Kisah-kisah Manusia Yang Hidup Sebagai Binatang
cerita KehidupanHalo emosi muda,.. Assalamualaikum. Terkadang hadir pertanyaan dalam kepala saya tentang keberadaan kita di dunia ini, mengapa kita ada dan apa yang membuat kita sebagai manusia? Apakah kita dilahirkan dengan cara ini, atau kita dibentuk dan dicetak oleh tatanan masyarakat, dimana naluri kehewanian kita ditundukkan oleh budaya sosial kita?
Lantas apa yang akan terjadi ketika kita menanggalkan sentuhan peradaban dan menjauhi pendidikan manusia? Dan di sepanjang sejarah, telah ada cerita dari orang-orang misterius yang dapat menjelaskan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, hadir dalam bentuk sesuatu yang disebut sebagai manusia liar.
Misteri Manusia Liar Yang Hidup Seperti Hewan
Mereka adalah orang-orang yang mungkin dengan berbagai alasan apapun telah tumbuh tanpa kontak dengan manusia, dan dalam beberapa kasus mereka malah hidup bersama hewan atau seperti binatang liar, dan tampaknya telah menumpahkan banyak keunggulan dari sekedar kemampuan dari apa yang kita anggap sebagai "manusia."Dengan tidak adanya pengaruh dari peradaban, mereka tampaknya telah menyeberangi hambatan yang kita sering menganggap semua itu telah memisahkan kita dari kehidupan binatang liar, dan di dalam proses menjadi hewan liar itu sendiri.
Memang, pada prinsipnya kita memiliki sifat kebinatangan, yang beberapa orang menyebutnya bahwa manusia adalah hewan yang berfikir, dan dalam tulisan kali ini, saya akan berusaha mengajak anda kembali berfikir secara mendalam. Ini adalah kasus yang menawarkan sekilas kehidupan orang-orang yang dibesarkan di luar dunia manusia dan untuk membandingkan dengan apa yang mungkin membuat kita merasa menjadi manusia seutuhnya.
Wild Peter
Salah satu laporan awal dari kisah manusia liar yang agak terkenal berasal dari seorang individu asing yang dikenal dinamakan sebagai Wild Peter. Pada tahun 1724, beberapa pemburu di daerah pedesaan dekat Hamelin, Jerman terkejut melihat seorang anak laki-laki muncul merangkak dari hutan lebat, yang digambarkan telanjang, kecoklatan, berambut hitam.Mereka berusaha untuk membujuk dia lebih dekat agar ia bisa ditangkap, tapi anak itu melesat kembali ke dalam hutan dengan kecepatan yang menakjubkan. Anak laki-laki yang aneh, diperkirakan berusia sekitar 12 tahun, tampaknya telah berdiam di daerah untuk beberapa waktu, selalu terlihat pada posisi merangkak dan diduga mampu memanjat pohon dengan mudah. Dia tidak pernah terdengar berbicara, tetapi hanya menggeram layaknya seekor hewan.
Anak itu akhirnya ditangkap oleh para pemburu dan ditunjukkan kepada Raja George I yang sedang berada di daerah tersebut pada kunjungannya ke Hanover. Raja terpesona oleh anak liar aneh itu, hingga ia tak bisa berkata-kata dalam pidatonya, anak liar itu berjalan sekitar merangkak sambil menggeram, dan akan hanya makan sayuran mentah dan daging, menolak memakan roti apapun atau makanan yang dimasak apapun jenisnya.
Anak itu akhirnya ditangkap oleh para pemburu dan ditunjukkan kepada Raja George I yang sedang berada di daerah tersebut pada kunjungannya ke Hanover. Raja terpesona oleh anak liar aneh itu, hingga ia tak bisa berkata-kata dalam pidatonya, anak liar itu berjalan sekitar merangkak sambil menggeram, dan akan hanya makan sayuran mentah dan daging, menolak memakan roti apapun atau makanan yang dimasak apapun jenisnya.
Anak liar tersebut menunjukkan kesukaan tertentu untuk mengisap getah dari berbagai ranting dan cabang, mengupas kulitnya sebelum menikmati isinya. Karena begitu terpesona dengan anak laki-laki liar itu, Raja George I mengirim anak tersebut ke Inggris untuk dipelajari oleh akademisi yang paling dihormati. Setibanya di Inggris pada tahun 1726, ia segera dikenal sebagai Peter the Wild Boy, atau hanya Wild Peter.
Berita tentang Peter secara cepat membuatnya terkenal seperti seorang selebriti, ia sering dikunjungi oleh para bangsawan di istana Raja, dan orang-orang akan berduyun-duyun menyaksikan dia yang berjalan merangkak dan umumnya bertindak seperti binatang liar.
Wild Peter |
Dia dikatakan tidak tertarik dengan makanan yang diberi, ia selalu tidur di lantai, dan dikenal untuk terus-menerus mencoba untuk merogoh saku orang lain. Wild Peter juga dikabarkan memiliki kemampuan superhuman dalam hal pendengaran dan penciuman. Berbagai upaya untuk mendidik Peter pada umumnya selalu gagal.
Ia tidak dapat dilatih, meski telah diajarkan sopan santun, cara membaca atau menulis, bagaimana tidur di tempat tidur, atau menjadi beradab dengan cara apapun, dan memang ia menolak untuk pernah mengatakan satu katapun dalam bahasa manusia, komunikasi hanya melalui geraman dan mendengus. Ia juga berjalan-jalan pada beberapa kesempatan, Peter dilengkapi dengan kalung kuningan yang bertuliskan namanya agar mudah untuk mengidentifikasinya jika dia tersesat.
