Puisi - Renungan Di Hamparan Rerumputan

Puisi - Renungan Di Hamparan Rerumputan

Renungan Di Hamparan Rerumputan

Puisi Hamparan Rerumputan


Ada jalan pasir di tepi semak
jalan yang terbiasa berkabut bila fajar telah mekar
sering engkau lewati bila engkau sedang merindukanku
disitu engkau berharap disepanjang jalan ini
ada lebih banyak rumpun bunga putih dan merah muda
yang terselip pucuk-pucuk kecil buah strawberry
tempat suka cita bagi keluarga kupu-kupu pagi

Sementara aku masih terus menabur serbuk sari
untuk menumbuhkan lebih banyak lagi taman mimpi
yang bahkan aku sendiri tak pernah memimpikannya
apalagi tentang cerita turunan bukit yang berkelok-kelok
dengan pandangan luas tak bertepi
hanya untuk menciptakan sebuah sejarah sebuah puisi
tentang embun yang yang bertamu pada rerumputan pagi

Kemudian engkau mulai bercerita
tentang kedua sisi jalan ini yang cukup panjang
pada akhir ujung jalan di sebuah persinggahan
 tempat kata-kata terakhir dari sebuah pertanyaan
yang akan menerbangkan ribuan bintang
mengembangkan sajak sajak abadi penuh pesona

Mungkin ini hanya sebuah perisai dari jejak waktu
tentang sebuah batasan dari rasa yang memuncak
bertajuk pada iringan cahaya yang menembus celah dedaunan cemara
dan merangkai sebuah catatan terindah yang pernah ada
untuk terus bersemayam tanpa jeda
mesti ribuan senja datang menjelang tanpa mega

Inilah puisi yang kucatat dalam bingkai dari titisan renungan
akan sulit kau fahami, kecuali engkau sudi memaknai sepinya malam
dengan berbaring di hamparan rerumputan sambil memandang bintang-bintang

Lalu engkau akan sadar, bahwa kehidupan layaknya iringan kuda liar
yang berlari disepanjang perbukitan yang akan menanjak ataupun menurun
seperti cerita di bawah pohon rimbun ini
tempat yang kutaburi dengan doa yang tertulis
untuk sebuah akhir terindah di sepanjang kisah-kisah terhebat yang mustahil terlupakan.

Ahmad Raj untuk sebuah tulisan kenangan 8 Agustus 2016.