Sejarah Aneh Manusia Berkepala Anjing, Benarkah Mereka Pernah Ada?
cerita SejarahHalo emosi muda,.. Assalamualaikum. Di sepanjang sejarah manusia, kita memiliki banyak koleksi cerita tentang kisah binatang menakjubkan yang fantastis serta humanoid yang masuk menyelinap ke dalam seni, sastra, dan memang, bahkan makhluk-makhluk aneh ini sering hadir dalam catatan kuno dan jurnal harian para penjelajah.
Keanehan ini sering ditulis dan terdaftar tepat di samping hewan yang terkadang begitu akrab dengan kehidupan kita, membawa kita ke titik bahwa pada waktu itu akan sangat sulit untuk mengatakan apa yang mungkin menjadi dasar dalam kenyataan masa lalu yang menghadirkan mitos dan legenda.
Manusia Berkepala Anjing
Mungkin salah satu makhluk asing dari cerita kuno para penjelajah yang paling terkenal adalah manusia berkepala anjing. Tampaknya, cerita ini sangat tidak masuk di akal, dan rasanya tidak mungkin untuk bisa dipastikan, makhluk seperti ini tetap menjadi lazim dan terus-menerus hadir dalam berbagai laporan penampakan dan tertulis dalam banyak tulisan di sepanjang sejarah, serta mengaburkan batas antara legenda dan fakta yang selalu menghadirkan pertanyaan besar, benarkah mereka ada?
Awal mula cerita tentang manusia berkepala anjing ini kembali dalam sejarah masa lalu. Sebagian besar orang menyebutnya sebagai Cynocephali, yang berasal dari kata Yunani kuno, yakni "Cyno," yang berarti anjing, dan "cephaly," yang berarti penyakit kepala, dan istilah ini pula yang biasanya digambarkan sebagai dasar dari manusia dengan kepala anjing, dan fitur ini hadir dalam berbagai cerita dan budaya di seluruh dunia, di mulai dari Mesir kuno, Yunani kuno, Eropa abad pertengahan hingga Afrika, serta hadir pula ke dalam mitologi keyakinan Kristen.
Di sekitar tahun 400 SM, seorang tabib Yunani bernama Ctesias menulis laporan menarik dan cukup rinci tentang cynocephali dari pegunungan India, yang pada waktu itu dikenal sebagai Indica. Dalam laporannya, ia menggambarkan tentang sebuah suku dari manusia berkepala anjing, yang berkomunikasi dengan menggunakan serangkaian menyalak dan geraman, meskipun mereka bisa mengerti bahasa manusia, dan hidup dari daging mentah.
Mereka dikatakan memiliki gigi yang lebih panjang daripada anjing, serta kuku yang panjang, melengkung dan membulat. Suku kepala anjing ini dilaporkan hidup dengan berburu, menjemur hasil buruan mereka di bawah sinar matahari, serta memelihara kawanan domba dan kambing.
Mereka juga menyukai buah Siptakhora, dan dikenal sebagai petani buah ini untuk tujuan perdagangan dengan menukarnya untuk roti, tepung, kapas, serta pedang, tombak, busur dan anak panah. Ctesias juga memberikan rincian lebih lanjut tentang ras aneh ini demikian:
"Mereka tidak tinggal di rumah, tapi di gua-gua. Mereka berangkat dengan panah dan tombak, dan karena kaki mereka sangat gesit, mereka mengejar dan segera menangkap buruan mereka. Para wanita mereka mandi sebulan sekali, yang pria tidak mandi sama sekali, tetapi hanya mencuci tangan mereka. Mereka mengurapi diri tiga kali dalam sebulan dengan minyak yang terbuat dari susu, dan membersihkan diri dengan kulit. Pakaian pria dan wanita mereka sama-sama bukan kulit berbulu, tetapi kulit bersih dan sangat halus. Yang terkaya memakai kain linen, tetapi mereka sedikit jumlahnya. Mereka tidak memiliki tempat tidur, tetapi tidur di atas daun atau rumput. Bagi yang memiliki domba terbanyak, dianggap yang terkaya, ukuran dalam hal harta benda mereka. Semuanya, baik pria maupun wanita, memiliki ekor di atas pinggul mereka, seperti anjing, tetapi lebih panjang dan lebih berbulu. Mereka hidup lebih lama daripada manusia biasa, 170 tahun, kadang-kadang sampai 200 tahun".