Peter diperkirakan hidup sampai sekitar usia 70 tahunan, dan sepanjang hidupnya yang panjang dalam masyarakat, dia tidak pernah bisa belajar bagaimana cara berbicara atau menyesuaikan diri dengan cara peradaban, meskipun ia tampaknya telah mengembangkan rasa sukanya untuk musik dan kabarnya sering mendehem dengan lagunya sendiri.
Peter diperkirakan hidup sampai sekitar usia 70 tahunan, dan sepanjang hidupnya yang panjang dalam masyarakat, dia tidak pernah bisa belajar bagaimana cara berbicara atau menyesuaikan diri dengan cara peradaban, meskipun ia tampaknya telah mengembangkan rasa sukanya untuk musik dan kabarnya sering mendehem dengan lagunya sendiri.
Ketika ia diperiksa oleh seorang filsuf Skotlandia dan hakim James Burnett, Peter digambarkan mampu memahami bahasa untuk beberapa tngkatan, tetapi hanya mampu mengucapkan kata-kata "Peter" dan "Raja George." Peter akhirnya meninggal pada tanggal 22 Februari 1785 dan dimakamkan di sebuah pemakaman di Northchurch, di mana ia menghabiskan tahun-tahun terakhirnya tinggal di sebuah peternakan.
Hingga hari ini belum pernah terungkap siapa Wild Peter sebenarnya, dari mana ia berasal, dan mengapa ia hidup dalam keadaan liar, atau bagaimana ia berakhir tinggal di alam liar. Dalam beberapa spekulasi menyatakan bahwa Wild Peter mungkin menderita kelainan langka yang dikenal sebagai sindrom Pitt-Hopkins, yang menghasilkan kelainan perilaku, gangguan, dan karakteristik fisik tertentu seperti acak-acakan, berambut keriting, kelopak mata terkulai dan bibir menjadi tebal, tetapi tidak diketahui apakah spekulasi ini benar-benar terjadi atau tidak. Misteri Wild Peter tentang apa yang menyebabkan dia menjadi liar mungkin tidak akan pernah sepenuhnya dipahami.
Hingga hari ini belum pernah terungkap siapa Wild Peter sebenarnya, dari mana ia berasal, dan mengapa ia hidup dalam keadaan liar, atau bagaimana ia berakhir tinggal di alam liar. Dalam beberapa spekulasi menyatakan bahwa Wild Peter mungkin menderita kelainan langka yang dikenal sebagai sindrom Pitt-Hopkins, yang menghasilkan kelainan perilaku, gangguan, dan karakteristik fisik tertentu seperti acak-acakan, berambut keriting, kelopak mata terkulai dan bibir menjadi tebal, tetapi tidak diketahui apakah spekulasi ini benar-benar terjadi atau tidak. Misteri Wild Peter tentang apa yang menyebabkan dia menjadi liar mungkin tidak akan pernah sepenuhnya dipahami.
The Wild Girl Of Champagne
Laporan lain dari sosok manusia liar adalah kisah Marie Angelique Memmie Le Blanc, yang menjadi dikenal sebagai "The Wild Girl Of Champagne." Marie menghabiskan waktu sekitar 10 tahun mengembara hutan Perancis, hidup dengan memakan burung, katak, ikan, dan hewan kecil lainnya, serta daun, ranting dan akar, ia hidup sambil melawan binatang buas seperti serigala dengan sebuah tongkat yang dipertajam.Diperkirakan bahwa ia telah hidup di alam liar dengan cara ini dimulai ketika dia berusia setidaknya 9 tahun, sampai dia akhirnya ditangkap pada usia 19 tahun pada tahun 1731 oleh penduduk desa dari songy, di Champagne.
Ketika dia pertama kali dibawa keluar dari alam liar, dia terlihat cukup berbulu dan berkulit gelap, dengan "cakar," dan jari tangannya, khususnya ibu jarinya luar biasa besar. Dia menggunakan jempol ini untuk menggali tanah untuk mencari akar, serta untuk berayun melalui pepohonan seperti monyet.
Ketika dia pertama kali dibawa keluar dari alam liar, dia terlihat cukup berbulu dan berkulit gelap, dengan "cakar," dan jari tangannya, khususnya ibu jarinya luar biasa besar. Dia menggunakan jempol ini untuk menggali tanah untuk mencari akar, serta untuk berayun melalui pepohonan seperti monyet.
Dia juga dikenal untuk memakan setiap hewan yang diberikan kepadanya dalam keadaan mentah, seperti burung dan kelinci, dia sangat cekatan dengan jari-jarinya, menolak setiap makanan yang dimasak.
Dia sangat waspada layaknya seekor hewan liar di alam lepas, menolak untuk minum dari cangkir, melainkan untuk langsung minum air dari sumbernya, sepanjang waktu ia melirik dari sisi ke sisi seperti binatang, dan ia konon bisa berlari merangkak dengan sangat cepat.
Marie pernah dibawa pada perjalanan berburu di mana dia terbukti dapat dengan mudah berlari untuk menangkap kelinci dengan cara ini. Bentuk komunikasinya hanyalah serangkaian jeritan melengking, dan dia tampaknya tidak mampu berbicara normal sama sekali.
Menariknya, setelah bertahun-tahun tinggal bersama manusia, Marie membuktikan dirinya cukup mampu beradaptasi dengan peradaban. Dan ini adalah kasus tidak biasa pada manusia liar, ia pergi untuk belajar membaca dan menulis Perancis dengan cukup lancar, dan dapat belajar sopan santun untuk masuk ke dalam masyarakat.
Menariknya, setelah bertahun-tahun tinggal bersama manusia, Marie membuktikan dirinya cukup mampu beradaptasi dengan peradaban. Dan ini adalah kasus tidak biasa pada manusia liar, ia pergi untuk belajar membaca dan menulis Perancis dengan cukup lancar, dan dapat belajar sopan santun untuk masuk ke dalam masyarakat.
