The Battle For Stalingrad, Pertempuran Paling Berdarah Di Dunia
SejarahHalo emosi muda,.. Assalamualaikum. Pada tulisan sebelumnya saya menulis tentang pertempuran paling sporadis di kawasan pasifik pada era perang dunia ke dua, namun pertempuran yang paling hebat dan paling parah di sepanjang sejarah adalah pertempuran Stalingrad yang menewaskan lebih dari 1.8 juta jiwa. Peristiwa ini tercatat dalam tinta merah sejarah merupakan perang paling brutal dan paling mengerikan yang belum pernah terjadi sebelumnya. The Battle for Stalingrad..!
Pertempuran Stalingrad berlangsung pada tanggal 17 Juli 1942 hingga 2 Februari 1943, Sovyet berhasil mempertahankan kota Stalingrad (sekarang Volgograd, Rusia, U.S.S.R), selama Perang Dunia II pertempuran itu dianggap sebagai salah satu pertempuran terbesar dari Great Patriotic War Uni Soviet, dan sebagian besar sejarawan menganggap pertempuran Stalingrad sebagai pertempuran terbesar dari seluruh konflik perang dunia. Pertahanan Soviet mampu menghentikan serangan Jerman dan menandai titik balik dari gelombang dendam yang memukul kembali jerman hingga ke jantung kota Berlin.
Terbentang sekitar 30 mil (50 km) di sepanjang tepi Sungai Volga, Stalingrad merupakan kota industri besar yang memproduksi persenjataan dan traktor yang dianggap sebagai lokasi penting untuk diduduki tentara Jerman. Menguasai kota ini maka akan memotong jaringan transportasi Soviet dengan wilayah selatan Rusia, dan Stalingrad kemudian akan berfungsi untuk menjangkar sisi utara bagi pasukan Jerman yang lebih besar untuk menuju ladang minyak Kaukasus.
Selain itu, dengan merebut kota ini juga akan berfungsi sebagai propaganda kemenangan besar bagi Adolf Hitler untuk melemahkan semangat pemimpin komunis Soviet Joseph Stalin. Rencana perang Jerman ini tersusun dalam sandi "Operasi Biru", sebuah proposal Hitler yang diringkas dalam Führer Directive Nomor 41 pada tanggal 5 April 1942 bertujuan untuk menghabisi pasukan Soviet di selatan, mengamankan sumber daya ekonomi setempat, dan kemudian mengirim pasukannya ke Moskow atau ke selatan untuk menaklukkan Kaukasus.
Serangan itu akan dilakukan oleh Unit Tentara Selatan di bawah pimpinan Field Marshal Fedor von Bock. Pada tanggal 28 Juni 1942, operasi ini memang dimulai dengan kemenangan Jerman yang signifikan.
Namun pada tanggal 9 Juli, Hitler mengubah rencana semula dan memerintahkan pasukannya untuk menduduki Stalingrad dan Kaukasus sekaligus. Grup Tentara Selatan dipecah menjadi tentara Grup A di bawah komando Field Marshal Wilhelm List, dan Tentara Grup B di bawah perintah Bock. Dalam beberapa hari, Bock kemudian digantikan oleh kepala Tentara Grup B Field Marshal Maximilian von Weichs.
Pembagian pasukan ini membuat tekanan yang besar pada sistem dukungan logistik. Hal ini juga menyebabkan kesenjangan antara dua kekuatan, yang memungkinkan pasukan Soviet untuk melarikan diri dari pengepungan dan mundur ke timur. Sementara Tentara Grup A berhasil menguasai Rostov-on-Don dan menembus ke dalam wilayah Kaukasus (Operation Edelweiss).
Tentara Grup B malah membuat kemajuan yang lambat untuk menuju ke Stalingrad (Operation Fischreiher). Dalam keadaan seperti ini Hitler malah memindahkan pasukan Panzer Keempat Angkatan Darat Jenderal Hermann Hoth ini dari Tentara Grup B untuk membantu Tentara Grup A di Kaukasus.
Stalin dan komando tertinggi Soviet merespon serangan musim panas ini dengan membentuk kesatuan tentara 62nd, 63rd dan 64th Stalingrad di bawah perintah Marsekal Semyon Timoshenko. Angkatan udara 8 dan Tentara 20st juga ditempatkan di bawah komandonya.
Sedangkan respon Soviet pada serangan awal operasi Fall Blau Jerman adalah untuk mundur dan dengan demikian menghindari kerugian besar pasukan pada awal Operasi Barbarossa, dan pada tanggal 28 Juli Stalin mengeluarkan perintah No 227, yang memerintahkan bahwa pasukan di Stalingrad "Tidak boleh mundur satu langkahpun." Dia juga menolak evakuasi warga sipil, memerintahkan tentara untuk berjuang lebih keras untuk membela warga kota.
Sementara itu, Hitler terus langsung mengintervensi tingkat operasional, dan pada bulan Agustus ia memerintahkan Hoth untuk berbalik dan menuju Stalingrad dari selatan. Pada akhir Agustus, Angkatan Darat Keempat bergabung dengan Angkatan Darat Keenam dari timur, di bawah Jenderal Friedrich Paulus, dengan 330.000 orang pasukan terbaik tentara Jerman.
