"Kita tahu bahwa burung dapat mengubah rute mereka untuk menghindari hal-hal lain selama migrasi reguler, tapi hal tersebut tidak muncul hingga penelitian kami menunjukkan bahwa mereka akan meninggalkan migrasi dan mereka mendirikan wilayah baru mereka untuk melarikan diri dari cuaca buruk," kata Streby, yang memimpin tim penelitian tersebut.
"Burung-burung warblers dalam penelitian kami terbang setidaknya sejauh 1.500 kilometer (932 mil) untuk menghindari sistem cuaca yang buruk. Mereka kemudian datang kembali ke rumah mereka setelah badai berlalu." Terutama, saat burung-burung mulai melarikan diri sejak badai akan tiba dan badai masih sejauh 250-560 mil, dimana isyarat lingkungan setempat akan perubahan cuaca buruk dalam tekanan atmosfer, temperatur, dan kecepatan angin sebagian besarnya tampak normal dan tidak mengindikasikan akan terjadi bencana.
"Pada saat yang sama dimana para ahli meteorologi dari Weather Channel mengabarkan bahwa badai ini sedang menuju ke arah kami, ternyata burung-burung rupanya sudah mengepak tas mereka dan mengevakuasi wilayah tersebut," kata Streby. Para peneliti menggambarkan fenomena ini sebagai "migrasi evakuasi" pada burung warblers dalam studi Current Biology.
Eksodus yang tidak direncanakan ini adalah sebuah temuan penting atas studi berkelanjutan dari pola migrasi burung'. Burung warblers bersayap emas secara teratur menghabiskan musim dingin mereka di Amerika Tengah dan Selatan sebelum akhirnya kembali ke Great Lakes Amerika Utara dan daerah Pegunungan Appalachia untuk berkembang biak.
Webler Bird, Photo by; iStockphoto |
Kemampuan Hewan Untuk Mendengar Suara Infrasonik
Dan cukup mendesak rasanya untuk mempelajari burung warblers bersayap emas ini. Meskipun jumlah burung ini cukup stabil di wilayah Great Lakes, namun secara historis populasi mereka hanya lima persen di Appalachian karena faktor-faktor alami seperti hilangnya habitat dan hibridisasi dengan spesies lainnya.
Para peneliti juga menguji apakah burung kecil yang hanya memiliki berat sekitar 9 gram untuk membawa alat kecil geolocator. Untuk mendapatkan data pelacakan, para peneliti harus memasang sebanyak mungkin geolocator pada 20 ekor burung yang telah ditandai. Hasil studi baru datang dari lima geolocator dengan data yang dapat digunakan.
"Warblers ini adalah spesies burung terkecil yang pernah ditandai," kata Streby. " Setelah memeriksa data yang ada, para peneliti menemukan adanya anomali di lokasi geografis burung dari tanggal 26 April sampai tanggal 2 Mei. Ternyata burung-burung tersebut malah berbalik arah dan terbang kembali dari tempat berkembang biak mereka dari pengunungan Tennessee Cumberland menuju ke pantai Teluk.
Ini cukup aneh, para peneliti mengatakan, burung ini biasanya tetap tinggal setelah kembali ke tempat berkembang biak mereka untuk membangun wilayah mereka dan membesarkan anak-anak mereka.
Para peneliti pada awalnya berpikir mungkin pembacaan geolocator yang ada salah, tapi ketika mencari tahu lebih lanjut melalui data mereka lagi, mereka tidak menemukan kesalahan konsisten dan tidak menemukan faktor yang diketahui yang dapat menganggu bacaan geolocator. Pencarian penjelasan alternatif akhirnya mulai.
"Kita ingat ketika badai supercell datang kita juga harus mengungsi ke sebuah hotel untuk menunggu reda," kata Streby. Tetapi ketika burung-burung ini meninggalkan kota, kondisi cuaca lokal terlihat normal. Para peneliti bertanya-tanya bagaimana burung bisa mendapat firasat ini, dan infrasonik muncul sebagai penjelasan yang paling logis.