Dan untuk sementara waktu ia sempat menjadi seorang biarawati, sebelum akhirnya ia tinggal bersama seorang kaya dan akhirnya meninggal di Paris pada tahun 1775 pada usia 63 tahun. Kisah Marie Angelique Memmie Le Blanc telah dikritik selama bertahun-tahun karena dianggap menjadi sangat berlebihan atau bahkan seluruh cerita itu terdiri, meskipun sejarawan lain, seperti penulis Perancis Serge Aroles, tetap bersikeras bahwa kisah tersebut mungkin sepenuhnya adalah benar!
Victor of Aveyron
Kasus lain yang lebih terkenal adalah kasus Victor of Aveyron. Pada tahun 1787, penampakan dari sesosok anak muda telanjang berusia sekitar 12 tahun mulai muncul, terlihat sering mengembara melalui hutan di dekat Aveyron, Perancis.Anak itu rupanya mampu bergerak sangat cepat dan tampaknya tinggal sendirian di hutan itu, terlihat hidup layaknya seekor hewan liar. Setelah bertahun-tahun penampakan ini, pada tahun 1800 anak itu ditangkap di dekat Saint Sernin sur Rance, Perancis.
Setelah dilakukan pemeriksaan, ia ditemukan dalam keadaan tubuhnya ditutupi dengan berbagai bekas luka, dan memiliki sikap kasar, kehidupan liar selama bertahun-tahun, mungkin telah mengubah seluruh hidupnya. Victor digambarkan benci untuk disentuh, dan menolak keras semua upaya untuk memandikan dia atau upaya untuk memakaikan pakaian pada dirinya.
Dia juga tidak mampu berbicara satu patah kata pun, dan kontak dengan manusia umumnya dijauhi, ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merajuk di sudut dalam bayang-bayang ruangan. Pada kesempatan lain dia dikatakan tiba-tiba memberontak dan membentak secara liar.
Menariknya, ia menunjukkan bahwa tubuhnya memiliki resistensi terhadap keadaan ekstrim, di dalam sebuah kasus, seorang ahli biologi mengunjungi ia dan melakukan eksperimen dengan menempatkan Victor secara telanjang di luar ruangan, dimana saat itu sedang musim dingin dan keadaan sedang dalam keadaan bersalju, Victor terlihat tidak menunjukkan efek merasa sakit atau ketidaknyamanan yang disebabkan oleh rasa dingin apapun. Ia memiliki kemampuan di luar kemampuan yang dimiliki manusia biasa.
Meskipun Victor terus dipelajari secara ekstensif oleh para psikolog, filsuf, dan ilmuwan, namun tidak pernah dipastikan dari mana ia datang atau bagaimana ia berakhir dalam keadaan liar. Dan juga tidak pernah ditemukan adanya jenis gangguan kognitif atau gangguan kejiwaan yang mungkin ia derita, jika ada.
Meskipun Victor terus dipelajari secara ekstensif oleh para psikolog, filsuf, dan ilmuwan, namun tidak pernah dipastikan dari mana ia datang atau bagaimana ia berakhir dalam keadaan liar. Dan juga tidak pernah ditemukan adanya jenis gangguan kognitif atau gangguan kejiwaan yang mungkin ia derita, jika ada.
Sepanjang akhir hidupnya berada di antara manusia lainnya, Victor tidak pernah bisa diajarkan untuk bagaimana bisa berbicara atau bertindak beradab, meskipun ada seorang pria tuli bernama Jean Marc Gaspard Itard bertahun-tahun bekerja dengannya dan melihat dia mandi, memakai pakaian, dan memahami serta menanggapi pertanyaan dan perintah sederhana.
Victor Of Aveyron akhirnya meninggal dunia di sebuah institute di Paris pada usia 40 tahun, ia meninggal dalam keadaan tidak pernah benar-benar menjadi manusia di dunia ini.
Gadis Manusia Srigala
Kasus manusia liar yang lain terjadi di era tahun 1800-an. Pada tahun 1845, penduduk setempat dari daerah pedesaan di dekat San Felipe, Meksiko, terkejut melihat seorang gadis muda yang berjalan merangkak bersama dengan gerombolan serigala, mereka turun untuk menyergap kawanan kambing.Sekitar satu tahun setelah peristiwa ini, gadis yang sama terlihat sedang membungkuk di atas seekor kambing yang baru mati dibunuh, ia sedang makan kambing itu. Dalam kejadian ini, penduduk desa mampu menangkap gadis liar misterius tersebut, dan dimalam hari, ia mulai melolong sepanjang malam persis seperti serigala.
Yang menakutkannya, tangisan lolongannya tampaknya berhasil, seperti yang dilaporkan bahwa kawanan serigala mulai muncul dari kegelapan untuk mendekati gadis tersebut yang dapat digambarkan semacam upaya penyelamatan. Selama kepanikan tersebut, gadis itu mampu menyelinap dan melarikan diri ke dalam kegelapan malam.
Dia terakhir kali terlihat pada tahun 1852, ketika ia sedang menyusui dua ekor anak serigalanya di tepi sungai. Sejak saat itu ia disebut sebagai "The Wolf Girl of Devil’s River" diduga ketika dia didekati, ia mengumpulkan anaknya dan lari ke alam liar, sejak saat itu tidak pernah terlihat lagi.
Wolf Boy
Pada tahun 1867, sekelompok pemburu menyelidiki sesuatu dari apa yang mereka awalnya anggap adalah seekor hewan liar yang sedang meringkuk dan tidur di pintu masuk gua di distrik Bulandshahr di India.Ketika makhluk itu terbangun, para pemburu terkejut melihat bahwa itu sebenarnya adalah seorang anak manusia berusia sekitar 6 tahun, anak itu kemudian berlari merangkak dan melompat-lompat seperti serigala.
