Pedang Terkutuk Misterius Dari Jepang
cerita SejarahHalo emosi muda,.. Assalamualaikum. Telah lama menjadi pokok cerita fantasi, kisah tentang pedang magis atau terkutuk yang meresap di antara sejarah dan mitos di dalam banyak budaya di seluruh dunia. Dan di satu tempat di mana cerita semacam itu telah lama terjalin dengan catatan sejarah adalah Jepang.
Pedang Katana Sakti Jepang
Dengan sejarah perang feodal dan prajurit samurai yang panjang, pedang, yang biasanya disebut sebagai Katana dalam bahasa Jepang, lebih memiliki banyak nilai daripada sekedar senjata, merupakan benda yang dianggap suci dan dihormati oleh rakyat Jepang.
Bagi para samurai yang memegangnya, katana adalah kehidupan bagi diri mereka sendiri, dan merupakan hasil usaha telaten dari ahli pedang yang mengangkat keahlian mereka sampai-sampai katana Jepang menjadi terkenal di dunia karena kualitas, keindahan, dan sifat mematikannya yang superior.
Mengingat tradisi panjang dengan berbagai penghormatan, dan terduduk tinggi dalam budaya dan sejarah Jepang, maka legenda katana ini, mungkin menjadi tidak mengherankan bahwa Jepang juga memiliki kisah tentang pedang misterius, sesuatu yang dikutuk, misterius, atau keduanya.
Di sini, di antara duri sejarah pedang yang menebas di antara para samurai yang bertempur di medan perang, dan para pembuat pedang yang bekerja keras untuk menempa logam mematikan mereka, ini adalah sebuah kisah tentang katana yang telah dikenal memiliki kekuatan misterius dengan sejarah yang penuh darah.
Pedang Muramasa
Di antara yang paling besar dan yang paling legendaris dari seorang jagoan pedang terkenal Jepang adalah seseorang yang disebut Muramasa Sengo, yang tinggal dan mengasah keahliannya selama periode Muromachi (abad ke-14-15 Masehi). Muramasa dan sekolah pembuatan pedangnya terkenal dengan kualitas dan ketajaman pedang mereka yang luar biasa, ia membuat senjata yang sangat berharga dan paling dicari oleh para pejuang dan para jenderal.
Memang, Muramasa dianggap sebagai salah satu pembuat pedang terbaik yang pernah hidup, tapi dia juga terkenal karena sifatnya yang kurang stabil dan kutukan gelap yang semakin dipercaya mengilhami pedang buatannya.
Banyak rumor semacam itu dimulai dengan kepribadian Muramasa yang abrasif dan berbahaya. Selain menjadi seorang tukang pedang yang brilian, dia juga dianggap kurang waras dan cenderung terjun ke dalam kemarahan yang datang tiba-tiba, dimana dia akan menyerang siapa pun yang cukup malang untuk berada di dekatnya.
Pikirannya yang tidak seimbang ini, terhuyung-huyung di ambang kegilaan total, dikombinasikan dengan sifat perfeksionisme tanpa henti dan semangat yang tak terkendali untuk membuat pedang mematikan hingga menyatu dan membeku menjadi campuran antara kejeniusan, haus darah, fokus, dan kegilaan yang mengerikan yang berdiam didalam dirinya merasuk kedalam katana yang ia tempa.
Menambah seramnya hal ini adalah dugaan bahwa Muramasa dengan tergesa-gesa berkata kepada siapapun yang mau mendengarkan bahwa pedangnya akan menjadi sebuah "Penghancur Agung," dan pedangnya memang akhirnya mendapatkan reputasi yang kurang menyenangkan meski popularitas dan permintaannya tinggi.
Banyak peristiwa suram dan mengerikan yang dikaitkan dengan dugaan pedang Muramasa. Mungkin yang paling sering adalah bahwa pedang buatannya memiliki kecenderungan memiliki sifat liar dan buas dalam arti tertentu, mengirim pemiliknya ke dalam kemarahan pertempuran brutal dan bahkan dalam beberapa versi memberi pemegangnya keahlian pedang yang superior, juga memberi mereka kekuatan super sementara dan perlawanan terhadap rasa sakit dan luka.