Memang, pada saat itu India dikatakan merupakan salah satu wilayah habitat utama dari ras bangsa cynocephali, dan seorang penjelajah Yunani bernama Megasthenes juga menceritakan ras anjing berkepala manusia di sini, yang mengenakan kulit binatang, hidup di pegunungan, dan memimpin kehidupan berburu, berbicara satu sama lain dengan cara menyalak dan menggeram.
Seorang filsuf bernama Claudius Aelianus juga menulis tentang manusia berkepala anjing dari India sebagai ras yang damai, yang makan dengan cara menjemur daging hewan, juga memelihara berbagai ternak seperti domba dan kambing. Ketika Alexander Agung menyerbu India pada abad ke 4 SM, dia juga mengklaim di dalam surat kepada gurunya, Aristoteles, bahwa ia telah bertemu dengan manusia berkepala anjing.
Sang Alexander Agung bahkan mengaku telah menangkap beberapa makhluk itu dalam pertempuran, yang katanya makhluk ini sangat sengit dan ganas, menggonggong dan menggeram. Sejarawan Yunani Herodotus juga menulis banyak tentang keberadaan makhluk tersebut, dimana ia mengklaim bahwa orang Libya kuno percaya bahwa tanah daratan timur diyakini merupakan wilayah mereka. Dia mengatakan:
"Wilayah sisi timur Libya, di mana pengembara tinggal, wilayah rendah dan berpasir, sejauh sungai Triton; tetapi ke arah barat dari tanah para petani itu sangat berbukit, penuh dengan hutan dan binatang liar. Di sini juga ada manusia berwajah anjing, dan makhluk tanpa kepala, dimana orang Libya mengatakan bahwa ada yang memiliki mata di dada mereka."
Memang, selama berabad-abad banyak para penjelajah, penakluk, dan petualang melaporkan keberadaan makhluk aneh ini. Di kemudian hari, seorang penulis Romawi, naturalis yang juga merupakan seorang filsuf, Pliny the Elder mendaftarkan mereka di antara berbagai jenis makhluk misterius lainnya dari jenis manusia, yang disebut "Ras monster," di mulai dari ras kanibal hingga manusia tanpa kepala, dalam karyanya, Natural History. Mereka digambarkan memiliki cakar yang panjang dan memburu mangsa.
Cynocephali terus muncul di kemudian hari, terutama dalam tulisan-tulisan reliji Kristen. Salah satu kisah populer adalah kisah dari Santo atau Saint Christopher, yang kadang-kadang digambarkan dalam karya seni kuno Gereja Ortodoks Timur bahwa ia memiliki kepala anjing.
Menurut kisah tersebut, pada masa pemerintahan Kaisar Diocletian, seorang pria bernama Reprebus, Rebrebus atau Reprobus ditawan saat terjadi pertempuran di Mesir barat. Dia digambarkan bertubuh besar, dengan kepala anjing dan kecenderungan untuk menggonggong dan memakan daging mentah.
Dalam kisah itu, ia kemudian diduga bertemu Kristus, meninggalkan jalan hidupnya, dibaptis, dan secara ajaib berubah menjadi bentuk manusia, setelah itu ia menjalani hidup secara relijius dan menjadi seorang prajurit Kristus, yang akhirnya mendapatkan kesucian.
Tulisan-tulisan di abad pertengahan lainnya yang menyebutkan cynocephali berasal dari tulisan Paul the Deacon, Historia Gentis Langobardorum, di mana ia menyatakan bahwa suku manusia berkepala anjing adalah ras kanibalisme biadab yang menikmati meminum darah dan suka berperang.