Para pemburu disitu kemudian mampu menangkap anak itu dan membawanya ke Panti Asuhan Sikandra, di Agra. Di sana ia diberi nama sebagai Dina Sanichar, meskipun ia sebagian besar orang menyebutnya sebagai "Anak Srigala," dan ia terus menjadi objek yang membingungkan bagi semua orang yang melihatnya.
Dina tidur di lantai, berlari merangkak dengan cukup mudah, dan akan merobek pakaiannya jika ada yang mencoba untuk memakaikannya pada dirinya. makanan yang dimasak sepenuhnya ia jauhi, tetapi dia akan siap melahap daging mentah atau mengunyah tulang.
Dina tidur di lantai, berlari merangkak dengan cukup mudah, dan akan merobek pakaiannya jika ada yang mencoba untuk memakaikannya pada dirinya. makanan yang dimasak sepenuhnya ia jauhi, tetapi dia akan siap melahap daging mentah atau mengunyah tulang.
Pada malam hari ketika ia merasa sedih, ia akan melolong ke arah padang gurun, mungkin mencoba untuk berkomunikasi dengan keluarga serigala-nya, tempat dimana ia berasal. Dina juga tidak mampu belajar setelah bertahun-tahun upaya untuk mendidik dan mengajarinya bahasa, dan dia tidak pernah bisa belajar berbicara atau menulis.
Satu-satunya perangkap peradaban yang mampu ia rasakan adalah tembakau, yang segera membuatnya menjadi kecanduan. Dia akhirnya ia meninggal di tahun 1895 pada usia 34 tahun. Telah ada spekulasi yang menyatakan bahwa kisah Dina Sanichar mungkin telah menjadi inspirasi bagi para pecinta buku serial Jungle Book karya Rudyard Kipling.
Kamala & Amala
Cerita tentang anak-anak liar terus berlanjut hingga di era tahun 1900-an. Salah satu kasus yang paling terkenal dari semua kisah anak liar ini adalah kisah dari dua orang anak liar bernama Kamala dan Amala.Pada tahun 1920, seorang Pendeta bernama Joseph Singh terkejut saat melihat apa yang tampaknya adalah dua orang kanak-kanak dan seekor serigala berada didalam gua kecil bekas sarang semut di hutan belantara dekat Midnapore, West Calcutta, India.
Dengan bantuan penduduk desa setempat, Singh disinyalir mampu menyelamatkan dua orang anak-anak tersebut, menembak dan membunuh ibu serigala dalam proses itu. Anak-anak yang ditemukan adalah seorang anak perempuan berusia 8 tahun, yang disebut Kamala, dan anak lainnya hanya berusia 1 setengah tahun, yang bernama Amala.
Anehnya mengapa seekor srigala mengasuh dua orang anak manusia? Apakah ada seseorang yang memberikan anak-anak tersebut kepada seekor srigala? Atau apakah masuk akal jika seekor srigala melahirkan anak-anak manusia?
Kanak-kanak tersebut terlihat kotor dan tampak agak mengerikan, berjalan di sekitar dengan cara merangkak dan digambarkan berprilaku tidak seperti manusia. Lengan dan kaki mereka tampaknya memiliki sedikit cacat, mugnkin efek dari gaya hidup berkaki empat mereka, menunjukkan adanya tendon pendek dan sendi yang tampaknya membuat mereka hampir tidak bisa berdiri layaknya anak-manusia normal.
Kanak-kanak tersebut terlihat kotor dan tampak agak mengerikan, berjalan di sekitar dengan cara merangkak dan digambarkan berprilaku tidak seperti manusia. Lengan dan kaki mereka tampaknya memiliki sedikit cacat, mugnkin efek dari gaya hidup berkaki empat mereka, menunjukkan adanya tendon pendek dan sendi yang tampaknya membuat mereka hampir tidak bisa berdiri layaknya anak-manusia normal.
Anomali fisik lainnya yang dilaporkan oleh Singh adalah taring panjang dan mereka sangat berotot, rahang mereka juga agak aneh seperti sebuah kecacatan. Mata mereka dikatakan sangat reflektif jika berada di dalam keadaan gelap, seolah-olah seperti mata predator nokturnal.
Kamala dan Amala dilaporkan tidur meringkuk di lantai di samping satu sama lain, dan ketika mereka terbangun mereka akan mondar-mandir, menggeram dan menggeram, serta tidak makan apapun kecuali daging mentah, yang akan mereka makan dari sebuah mangkuk di atas tanah.
Mereka juga menghindari manusia, sering mencoba untuk menggigit atau mencakar mereka yang datang mendekati mereka dan benar-benar menolak untuk dimandikan atau berpakaian. Mereka konon adalah nocturnal, memiliki pandangan malam yang luar biasa hebat, dan indera penciuman dan pendengaran mereka juga sangat sensitiv.
Meskipun mereka selalu telanjang, tetapi anak-anak ini tampaknya tidak menunjukkan ketidaknyamanan dalam cuaca dingin, dan memang cenderung tidak menunjukkan emosi apapun sama sekali selain ketakutan. Pada malam hari, mereka terus-menerus melolong seperti serigala. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk berbicara atau bahkan mengerti apa yang dikatakan orang-orang kepada mereka.
Kamala & Amala |
Sayangnya, salah seorangnya yang bernama Amala tidak bertahan lama di lingkungan baru ini, ia meninggal karena infeksi ginjal pada tanggal 21 September, tahun 1921. Saudarinya Kamala, tidak menunjukkan tanda-tanda berkabung atau emosi atas kematian saudaranya tersebut, namun setelah itu semuanya menjadi jauh lebih baik, Kamala menjadi bisa lebih didekati dan bahkan belajar berjalan tegak, meskipun ia akan kembali ke posisi merangkak jika dia ingin pergi ke suatu tempat dengan lebih cepat, dan jelas mode merangkak ini lebih disukai olehnya.