Pedang Muramasa yang terkutuk ini juga dikatakan selalu haus akan darah, dan jika mereka merasa tidak puas dengan darah yang ditumpahkan dari kekalahan musuh mereka yang telah menyerah, maka mereka akan memaksa musuh mereka yang telah kalah untuk bunuh diri demi menenangkan pedang mereka.
Memang, sering dikatakan bahwa begitu Katana Muramasa dicabut keluar, pedang tersebut dengan keras menuntut darah sebelum bisa dimasukkan kembali ke dalam sarungnya, Yang berarti hampir pastinya adalah sebuah azab besar bagi pemiliknya jika tidak ada orang lain di sekitarnya untuk melampiaskan akan kehausan darah dari pedang yang dipegangnya.
Atau bahkan saat pedang itu tidak ditarik keluar, dikatakan kadang-kadang pedang tersebut akan meminta keluar untuk dilepaskan, dan jika sudah keluar dari sarungnya, dan itu mestilah akan ada kematian, atau terkadang pedang itu mencoba menghasut dan memaksa pemiliknya untuk pergi berburu beberapa manusia malang hanya untuk dibunuh.
Meski pedang Muramasa adalah senjata ampuh yang tak dapat disangkal ketangguhannya dalam peperangan, namun kutukan gelap ini membuat pedang dan para pemiliknya menjadi berbahaya bagi semua orang yang berada di sekitar mereka.
Banyak cerita bermunculan dari pedang Muramasa yang meminta tumbal dari pemiliknya, ia akan menyerang untuk meminum darah siapa pun yang ada dalam jangkauannya, termasuk tidak hanya musuh saja, tetapi juga sekutu, teman, kerabat dan bahkan anggota keluarga sendiri, dimana pemegang pedang ini tidak akan dapat melakukan apapun untuk menghentikan kehausan darah dari pedang ini. Berpacu dengan hiruk-pikuk kejahatan pedang itu.
Cerita yang menggambarkan samurai yang dipersenjatai dengan pedang Muramasa akan menyerang teman-teman, sekutu, dan keluarga tercinta dan mereka menyaksikan sendiri dengan tanpa daya saat tubuh mereka sendiri memotong-motong orang yang mereka sayangi.
Dan dalam keadaan yang sangat haus darah dan amarah, pedang Muramasa dikatakan tidak akan membedakan antara kawan dan lawan, dan menggunakan pemiliknya hanya sebagai alat untuk memuaskan kekuatan jahat yang berada didalamnya.
Reputasi jahat ini akhirnya berakhir dimasa Keshogunan Tokugawa, yang merupakan pemerintahan feodal terakhir di Jepang, didirikan pada tahun 1603 oleh shogun Tokugawa Ieyasu, yang dengan tegas percaya bahwa pedang Muramasa adalah pedang terkutuk, dan menyalahkan pedang itu atas kematian banyak orang. Baik teman, sekutu, dan kerabatnya.
Memang, rupanya ayah shogun ini sendiri, Matsudaira Hirotada, dan kakeknya, Matsudaira Kiyoyasu, keduanya ditebas ketika pengikut mereka tidak bisa mengendalikan dirinya saat memegang pedang semacam itu.
Dan Tokugawa sendiri bahkan mengklaim bahwa dia juga pernah terluka saat merasakan tebasan katana Muramasa yang dibawa oleh salah seorang pengawal samurainya saat dia sedang menginspeksi barisan pasukannya. Di kemudian hari, isteri dan anak angkatnya juga diduga telah dieksekusi dengan menggunakan pedang Muramasa. Semua ini memicu rumor bahwa pedang Muramasa mengintai keluarga Tokugawa.