Nodwell Codex, adalah manuskrip yang paling terkenal sebagai naskah yang meliputi kisah epik Beowulf, menyebutkan cynocephali sebagai makhluk "Setengah anjing," di dalam satu bagian yang disebut Wonders of the East (Keajaiban Timur).
Mereka bahkan disebutkan dalam cerita Raja Arthur, saat pasukannya melakukan pertempuran dengan sejumlah manusia berkepala anjing di pegunungan Eidyn, dimana ratusan dari mereka dibunuh oleh prajurit Bedwyr.
Para musafir juga sering menulis tentang orang-orang berkepala anjing misterius ini. Salah seorangnya adalah pendeta Italia dengan nama Odorico of Pordenone, yang bepergian untuk melakukan misionaris di antara tahun 1317 dan tahun 1330, ia mengaku telah menemukan cynocephali di pulau Nicoveran.
Mereka digambarkan sebagai makhluk yang kasar, tetapi memiliki bentuk keyakinan agama yang terorganisir, menyembah lembu dan mengenakan berbagai emas dan perak dalam ritualnya. Seorang inkuisitor Kardinal Prancis Pierre d'Ailley mengklaim bahwa pada tahun 1410 terdapat ras anjing berkepala manusia di India, serta variasi lainnya, yakni makhluk bermata satu yang disebut sebagai Carismaspi. Penjelajah Giovanni da Pian del Carpine juga menyebutkan adanya ras berkepala anjing yang ia klaim mendiami tanah utara dari Dalai Nor (Lautan Utara), dan Danau Baikal.
Memang, penggambaran cynocephali muncul di peta waktu itu, mirip dengan naga dan hewan aneh menakjubkan lainnya yang di gambarkan oleh para pembuat peta yang menghiasi peta mereka saat itu. Penjelajah besar Marco Polo bahkan turut menulis tentang orang-orang berkepala anjing ini. Saat ia menggambarkan perjalanannya ke pulau Angamanian, ia mengatakan tentang ras aneh tersebut demikian:
"Angamanain adalah pulau yang sangat besar. Orang-orang tanpa raja dan penyembah berhala, dan tidak lebih baik dari binatang buas. Dan saya meyakinkan anda, bahwa semua orang di pulau Angamanain ini memiliki kepala seperti anjing, dan gigi serta mata juga; pada kenyataannya, wajah mereka semua seperti anjing mastiff besar! Mereka memiliki sejumlah rempah-rempah; tetapi mereka adalah generasi yang paling kejam, dan akan memakan semua orang yang mereka tangkap, jika bukan dari ras mereka sendiri".
Jurnal perjalanan selanjutnya ke Dunia Baru juga menampilkan fitur cynocephali ini. Si pembantai suku Indian yang terkenal, Christopher Colombus pernah menyebutkan makhluk tersebut.
Setelah mendarat di Haiti, yang kemudian disebut Bohio, ia menulis tentang sesosok makhluk yang penduduk setempat menyebutnya sebagai Caniba, atau Canina, dengan "satu mata di dahi dan berkepala anjing," yang juga dikenal sebagai pemakan manusia. Colombus kemudian mengungkapkan skeptisisme tentang keberadaan makhluk tersebut, ia mengatakan dalam sebuah surat kepada Ratu Isabella;
Meski demikian, cerita-cerita tersebut malah dianggap serius oleh pihak lain, seperti Diego Velázquez de Cuéllar, gubernur Spanyol Hispaniola, yang pada tahun 1519 memerintahkan conquistador Hernan Cortes sebelum melakukan ekspedisi ke Meksiko bahwa ia akan terus mencari "Manusia dengan telinga besar dan bahkan beberapanya berwajah anjing."
"Dalam pulau-pulau ini, saya sejauh ini tidak menemukan manusia monster, sebagaimana yang diduga".
Meski demikian, cerita-cerita tersebut malah dianggap serius oleh pihak lain, seperti Diego Velázquez de Cuéllar, gubernur Spanyol Hispaniola, yang pada tahun 1519 memerintahkan conquistador Hernan Cortes sebelum melakukan ekspedisi ke Meksiko bahwa ia akan terus mencari "Manusia dengan telinga besar dan bahkan beberapanya berwajah anjing."