Gelombang akustik yang terjadi pada frekuensi di bawah 20 hertz (siklus per detik) jatuh pada level kisaran infrasonik, yang berada di bawah batas normal pendengaran manusia. Maka burung dan hewan lainnya bisa mendengar suara infrasonik ini. Ketika angin bertiup di atas pegunungan, gelombang laut naik dan gunung berapi meletus, semua kejadian itu menciptakan frekuensi yang lebih tinggi yang tidak dapat dirasakan oleh manusia. Dan semua peristiwa-peristiwa juga menghasilkan gelombang infrasonik yang dapat menyebar sejauh ribuan kilometer jauhnya.
Semakin rendah frekuensi, semakin jauh gelombang suara dapat melakukan perjalanan. Ledakan kuat dari bom nuklir dapat dideteksi secara akustik di seluruh dunia, itulah mengapa ada jaringan array infrasonik di seluruh dunia yang digunakan untuk memantau kepatuhan negara-negara pemilik bom nuklir pada regulasi Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty.
Para ilmuwan telah mengetahui selama puluhan tahun bahwa tornado menghasilkan gelombang infrasonik yang sangat kuat, sehingga burung dapat mendengarnya dan merespon frekuensi gelombang infrasonik ini.
Pada tahun 2000, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Jon Hagstrum, seorang ahli geofisika di US Geological Survey di Menlo Park, menemukan bahwa sebelum penerbangan pesawat supersonik berhenti, suara infrasonik dari pesawat jet Concorde bisa mengganggu kemampuan merpati untuk menemukan jalan pulang. makalahnya menjadi bukti pertama penelitian di luar laboratorium yang membuktikan bahwa burung menggunakan infrasonik untuk menyesuaikan diri.
"Merpati menggunakan medan geomagnetik dan matahari sebagai kompas dan panduan arah, tetapi mereka juga membuat penanda peta," kata Hagstrum, yang bukan merupakan bagian dari studi warbler tersebut. "Merpati masih perlu peta untuk menentukan arah rumah mereka, dan sumber dari peta mereka masih belum jelas sampai pada aat ini. Dan pekerjaan saya menunjukkan bahwa burung menggunakan infrasonik sebagai peta mereka. "
Perencanaan Teknologi Antisipasi Bencana
Hagstrum juga mengatakan bahwa hasil studi baru tentang burung warbler yang mengungsi sebelum tornado menghantam adalah bukti yang meyakinkan bahwa burung juga menggunakan infrasonik jarak jauh untuk mendeteksi badai.
"Para ahli biologi belum melihat cara penggunaan infrasonik seperti ini, tapi itu pasti masuk akal bagi saya," katanya. "Kami mungkin menemukan bahwa akustik adalah cara yang cukup signifikan bagi burung pada umumnya melihat lingkungan mereka, seperti anjing yang menggunakan penciuman dan manusia menggunakan pandangan mata." Kemampuan burung untuk meramalkan badai besar bisa menjadi semakin penting dalam beberapa dekade ke depan, penulis penelitian ini mengatakan.
"Ada pengembangan penelitian yang menunjukkan bahwa tornado akan menjadi lebih sering terjadi dan semakin parah dengan perubahan iklim, tindakan mengelak seperti yang dilakukan burung warbler mungkin akan lebih dibutuhkan," kata Streby. "
US Fish and Wildlife Service dan US Geological Survey membantu mendukung penuh penelitian ini. Serta anggota lain dari tim ahli biologi di University of Minnesota, University of Tennessee, dan US Geological Survey.
Hmm,. jadi emosi muda, hewan-hewan bisa menghindar dari bencana yang akan tiba karena mereka memiliki kemampuan untuk mendeteksi gelombang infrasonik, demikian menurut penelitian diatas, rasanya cukup takjub untuk bisa mengetahui hal tersebut, mungkin dengan selesainya penelitian diatas untuk selanjutnya akan ada teknologi untuk bisa membaca kemungkinan bencana dan cara untuk mengantisipasi.
Tidak diragukan lagi kemampuan hewan terkadang memang sangat mencengangkan, dan sekali lagi kita manusia telah belajar dari hewan, dan dari hal tersebut mari kita berterimakasih dengan cara menjaga dan melindungi mereka dari kepunahan, tak lupa juga berterimakasih kepada yang telah menciptakan mereka semua. Semoga anda berfikir dan Wassalamualaikum. Sumber; UC Berkeley