Gagasan ini menjadi sangat lazim sehingga Ieyasu Tokugawa akhirnya melarang keberadaan Katana Muramasa di wilayahnya. Banyak dari pedang tersebut kemudian dilebur atau dihancurkan, namun karena Katana ini sangat dihormati karena kualitasnya, maka sebagian yang lain dipercaya telah disembunyikan atau mengaburkan keberadaannya dengan menambah dengan ciri khas tertentu yang berbeda, diubah atau ada bagian yang dihapus, bagi mereka yang masih memilikinya akan menghadapi hukuman berat, biasanya yang bersalah akan dipaksa untuk berpestakan darah melakukan ritual bunuh diri, atau Seppuku.
Meski begitu, katana Muramasa melanjutkan sejarahnya menuju status legendaris. Mengingat katana ini diperkirakan bisa mencari dan membunuh shogun dan keluarganya, maka ada juga permintaan baru untuk pedang ini di antara musuh-musuh Tokugawa, yang menghasilkan beberapa pandai besi untuk meniru replika palsu yang cerdik untuk mendapatkan keuntungan.
Dan karena jumlah pemalsuan yang dibuat selama era ini begitu melimpah, sampai saat ini sulit untuk mengetahui dengan pasti apakah pedang Muramasa yang ditemukan saat ini apakah asli itu asli atau tidak.
Pedang Masamune
Kontras dengan kejahatan Pedang Muramasa yang terkutuk, di sisi lain ada seorang ahli pedang dan pendeta terkenal yang tinggal beberapa ratus tahun sebelumnya dengan nama Gorō Masamune (1264-1343 M), yang dianggap mungkin sebagai master pedang yang terhebat yang pernah hidup.Reputasi Masamune tidak bisa lagi menjadi lawan seimbang Muramasa. Sedangkan Muramasa dipandang sebagai orang gila yang impulsif, kasar, dan psikotik, Masamune kebanyakan malah digambarkan sebagai pribadi yang sabar, bijaksana, jernih, dan tenang.
Pedang ciptaannya terkenal tidak hanya karena ketajaman, daya tahan, dan kualitas tertingginya di era ketika ketidaksempurnaan baja biasa terjadi di tengah teknologi primitif, namun juga kecantikannya yang elegan, sebagaimana hasil karya seni senjata lainnya.
Mungkin karena sifat Masamune yang baik, sabar dan terhormat, dipercaya telah menyebabkan semua sifat-sifat itu merasuk ke dalam katana buatannya, proses yang sama seperti yang dikabarkan bahwa wabah darah Muramasa yang kacau balau telah merasuk ke dalam pedang buatannya sendiri.
Meski sifat pedang Masamune adalah kebalikan dari Muramasa. Sering dikatakan bahwa alih-alih untuk memotong, membunuh, dan melukai tanpa pandang bulu, katana Masamune hanya akan memotong pemiliknya sendiri, jika pemegangnya menginginkan pertumpahan darah.
Jika seseorang menyerang sesuatu dan memutuskan bahwa mereka tidak ingin melakukan hal yang membahayakan, maka pedang Masamune dikatakan akan gagal memotongnya, terlepas dari ketajamannya yang legendaris.
Pedang ini juga diduga tidak memotong apa pun yang dianggap tidak layak, dan tidak akan membunuh orang yang tidak bersalah. Intinya, katana Masumune lebih seperti pedang yang diberkati daripada pedang yang dikutuk seperti buatan Muramasa.
Ada salah satu dongeng mitos yang menggambarkan persepsi ini. Tentang dua orang pembuat pedang yakni Muramasa dan Masamune bertemu di suatu hari, meski ini tidak mungkin terjadi mengingat bahwa mereka terpisah selama berabad-abad, namun ini hanya sebuah kisah, dan mereka berdua mulai berdebat siapa yang bisa membuat katana yang lebih baik.
Mereka menyetujui melakukan sebuah kompetisi, di mana masing-masing akan menempatkan pedang mereka ke dalam arus air yang mengalir cepat untuk melihat katana mana yang terbaik. Katana Muramasa memotong semua yang melewatinya, termasuk ranting, dahan, daun, dan ikan, tanpa pandang bulu membelah semuanya dengan presisi sempurna.