Dia juga belajar sekitar 50 kata dari bahasa dan memperoleh pemahaman dasar tentang apa yang dikatakan kepadanya. Kamala bahkan belajar untuk memakan makanan yang dimasak untuk beberapa tingkat, meskipun dia jauh lebih suka daging mentah.
Namun, dia tidak pernah bisa menyesuaikan diri sepenuhnya untuk hidup dalam keadaan beradab, ia akhirnya meninggal karena TBC pada tanggal 14 November, tahun 1929 pada usia 17 tahun, ia berakhir masih dengan menyisakan tanda tanya besar.
Kasus Kamala dan Amala menjadi salah satu laporan paling terkenal dari anak-anak liar yang pada saat itu diliput secara luas di media. Namun, kasus itu juga telah menghadirkan berbagai kritik dan menimbulkan keraguan atas seberapa banyak kebenaran dari kejadian itu yang terjadi sebenarnya.
Kasus Kamala dan Amala menjadi salah satu laporan paling terkenal dari anak-anak liar yang pada saat itu diliput secara luas di media. Namun, kasus itu juga telah menghadirkan berbagai kritik dan menimbulkan keraguan atas seberapa banyak kebenaran dari kejadian itu yang terjadi sebenarnya.
Dalam sebuah buku harian Singh dimana ia mengaku telah terus menulisnya setiap hari selama anak-anak ini ditemukan, nyatanya ditulis setelah bertahun-tahun fakta itu berlalu. Ada juga sedikit titik yang ada dari sumber independen yang dapat menguatkan apa yang diklaim oleh Singh, dan kita hanya memiliki apa yang dikatakannya dalam laporan pada tangan pertama.
Menambah kebingungan lainnya adalah adanya berbagai versi cerita, seperti salah satunya adalah bahwa sebenarnya Singh diberi dua orang anak-anak oleh seorang pria yang tinggal di hutan, dan Singh meletakkan mereka di dalam kandang ketimbang menyelamatkan mereka.
Saya juga akan menambahkan bahwa beberapa elemen cerita diatas tampak terlalu berlebihan, seperti detail yang diberikan oleh Singh bahwa kanak-kanak itu ditampilkan memiliki mata reflektif di malam hari seperti kucing.
Hal ini tampaknya seperti sebuah detail sensasional mengingat bahwa mata manusia tidak memiliki tapetum lucidum, yang merupakan bagian dari mata pada beberapa hewan yang menyebabkan efek pantulan cahaya ini.
Tidak ada bukti sama sekali tentang manusia yang tinggal di padang gurun akan menyebabkan mata manusia untuk berevolusi secara spontan. Terlepas tentang bagaimana otentik kisah ini, kasus Kamala dan Amala telah menjadi salah satu kasus yang paling banyak dikenal dari anak-anak liar yang pernah diklaim.
Shamdeo
Kisah lain memiliki beberapa kesamaan dengan kasus ini adalah kisah seorang anak yang ditemukan pada tahun 1972 saat sedang bermain dengan sekelompok anak serigala lainnya di hutan Musafirkhana, sekitar 20 mil dari Sultanpur, India.Anak itu diperkirakan berusia sekitar 4 tahun, dan memiliki beberapa ciri fisik yang tidak biasa. Kulitnya sangat gelap, praktis gelap gulita, rambutnya tebal dan kusut, lututnya, siku dan telapak tangan tertutup seperti kepalan kasar, kukunya yang panjang dan bengkok, dan giginya dilaporkan tajam meruncing seperti taring.
Anak itu mudah terikat dekat dengan anjing dan serigala, tetapi tidak akan membiarkan dirinya didekati manusia, dan dia hanya akan makan hewan unggas yang hidup, dimana ia akan membunuhnya dan memakannya mentah-mentah, menunjukkan keinginan tertentu untuk mangsanya. Anak laki-laki liar ini dikenal sebagai Shamdeo, ia juga nokturnal dan tidak pernah berjalan tegak.
Shamdeo akhirnya belajar untuk memakan makanan yang dimasak, dan meskipun ia tidak pernah berbicara, walau ia mampu memahami beberapa bahasa isyarat. Pada tahun 1978 ia berganti nama menjadi Pascal dan pindah ke rumah Ibu Theresa dan meninggal disana, Lucknow, di mana ia menghabiskan sisa hidupnya sampai kematiannya pada tahun 1985.
Leopard Boy
Serigala sepertinya bukanlah satu-satunya hewan yang dikatakan pernah membesarkan manusia di antara kehidupan mereka sendiri. Pada tahun 1912 ada sebuah kisah Leopard Boy dari India. Dalam halaman laporan dari tahun 1920 edisi jurnal untuk Bombay Natural History Society adalah sebuah laporan aneh yang ditulis oleh EC Stuart Baker.Menurut laporan tersebut, pada tahun 1912 seorang anak berusia 2 tahun telah dibawa ke dalam kegelapan malam oleh seekor macan tutul di Utara Cachar Hills di dekat wilayah Assam. Pada saat itu diasumsikan bahwa anak itu telah dibunuh dan dimakan macan tersebut, tetapi 3 tahun kemudian ada pemburu yang membunuh seekor macan tutul di hutan dan menemukan tiga ekor anaknya, dan anehnya, salah satu anak macan tutul tersebut adalah seorang anak manusia berusia sekitar 5 tahun.
Hal itu bisa dipastikan bahwa ia adalah anak yang telah hilang dan ia dikembalikan ke keluarganya, meskipun saat itu ia terlihat berprilaku tidak seperti manusia, sikapnya berbeda sebelum ia meninggalkan rumah saat dibawa lari macan tersebut.
Leopard Boy dilaporkan berlari dengan cara merangkak secepat pria dewasa dapat berlari, dan bisa secara cepat menghindar dan menyelinap diantara semak, pohon, dan hambatan lain dengan mudah.