Suku misterius ini memang terdengar sangat aneh, manusia berkepala anjing telah menghilang dalam kabut waktu, lantas apa yang menyebabkan mereka menjadi santer terdengar di mana-mana di sepanjang sejarah?
Apakah ini hanya sifat fantastis dari imajinasi para penjelajah yang merindukan untuk menemukan sesuatu yang luar biasa? Karena sepertinya kisah-kisah tersebut mirip dengan apa yang mengingatkan kita tentang makhluk luar biasa seperti unicorn atau naga misalnya?
Atau ini mungkin hanya kesalahan identifikasi dari jenis lain dari fauna lokal yang tidak familiar? Seorang Cryptozoologist terkenal, Bernard Heuvelmans berspekulasi dalam bukunya On the Track Unknown Animals dimana cerita seperti cynocephali ini, terutama di Afrika, mungkin muncul dari penampakan dari jenis lemur yang dikenal sebagai lemur indri, yang berdiri di sekitar 3 kaki tingginya. Heuvelmans mengatakan teorinya sebagaimana berikut:
"Ini adalah lemur yang terbesar yang dikenal saat ini, dan yang luar biasanya adalah seperti manusia kecil dengan kepala anjing. Setinggi tiga kaki dan tanpa ekor tetapi hanya ekor buntung yang tidak mencolok, secara mengherankan lemur indri ini sepintas terlihat seperti manusia. Seperti lemur lainnya, atau setengah monyet, ia memiliki moncong halus dan runcing, yang membuat kepalanya lebih mirip seperti rubah atau anjing".
Suku Madagaskar memang meyakini bahwa lemur masih memiliki garis keturunan dari manusia, mereka berubah menjadi dalam bentuk tersebut karena penolakan mereka untuk bekerja kepada suku, jadi mitos tersebut mungkin telah memberikan kontribusi pada cerita tentang manusia berkepala anjing.
Heuvelmans juga cukup menghibur dengan gagasan tentang monyet berekor singa atau wanderoo (Vetulus Silenus) dari India mungkin bertanggung jawab untuk laporan penampakan dari cynocephali.
Ada juga kemungkinan bahwa babon atau bentuk lain dari primata bisa saja keliru untuk difahami menjadi manusia berkepala anjing, dan memang dalam beberapa catatan kuno, cynocephali tercantum di antara primata, kadang-kadang bahkan dikategorikan sebagai manusia sekaligus hewan, seakan-akan juru katalog tersebut juga tidak yakin bagaimana untuk mengklasifikasikan mereka sesungguhnya.
Namun, mungkinkah itu semua bisa menjelaskan secara persisten dari penampakan dan pertemuan dengan ras manusia berkepala anjing yang begitu jelas hadir dalam banyak laporan, serta mengapa ada cerita yang menampilkan banyak budaya dan peradaban yang mereka miliki?
Atau ini hanyalah hasil dari mitos, legenda, atau bahkan prasangka rasial yang diberikan kepada musuh atau kasta sosial yang lebih rendah? Apa sebenarnya yang terjadi di sini? Fenomena aneh dari orang-orang berkepala anjing, cynocephali, tetap bercokol dalam cerita dan tulisan-tulisan dari masa lalu, mulai dari penjelajah hingga para filsuf, dan merupakan fitur keanehan dari sejarah yang tak terjelaskan.
Tidak jelas siapa mereka sebenarnya, jika mereka memang tidak pernah eksis sama sekali, lantas mengapa mereka muncul begitu sering dalam seni dan sejarah kuno di seluruh dunia. Kita hanya bisa berspekulasi dan bertanya-tanya apakah ada hal-hal lain yang mengintai di luar kabut waktu yang kita belum fahami? Yang jelas semua ini tentu memiliki jawaban yang telak, mesti saat ini jawaban tersebut masih tersimpan dibalik gelapnya bayang-bayang masa lalu. Semoga anda berfikir dan Wassalamualaikum.