Sementara pasukan merah Soviet terus mempersiapkan diri menghadapi pasukan Jerman yang mulai mendekati kota Stalingrad. Para pemuda dikumpulkan dan digiring ke garis depan untuk menghadang Jerman dengan persenjataan terbatas, di garis belakang pasukan merah bersiaga untuk menembak mati siapapun pasukan merah yang berani untuk mundur atau lari dari pertempuran.
Pada tanggal 23 Agustus ujung tombak pasukan Jerman menyerbu dan menembus pinggiran utara kota, Angkatan udara NAZI menjatuhkan hujan bom yang menghancurkan sebagian besar perumahan di kota. Tentara 62nd Soviet mempertahankan mati-matian kota Stalingrad di bawah komando Jenderal Vasily I. Chuikov.
Pada saat itu Stalingrad menjadi tempat dari pertempuran sengit dan paling terkonsentrasi, pertempuran pecah di jalan-jalan, blok-blok kota, dan bangunan individu yang diperebutkan oleh banyak unit-unit pasukan dan menjadi sering berpindah tangan lagi dan lagi. Rentetan senapan mesin dan jerit kematian terdengar dimana-mana, bombardir dari Tank dan senjata berat menjadikan bangunan yang tersisa di kota ini hancur menjadi puing-puing dalam pertempuran jarak dekat tanpa henti.
Saat yang paling genting terjadi ketika pada tanggal 14 Oktober pasukan Soviet sudah sangat terdesak ke tepi sungai Volga, dimana jalur penyeberangan yang tersisa yang ada di sungai ini berada dalam jangkauan senapan mesin pasukan Jerman. Perasaan putus asa oleh kerugian besar, kelelahan, dan semakin dekatnya musim dingin membuat mental pasukan merah Soviet sempat ciut.
Di tengah-tengah keputusasaan pasukan merah, titik balik pertempuran datang dengan serangan balasan Soviet, yang diberi nama kode sandi Operasi Uranus (November 19-23), yang direncanakan oleh Jenderal Georgy Zhukov Konstantinovich, Aleksandr Mikhailovich Vasilevsky, dan Nikolay Nikolayevich Voronov. Serangan balasan diluncurkan dalam dua ujung tombak, sekitar 50 mil (80 km) dari utara dan arah selatan di tempat dimana pasukan Jerman paling terkonsentrasi di Stalingrad.
Serangan balasan ini benar-benar mengejutkan Jerman, Jerman tidak menyangka bahwa Soviet mampu melakukan serangan seperti itu. Operasi itu dilakukan dengan manuver menyerbu langsung ke jantung pertahanan, dan tidak menyerang kekuatan utama Jerman di garis depan pertempuran, namun malah serangan frontal dari arah belakang.
Ada sekitar 250.000 orang pasukan yang tersisa dari Angkatan Darat Keenam dan Tentara Panzer keempat gabungan dari tentara Jerman, Rumania, Hungaria, dan Italia dan kedua divisi tersebut cukup tangguh, namun mereka rentan berada di tengah padang rumput terbuka yang mengelilingi kota yang menjadikan posisi mereka lemah.
Serangan cepat Soviet menembus jauh ke dalam jantung pasukan Jerman dan memaksa mereka untuk mundur, dan pada tanggal 23 November dua dari serangan itu telah terkait dengan Kalach, sekitar 60 mil (100 km) barat dari Stalingrad, membuat kedua pasukan Jerman di Stalingrad dalam posisi terkepung.
Komando tinggi Jerman mendesak Hitler untuk memungkinkan Paulus dan pasukannya keluar dari kepungan dan bergabung kembali dengan pasukan utama Jerman di barat kota, tetapi Hitler tidak ingin mereka mundur dari Sungai Volga dan memerintahkan Paulus untuk tetap berdiri dan melawan. Dengan datangnya musim dingin serta makanan dan pasokan medis terus berkurang, pasukan Paulus menjadi semakin lemah. Hitler menyatakan bahwa bantuan untuk Angkatan Darat Keenam akan dipasok oleh Angkatan udara, tetapi konvoi udara hanya bisa memberikan sebagian kecil dari pasokan yang diperlukan.
Pada pertengahan Desember Hitler memerintahkan salah satu komandan Jerman yang paling berbakat, Marsekal Erich von Manstein, untuk membentuk korps kesatuan pasukan khusus untuk menyelamatkan pasukan Paulus ini dengan menerobos jalan dari arah timur (Operasi Musim Dingin Tempest), tetapi Hitler menolak untuk membiarkan Paulus menuju ke arah barat pada saat yang sama untuk menghubungkan mereka dengan pasukan Manstein.