Leopard Boy dilaporkan berlari dengan cara merangkak secepat pria dewasa dapat berlari, dan bisa secara cepat menghindar dan menyelinap diantara semak, pohon, dan hambatan lain dengan mudah.
Pada lututnya terdapat seperti kepalan kasar, jari-jari kakinya telah bengkok hampir menyudut, dan tangan serta kakinya juga tertutup seperti kulit yang sangat kasar. Anak itu tidak bisa berbicara, hanya mengeluarkan geraman parau, dan pada awalnya ia tidak bisa didekati, karena ia akan menyerang untuk menggigit atau bertarung dengan siapa pun yang datang mendekatinya.
Dia memiliki kebiasaan membingungkan saat berjalan disekitar untuk menangkap ayam kampung, yang ia akan membunuhnya dengan gigitan dan tangan kosong dan melahapnya mentah-mentah. Meskipun ia menolak untuk pergi menjauh saat berada di dekat makanan yang sedang dimasak.
Leopard Boy akhirnya mulai belajar untuk berbicara dan berjalan tegak, tetapi ia tidak bisa menyesuaikan diri dengan rumah barunya, kemudian ia mengalami buta katarak sebelum kematiannya.
Roh Hutan
Pada tahun 1937, seorang pria bernama George Maranz mengunjungi sebuah rumah sakit jiwa di Bursa, Turki, di mana ia diperkenalkan dengan seorang gadis yang mengaku telah dibesarkan oleh beruang dan ditemukan di antara mereka.Menurut cerita tersebut, ada seorang pemburu yang menembak seekor ibu beruang dan kemudian diserang oleh sesuatu yang mereka sebut "roh hutan." Ternyata roh hutan ini adalah anak manusia, yang ditampilkan berprilaku dan memiliki vokalisasi seekor beruang.
Dia juga digambarkan bertubuh sangat baik untuk usianya dan bersikap sangat kasar, menolak makanan yang dimasak dan tidur di lantai di sudut ruangan. Penduduk desa di daerah di mana ia ditemukan mengklaim bahwa beruang telah menculik seorang anak berusia 2 tahun pada 14 tahun sebelumnya, dan gadis liar yang ditemukan itu secara luas diyakini adalah anak yang sama yang hilang dahulu.
The Girl With No Name
Pada tahun 1954, seorang anak perempuan muda berusia 5 tahun bernama Marina Chapman diculik dari desanya di daerah terpencil di Kolombia dan kemudian ditinggalkan oleh para penculiknya, dan diyakini meninggal di hutan.Namun ia malah kemudian diadopsi oleh sekelompok monyet capuchin, dimana ia hidup di antara monyet-monyet tersebut untuk selama 5 tahun ke depan, ia memakan buah, akar, sebagaimana monyet memakan makanan, ia tidur di lubang pohon dan bergerak memanjat merangkak seperti monyet. Dia juga bermain di pohon-pohon dengan kawanan monyet.
Ketika ia akhirnya diselamatkan oleh para pemburu pada tahun 1959, ia sebagian besar kehilangan kemampuan untuk berbicara bahasa manusia, dan dari kesulitan itu ia cenderung untuk berpikir dia akan lebih baik hidup sebagai monyet.
Para pemburu menjual Marina ke rumah bordil dan menjadi budak, setelah itu ia melarikan diri dan dan menjadi tunawisma di jalanan. Dalam beberapa tahun kemudian ia diadopsi oleh sebuah keluarga dan menjadi sebagai seorang pembantu rumah tangga sebelum akhirnya ia pindah untuk menetap di Bradford, Yorksire, Inggris pada tahun 1977.
Para pemburu menjual Marina ke rumah bordil dan menjadi budak, setelah itu ia melarikan diri dan dan menjadi tunawisma di jalanan. Dalam beberapa tahun kemudian ia diadopsi oleh sebuah keluarga dan menjadi sebagai seorang pembantu rumah tangga sebelum akhirnya ia pindah untuk menetap di Bradford, Yorksire, Inggris pada tahun 1977.
Dia akhirnya menemukan cintanya dan hidup bahagia, ia menikah dan memiliki anak. Marina Chapman menceritakan kisahnya dalam sebuah buku yang ditulis oleh putri bungsunya, Vanessa James, yang mencatat pengalaman liarnya, berjudul The Girl With No Name.
Anak Rusa Liar
Dari tahun 1960 datang sebuah kisah dari Suriah yang terdengar aneh yang disebut "Gazelle Boy". Pada tahun 1960, seorang antropolog bernama Jean Claude Auger melakukan perjalanan melintasi Gurun Sahara dan diduga ia mendengar kisah dari orang-orang nomaden tentang seorang anak liar yang berada tidak jauh dari lokasi tersebut.Auger pergi untuk menyelidiki dan mengklaim telah melihat seorang anak telanjang dengan cepat berlari di antara kawanan rusa. Anak laki-laki misterius ini dikatakan berjalan dengan merangkak, tetapi pada beberapa kesempatan ia mengambil sikap berdiri dengan dua kakinya untuk memindai cakrawala.
Anak liar ini diklaim bereaksi dengan berkedut pada telinganya dan ekspresi wajah yang sangat mirip dengan rusa di sekelilingnya, dan tampaknya gelisah dan waspada dengan predator. Untuk makanan, ia terpantau memakan rumput dan akar langsung dengan giginya, mirip dengan hewan di sekelilingnya, dan giginya ternyata menjadi lebih pipih seperti sahabat herbivora-nya, yakni rusa.
Sayangnya, Auger tidak pernah bisa untuk berada lebih dekat dengan Gazelle Boy, dan sebuah upaya pada tahun 1966 untuk menangkapnya dengan jaring yang dilemparkan dari helikopter menemui kegagalan. The Gazelle Boy misterius tidak pernah ditangkap dan tidak pernah diketahui siapa dia atau apa yang terjadi padanya.