Sementara katana Masumune, hanya memotong ranting dan dedaunan namun tidak memotong ikan yang melintasinya, hanya terhenti saja tepat di mata pedang. Muramasa dengan gembira menyatakan dirinya sebagai pemenang, karena pedangnya jelas lebih baik dalam memotong apa saja, tetapi ada seorang pendeta yang lewat dan dengan penuh rasa ingin tahu telah menyaksikan kompetisi tersebut, pendeta itu menganggap bahwa sebenarnya pedang Masamune itulah yang lebih baik, karena tidak memotong apapun yang tidak layak, dalam hal ini adalah makhluk hidup, sedangkan pedang Muramasa menunjukkan keinginan buta untuk membunuh.
Cerita khusus ini hanyalah legenda belaka, namun kisah ini menunjukkan perbedaan antara kedua pembuat pedang dan penjajaran kekuatan yang umumnya terkait dengan ciptaan mereka pada saat itu.
Dari semua pedang yang ditempa Masamune, yang paling terkenal adalah yang disebut Honjo Masamune, yang dimiliki oleh seorang jenderal yang sangat dihormati dari klan Uesugi bernama Honjo Shigenaga (1540-1614 M).
Selama pertempuran keempat di Kawanakajima pada tahun 1561, seorang musuh diduga menyerang Honjo dengan pedang, berhasil membelah helm kokohnya sampai hilang setengahnya, namun serangan hebat tersebut tidak membuat kepala Honjo terbelah, tapi masih benar-benar utuh, bahkan tanpa goresan sama sekali.
Kedua kombatan petarung tersebut dipastikan terkejut oleh hasil yang tidak terduga ini, namun Honjo yang akan menggunakannya untuk keuntungannya demi menaklukkan para agresornya, dan dengan demikian mengklaim bahwa pedangnyalah yang telah menyelamatkannya dirinya sendiri.
Ketika dia pensiun dari perang, Honjo jatuh pada masa-masa sulit dan ia menjual katana yang membawa namanya ke klan Toyotomi yang hebat, yang kemudian menyerahkannya ke shogun Ieyasu Tokugawa saat mereka berada di bawah kekuasaannya,
Keshogunan Tokugawa memegang katana Honjo Masamune yang legendaris dari generasi ke generasi, mewariskannya ke setiap shogun baru sampai keshogunan tersebut tumbang, hingga kemudian dipindahkan ke koleksi pribadi keluarga Tokugawa yang telah digulingkan.
Ketika Perang Dunia II mulai bergemuruh, dan pasukan Sekutu menang, semua katana milik keluarga ini diperintahkan untuk diserahkan kepada pasukan sekutu, meski dianggap sebagai benda pusaka yang dihormati dan sakral oleh rakyat Jepang, terutama yang berasal dari tempat yang dulunya berasal dari Keluarga samurai yang terkenal.
Sebagian besar senjata ini dihancurkan atau dengan sengaja dibawa pulang oleh tentara Amerika sebagai tropi kemenangan, dan sebagai harta rampasan nasional legendaris dari Jepang, katana Honjo Masamune yang sangat penting dalam sejarah dan pengetahuan, adalah salah satunya yang turut disita.
Keluarga Iemasu Tokugawa menyerahkan seluruh koleksi pedangnya yang tak ternilai harganya, membawanya ke sebuah kantor polisi di Mejiro pada bulan Desember 1945, setelah itu dikumpulkan oleh seorang sersan misterius dari Kavaleri ke-7 AS yang dikenal sebagai "Coldy Bimore," sebelum akhirnya lenyap dari muka bumi.
Pedang ini tidak pernah terlihat lagi sejak saat itu. Mengingat pentingnya artefak budaya tertentu ini, mungkin pedang itu dianggap sangat berharga dan terhindar dari penghancuran, tetapi tidak ada yang benar-benar tahu.