Dan ternyata keputusan Hitler menjadi sangat fatal untuk pasukan Paulus, karena pasukan Manstein kemudian gagal karena kekurangan cadangan yang diperlukan untuk menerobos pengepungan Soviet. Soviet kemudian melanjutkan serangan ofensif (Operation Saturnus, dimulai pada tanggal 16 Desember) untuk mengecilkan wilayah kantong Jerman sehingga pasukan Jerman yang terkepung semakin terdesak, untuk menghadang setiap upaya bantuan lebih lanjut, dan untuk mengatur penyerahan diri dari tentara Jerman di Stalingrad.
Sungai Volga telah padat membeku, dan pasukan Soviet menjadi semakin mudah untuk mengirimkan peralatan melalui es di berbagai titik di dalam kota. Hitler mendesak pasukan Jerman yang terperangkap untuk bertempur sampai mati, untuk mempromosikan Paulus pada tingkat panglima, dan juga mengingatkan Paulus bahwa belum pernah ada perwira tinggi Jerman yang pernah menyerah. Dengan tentara Soviet yang terus ramai mendekati kota sebagai bagian dari Operasi Cincin (di mulai 10 Januari 1943), situasi perlawanan itu menjadi sia-sia.
Tentara Keenam Jerman telah dikelilingi oleh tujuh divisi tentara Soviet. Pada tanggal 31 Januari Paulus tidak mentaati perintah Hitler dan setuju untuk menyerahkan diri. Dua puluh dua jenderal menyerah bersamaan dengannya, dan pada tanggal 2 Februari pasukan terakhir yang tersisa sebanyak 91.000 orang kelaparan dari pasukan 60 dan tentara Keempat Jerman menyerah kepada Soviet.
Soviet mengumpulkan sebanyak 250.000 mayat tentara Jerman dan Rumania di dalam dan di sekitar Stalingrad, dan jumlah korban dari pihak Axis (Jerman, Rumania, Italia, dan Hongaria) diyakini lebih dari 800.000 orang tewas, terluka, hilang, atau ditangkap. Dari 91.000 orang yang menyerah, hanya sekitar 5.000 atau 6.000 orang yang pernah kembali ke daerah asal mereka, sisanya meninggal di didalam penjara Soviet dan di kamp kerja paksa.
Di pihak Soviet, sejarawan resmi militer Rusia memperkirakan bahwa ada sekitar 1.100.000 pasukan merah soviet tewas, terluka, hilang, atau ditangkap dalam kampanye untuk mempertahankan kota. Dan diperkirakan sekitar 40.000 warga sipil juga tewas.
VIDEO DOKUMENTER THE BATTLE OF STALINGRAD
Kemarahan Soviet atas penyerbuan Jerman membuat mereka melakukan penyerbuan balasan, pemuda-pemuda Soviet dikumpulkan untuk menyerang pasukan Jerman yang tersisa untuk mundur, penyerbuan laksana air bah dengan begitu banyak pasukan Soviet yang melakukan serangan ini pasukan merah terus merengsek maju seiring banyaknya kekalahan pasukan NAZI baik dari pertempuran melawan Soviet ataupun melawan pihak sekutu AS, Pasukan sekutu dan pasukan merah Soviet berhasil menembus pertahanan terakhir Jerman di Berlin, dengan masuknya tentara merah di Berlin maka 3 kekuatan besar bertemu dalam sebuah pertempuran besar antara blok sekutu (Amerika, Inggris, Perancis, Australia, Kanada), blok Axis dan tentara merah Soviet.
Di akhir perang ini, Jerman dinyatakan kalah perang dan Hitler dikabarkan bunuh diri, dan hanya tersisa dua kekuatan yakni pihak sekutu dan Soviet yang terus bertempur memperebutkan wilayah Jerman, hingga akhirnya Jerman terbelah menjadi dua, yakni Jerman timur berada di bawah otoritas Soviet dan Jerman barat dibawah otoritas pihak sekutu yang ditandai dengan dibangunnya tembok berlin yang memisahkan keduanya. Tembok Berlin sendiri diruntuhkan pada tahun 1989 disaat kejatuhan negara Uni Soviet akibat krisis ekonomi, dan Jerman kembali bersatu.
Dan kembali pada tahun 1945, kota Stalingrad secara resmi memproklamasikan diri sebagai Kota Pahlawan Uni Soviet untuk mempertahankan tanah air. Pada tahun 1959 sebuah konstruksi mulai dibangun, yakni sebuah kompleks peringatan besar, yang didedikasikan untuk "Pahlawan Pertempuran Stalingrad," di Mamayev Hill, sebuah tanah tinggi yang menjadi kunci dalam pertempuran yang mendominasi lanskap kota saat ini.
Memorial itu sendiri selesai pada tahun 1967 dengan titik fokus The Motherland Calls, sebuah patung setinggi 52 meter (172 kaki), patung dari sosok perempuan bersayap memegang pedang. Di kompleks Mamayev juga menjadi tempat makam Chuikov, ia yang memimpin pasukan Soviet menuju kota besar Jerman Berlin dan mendudukinya, ia meninggal hampir 40 tahun setelah Pertempuran Stalingrad. Semoga bermanfaat dan Wassalamualaikum. Sumber; Ensiklopedia Britannica