Manusia Ayam?
Kisah yang bahkan lebih aneh lagi adalah tentang seorang anak berusia 8 tahun bernama Sujit Kumar, yang ditemukan di sebuah jalan di Fiji pada tahun 1978, ia mengepakkan kedua tangannya seperti sayap dan berkotek seperti ayam.Ketika ia berlari, aktingnya benar-benar menyerupai ayam, berjongkok di atas kursi seolah bertengger, dan akan mematuk makanan ketimbang menggunakan tangannya untuk makan. Dia tidak berbicara, melainkan hanya mengeluarkan suara aneh dengan lidahnya.
Di ketahui kemudian bahwa orang tuanya telah mengunci dia di kandang ayam pada usia yang sangat muda, setelah itu ibunya bunuh diri dan ayahnya telah dibunuh. Dia diadopsi oleh kakeknya, yang terus menjaga dia di dalam kandang.
Dalam tahun-tahun terbatas hidup bersama ayam, Sujit telah belajar untuk bertindak seperti ayam dan meniru perilaku mereka. Dia akhirnya diadopsi oleh Elizabeth Clayton, dan belajar untuk berbicara dan bertindak seperti layaknya manusia lagi.
The Monkey Boy Of Uganda
Cerita tentang manusia liar ternyata terus terjadi sampai ke zaman modern. Salah satu kasus terkenal dan lumayan baru adalah kisah tentang John Ssebunya, yang juga dikenal sebagai "The Monkey Boy of Uganda." Pada usia 3 atau 4 tahun, John lari dari rumahnya di Uganda pada tahun 1988 setelah menyaksikan pemandangan mengerikan saat ayahnya yang alkoholik membunuh ibunya.Dia berlari dan berlari ke hutan untuk kemudian menghilang. 3 tahun kemudian, pada tahun 1991, dia ditemukan hidup di antara sekelompok monyet vervet oleh seorang wanita yang sedang mengumpulkan kayu bakar.
Seperti banyak kasus lain dari anak-anak liar, John ditampilkan adalah jenis yang sama dari manusia berperilaku seperti binatang yang hidup bersamanya, dalam peristiwa ini, ia berjalan seperti monyet, memanjat, memakan hanya makanan yang monyet makan, seperti buah, akar, kacang-kacangan, ubi jalar dan ubi kayu, dan umumnya menghindari kontak dengan manusia pada awalnya.
Dia juga tidak mampu berbicara, hanya berceloteh seperti monyet. Lutut dan sikunya memiliki kapalan kasar, kuku tumbuh panjang dan melengkung, dan ia sangat berbulu. Setelah dimasukkan ke dalam panti asuhan untuk sementara, sebuah keluarga akhirnya mengambil John dan ia mulai belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Tidak seperti banyak kasus anak-anak liar lainnya, John akhirnya bisa belajar bahasa manusia lagi, dan memang, akhirnya ia telah menjadi seorang penyanyi yang cukup baik, ia sering mengadakan tur dengan The Pearl of Africa Children’s Choir.
Hidup Seperti Anjing
Pada tahun 1991, seorang anak berusia 8 tahun bernama Oxana Malaya ditemukan hidup di antara anjing di Ukraina. Sebagai seorang kanak-kanak, Oxana hidup secara terbatas dalam kandang anjing di belakang rumah orang tuanya yang alkoholik, lalai dan kasar.Selama 6 tahun Oxana hidup di antara anjing-anjing, dengan sedikit atau tidak ada kontak manusia sama sekali. Akibatnya, ia menganggap dirinya seperti anjing ketimbang seorang manusia, dan memiliki banyak kebiasaan dan tingkah laku anjing.
Ketika ia ditemukan, Oxana berjalan di sekitar dengan cara merangkak dan terengah-engah dengan lidahnya yang menjulur seperti anjing. Dia juga akan menunjukkan giginya dan menggeram serta menggong-gong ketika ada orang yang berusaha mendekatinya.
Oxana tidak bisa berbicara selain kata-kata "ya" dan "tidak", komunikasi sebagian besarnya dengan cara menyalak seperti anjing, dia mengendus makanan dan memakannya tanpa menggunakan tangannya, dan dia berjongkok dan tidur dengan cara anjing. Dia juga diketahui telah mengembangkan indera penciuman yang sangat akut, termasuk penglihatan, dan pendengaran.
Oxana akhirnya belajar untuk berbicara dan berjalan tegak lagi, tetapi dia tetap hidup dalam gangguan mentalnya. Dia saat ini tinggal di sebuah lembaga gangguan mental di Odessa, yang bertanggung jawab untuk mengurus anak malang ini.
Mirip dengan kasus Oxana, adalah seorang gadis muda yang dikenal bernama Madina. Ditemukan oleh para pekerja sosial di Rusia di tahun 2013, saat itu Madina berusia 3 tahun dan rupanya menghabiskan seluruh hidupnya dibesarkan oleh sekawanan anjing liar.
Mirip dengan kasus Oxana, adalah seorang gadis muda yang dikenal bernama Madina. Ditemukan oleh para pekerja sosial di Rusia di tahun 2013, saat itu Madina berusia 3 tahun dan rupanya menghabiskan seluruh hidupnya dibesarkan oleh sekawanan anjing liar.
Saat ditemukan dia dalam keadaan telanjang, mampu berlari gesit dengan cara merangkak, menyalak dan menggeram pada "penyelamat-nya." Dia hanya tahu dua kata, yakni "ya" dan "tidak." Ketika Madina diperiksa, ia ditemukan sehat secara fisik, dan dengan cepat dia berhasil mempelajari bahasa normal, dan dianggap cukup muda bahwa dia bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan normal kembali sebagai seorang manusia.