Meskipun banyak pedang Masamune lainnya bertahan sampai hari ini, yang kita tahu adalah bahwa pedang magis dan harta suci suci Jepang yang dikenal sebagai Honjo Masamune ini telah pudar dalam sejarah, mungkin telah terduduk menjadi koleksi barang pribadi di suatu tempat, warisan besarnya kini terkubur di bawah lapisan debu sejarah.
Pedang Kusanagi no Tsurugi Katana
Satu pedang dengan asal-usul yang lebih jelas terselubung di dalam legenda murni adalah katana yang dikenal sebagai Kusanagi, juga dikenal sebagai Kusanagi no Tsurugi, atau "Pedang Pemotong Rumput", atau nama aslinya Ame no Murakumo no Tsurugi, yang berarti "Pedang awan langit" Menurut sebuah kisah, dewa badai bernama Susanoo terlibat dalam pertempuran dengan seekor ular jahat berkepala delapan yang disebut Yamata no Orochi, yang pada akhirnya dapat dikalahkan, dan kemudian mulai memotong masing-masing kepala dan ekornya.Dalam salah satu ekor binatang yang menakutkan itu ditemukan sebuah pedang hebat yang di sebut Ame no Murakumo no Tsurugi dan dipersembahkan kepada dewi matahari Amaterasu. Pada abad kemudian pedang ini masuk ke dalam kepemilikan seorang prajurit bernama Yamato Takeru,
Dalam satu kejadian, Yamato dikatakan disergap saat dalam perjalanan berburu oleh sekelompok pejuang yang membunuh kudanya dan menjebaknya di sebuah lapangan rumput luas yang terbakar dari serbuan panah api yang menyala.
Berpikir bahwa dia ditakdirkan akan mengalami kematian di atas api, maka dengan panik ia mulai memotong rumput yang terbakar untuk menghentikan penyebaran api yang terus merambat, Yamato terkejut saat mengetahui bahwa pedangnya, Ame no Murakumo no Tsurugi, memiliki kekuatan untuk mengendalikan angin untuk mengarahkan hembusan kuat ke arah mana pun yang ia arahkan.
Hal ini memungkinkannya untuk mendorong api ke arah musuh-musuhnya dan menjadikannya lolos dari musibah itu, setelah itu dia menamai kembali pedang ajaibnya dengan nama Kusanagi no Tsurugi.
Kisah ini sangat lazim dalam cerita rakyat Jepang, dan muncul dalam teks kuno Kojiki ada abad ke-8, atau "Catatan Sejarah kuno," yang merupakan buku mitos sejarah, dan juga Nihon Shoki, atau yang juga disebut sebagai "Tawarikh Jepang," Catatan itu merupakan teks catatan sejarah faktual abad ke 8.
Meskipun Kusanagi no Tsurugi, dengan asal usulnya yang aneh dan kekuatan angin yang diklaim, nampaknya hanya merupakan konstruksi mitos murni, namun telah lama dianggap sebagai pedang nyata.
Menurut Nihon Shoki, yang merupakan catatan yang sangat dapat diandalkan, pedang ini memang ada dan dipindahkan dari Istana Kekaisaran ke Kuil Atsuta di Nagoya, Prefektur Aichi, Pada tahun 688 karena dianggap terkutuk dimana pada saat itu pedang tersebut disalahkan sebagai penyebab kesehatan Kaisar Tenmu memburuk.
Meskipun reputasi jahat yang baru ditemukan ini sebagai pembawa penyakit, Kusanagi no Tsurugi tetap dianggap sebagai harta nasional yang berharga, salah satu warisan besar Kekaisaran Jepang, dan diasingkan di dalam kuil untuk diamankan.
Setelah pedang tersebut tiba di kuil Atsuta, ia tersembunyi dari pandangan publik, yang diduga terbungkus dalam sebuah kotak kayu dengan sebuah batu yang tertanam di dalamnya.
Katana ini diduga hanya dibawa keluar untuk acara-acara yang sangat istimewa, seperti upacara penobatan Imperial, dan bahkan pada saat acara tersebut, pedang itu masih tersimpan dalam lapisan pembungkus dan diamankan di dalam kotaknya.