Cambodian Jungle Girl
Namun tidak semua manusia liar adalah anak-anak. Pada tahun 2007, dengan bertelanjang tubuh, seorang wanita berusia sekitar 27 tahun tertangkap saat berusaha mencuri makanan di sebuah desa terpencil di provinsi Ratanakiri Kamboja.Ia kemudian dikenal bahwa ia adalah seorang putri dari seorang polisi desa, yang mengenalinya dari bekas luka yang khas di lengannya. Gadis yang bernama Rochom P'ngien, telah hilang pada tahun 1988, saat ia berusia 8 tahun, bersamaan dengan adiknya yang berusia 6 tahun menghilang saat mengembala kerbau mereka. Saat itu mereka telah dianggap telah tersesat di hutan dan meninggal dunia.
Rochom praktis mudah dikenali saat ditemukan meski tubuhnya kotor, ditutupi dengan banyak bekas luka, dan rambutnya berantakan. Dia tidak bisa berjalan tegak, tetapi lebih pada posisi merangkak, dan dia tidak mampu berbicara apapun, komunikasi dilakukan dengan gerakan dan dengusan, hanya mampu mengucapkan kata-kata "ayah", "ibu" dan "sakit perut."
Rochom praktis mudah dikenali saat ditemukan meski tubuhnya kotor, ditutupi dengan banyak bekas luka, dan rambutnya berantakan. Dia tidak bisa berjalan tegak, tetapi lebih pada posisi merangkak, dan dia tidak mampu berbicara apapun, komunikasi dilakukan dengan gerakan dan dengusan, hanya mampu mengucapkan kata-kata "ayah", "ibu" dan "sakit perut."
Selama beberapa tahun ke depan dia belajar untuk mandi dan berpakaian sendiri, tetapi dia dengan cepat untuk merobek pakaiannya di saat itu juga, dan sangat pilih-pilih tentang apa yang dia makan, sampai-sampai dia pernah dibawa ke rumah sakit karena kekurangan gizi.
Wanita misterius akhirnya belajar untuk berbicara beberapa kata dari bahasanya, serta beberapa keterampilan sosial seperti kontak mata dan tersenyum, tetapi dia tidak pernah mendapatkan kemampuannya untuk berkomunikasi secara sempurna. Daripada makan dan tidur di dalam rumah keluarganya, ia malah memilih untuk tinggal di kandang ayam.
Rochom juga terkadang berjalan jauh dari rumah, kadang-kadang sampai satu bulan pada satu waktu, sebelum akhirnya kembali dari hutan. Dalam satu insiden yang terjadi seperti pada tahun 2010, ia dilaporkan menghilang selama 11 hari, setelah itu ia ditemukan berada di sebuah jamban sedalam 10 meter di dalam hutan.
Rochom P'ngien |
Dalam tahun-tahun kemudian ada beberapa keraguan tentang jati diri wanita liar tersebut. Pada bulan Juli 2016, seorang pria bernama Pel dari provinsi Gai Lai Vietnam datang dan mengklaim bahwa wanita tersebut adalah putrinya yang telah lama hilang, yang katanya wanita itu bernama Tak dan telah lenyap dari desanya pada tahun 2006.
Setelah 2 minggu menganalisis berbagai dokumentasi dan kesaksian yang diberikan oleh Pel dalam upaya untuk membuktikan bahwa dia itu memang putrinya, pihak berwenang akhirnya mengizinkan wanita misterius untuk dibawa kembali ke Vietnam.
Namun apa sebenarnya yang terjadi dengan "Cambodian Jungle Girl" di tahun-tahun antara saat dia menghilang dan saat ia ditemukan masih merupakan misteri yang tak terpecahkan.
Sebenarnya ada jauh lebih banyak cerita tentang manusia liar dari yang saya bisa tuliskan di sini, jumlah yang sangat mengejutkan. Rasanya cukup untuk menjadi daya tarik tertentu dari cerita ini dan beberapa dari mereka saya yakin telah menjadi begitu terjalin erat secara berlebihan dengan mitos, dan legenda yang seringkali sulit untuk mengatakan di mana fantasi berakhir dan dimana pula kenyataan bermula.
Sebenarnya ada jauh lebih banyak cerita tentang manusia liar dari yang saya bisa tuliskan di sini, jumlah yang sangat mengejutkan. Rasanya cukup untuk menjadi daya tarik tertentu dari cerita ini dan beberapa dari mereka saya yakin telah menjadi begitu terjalin erat secara berlebihan dengan mitos, dan legenda yang seringkali sulit untuk mengatakan di mana fantasi berakhir dan dimana pula kenyataan bermula.
Namun, semua laporan tersebut selalu menarik dan menahan misteri yang mendalam serta membuka wawasan potensial tentang kemungkinan sifat manusia sesungguhnya di alam liar.
Yakni apa yang orang-orang misterius ini beri tahu kepada kita tentang kondisi manusia? Apakah kita yang menjadikan rasa kemanusiaan itu sesungguhnya dengan lingkungan kita, budaya, dan bahasa? Apakah kita beradab dan dijinakkan oleh masyarakat, namun pelabuhan dalam diri kita sendiri yang lebih cenderung dengan sifat kebinatangan sedang bersembunyi di bawah permukaan, berdenyut di bawah topeng tenang peradaban?
Tampaknya dengan banyaknya laporan tersebut tentang orang liar, kita bisa mendapatkan sekilas informasi tentang sisi kebinatangan tersebut, untuk melihat kedalam aspek liar kita di alam kita yang sebagian besar dari kita tidak akan pernah mengalami semua itu, dan mungkin dengan mengintip semua ini, ke dalam alam hewani ini, akan dapat memberikan kita wawasan tentang apa artinya menjadi manusia sesungguhnya. Semoga anda berfikir dan Wassalamualaikum.