Pedang disimpan sedemikian tertutup sehingga sangat sedikit yang pernah melihatnya, dan memang tidak jelas apakah pedang itu benar-benar ada di tempat suci itu atau tidak. Pendeta Shinto di kuil tersebut menolak untuk menampilkannya, dan bahkan kebanyakan dari mereka sebenarnya tidak pernah melihat pedang itu sendiri, hanya kotaknya saja.
Mereka yang telah melihat pedang konon dikatakan telah mengalami kemalangan besar, seperti yang terjadi pada pendeta Shinto Matsuoka Masanao dan beberapa sahabatnya, yang mengaku telah melirik sekilas saat mengganti kotak pedang pada masa Edo.
Meskipun mereka bisa menggambarkan bahwa kotak kayu yang ada di dalamnya ada kotak batu yang dilapisi dengan emas, begitu juga seperti pedang itu sendiri, dengan pisau berbentuk seperti daun calamus dan warna putih metalik, semua orang yang melihat pedang tersebut konon akan jatuh sakit parah dan meninggal, dan satu-satunya yang selamat adalah Matsuoka.
Dan itu adalah waktu terakhir yang diketahui bahwa pedang itu terlihat dari luar kotaknya, dan bahkan di dalam kotak itu jarang sekali terlihat meski hanya sekilas. Terakhir kali kotak ini dilihat oleh publik saat upacara di mana Kaisar Akihito mengambil takhta kekaisaran pada tahun 1989.
Meskipun kuil Atsuta adalah tempat peristirahatan katana yang paling banyak dipercaya saat ini untuk menyimpan Kusanagi no Tsurugi, namun keberadaannya masih dipertanyakan, dan ada cerita lain yang berbicara tentang nasib yang berbeda dengan pedang legendaris tersebut.
Menurut beberapa catatan, seperti satu dari kumpulan cerita sejarah yang disebut Kisah Heike, pedang itu hilang di laut saat Kaisar melakukan bunuh diri dengan melompat ke laut sambil memegangnya setelah mengalami kekalahan dalam pertempuran angkatan laut pada tahun 1185, saat pertempuran Dan no ura.
Namun ada cerita lain yang menceritakan tentang seorang biarawan licik yang mencuri pedang itu dan kemudian membiarkan kapalnya tenggelam ke laut saat melarikan diri. Dalam versi ini, Kusanagi no Tsurugi kemudian dicuci di pantai di Ise, Di mana katana itu lantas dibawa oleh para pendeta di sana dan kemudian keberadaannya tidak diketahui lagi.
Untuk bagian ini, pemerintah Jepang tidak pernah mengkonfirmasi atau menolak salah satu dari berbagai cerita ini, atau bahkan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada pedang misterius itu, bahkan tentang ada atau tidaknya.
Meskipun untuk sebagian besar diketahui bahwa pedang legendaris ini ada, katana Masamune dan Muramasa masih dipamerkan di museum atau menjadi koleksi pribadi, dan dengan catatan sejarah yang menunjukkan bahwa Masamune Honjo yang hebat dan Kusanagi no Tsurugi setidaknya memang ada dalam beberapa bentuk, sulit untuk mengatakan apakah salah satu dari pedang ini pernah memiliki kekuatan atau kutukan yang diakui yang dikaitkan dengan keberadaannya.
Banyak dari kisah-kisah ini memiliki potensi kebenaran bagi mereka yang telah begitu kuat bercinta dengan legenda dan mitos sehingga sulit untuk melepaskan mata rantai antara keduanya, dan bahkan catatan sejarah yang cukup dapat diandalkan dari zaman ini tidak selalu jelas mengenai seberapa besar semua kisah pedang itu mungkin diwarnai oleh cerita rakyat. Meskipun demikian, kisah kisah ini memberikan pandangan menarik ke dalam dunia pedang magis dan menjadi sejarah benda-benda paling dihormati di dalam budaya dan pengetahuan Jepang. Wassalam.