Berburu Para Penyihir - Antara Kepercayaan Dan Fitnah

Berburu Para Penyihir - Antara Kepercayaan Dan Fitnah

Berburu Para Penyihir - Antara Kepercayaan Dan Fitnah

Halo emosi muda,.. Assalamualaikum. Seringkali kita suka berpikir bahwa sekarang kita sedang hidup dalam masyarakat sains dengan akal yang beradab, dan sepertinya berbagai mitos, tahayyul monster, dan sihir semuanya telah mati, beberapa kantong sisa kepercayaan semacam itu hanyalah peninggalan dari sisa-sisa waktu yang hilang dan terlupakan dan masuk ke dalam bayang-bayang masa lalu dari sejarah kita.

Namun ada tempat di dunia ini, yang kadang-kadang berada di negara-negara maju, di mana kepercayaan akan kekuatan gelap dan mistis sama kuatnya seperti zaman kuno dahulu, dan sihir masih dianggap sebagai hal yang sangat nyata yang meresapi kenyataan kita.

Perburuan Penyihir

Tentu saja, di mana ada sihir, maka selalu ada juga orang-orang yang ingin menghancurkannya dengan segala cara, dan sementara banyak dari kita mungkin menganggap konsep perburuan penyihir sebagai penilik dari abad yang lalu, perburuan ini berlanjut ke seluruh dunia tepat hingga sampai hari ini dengan frekuensi yang sebenarnya agak mengkhawatirkan, karena seringkali jatuhnya korban dari orang-orang yang tidak bersalah.

Memburu Para Penyihir

Meskipun istilah "perburuan penyihir" dimaknai dengan pemberantasan ilmu sihir, sayangnya istilah ini sering digunakan sebagai istilah selimut untuk menutupi segala jenis pembalasan atas segala bentuk kejahatan magis atau spiritual yang dirasakan, bahkan terkadang unsur pribadi, seperti persaingan, dendam, sentimen pribadi hingga politik bisa menjadi sebab untuk pembenaran perburuan para penyihir.

Penggunaan ilmu sihir termasuk tenung, pelet, santet, pesugihan dan serangan magis apa pun, kepercayaan akan hal-hal semacam itu meliputi banyak wilayah di dunia, dan cukup kental di beberapa negara termasuk Timur Tengah, banyak negara di Afrika, khususnya Afrika sub-Sahara, serta Pasifik, Amerika Latin, India, Nepal, Indonesia, Papua Nugini, dan wilayah-wilayah Amerika Selatan.

Disini, sihir dalam beberapa bentuk atau magis lainnya dianggap sangat serius, dan dipandang sebagai ancaman konstan oleh populasi, bahkan di negara-negara yang agak maju seperti Amerika Serikat dan Inggris.

Ada banyak alasan mengapa seseorang diduga menjadi penyihir. Umumnya karena beberapa orang melakukan perbuatan yang menurut budaya setempat adalah aktivitas yang bersentuhan dengan hal gaib, membuka praktek perdukunan, atau malah ucapan dari setan yang merasuki tubuh seseorang, atau kepercayaan dimana para terdakwa ini telah menyebabkan beberapa penyakit atau penderitaan di desa mereka atau orang-orang di sekitar mereka.

Yang dibutuhkan umumnya adalah beberapa bukti aktivitas pemujaan, mimpi, atau tuduhan yang dilemparkan jin atau dari seseorang yang mengaku punya kelebihan, agar seseorang terlihat mencurigakan dan mereka bisa memberi label para terdakwa ini sebagai seorang tukang tenung, penyihir atau istilah apalah yang intinya dianggap bersalah.

Penyakit aneh, kematian tak terduga, kegilaan, dan malapetaka lainnya, dan juga nasib buruk yang tidak biasa juga dapat dilihat sebagai penyebab magis yang mengerikan. Kelainan fisik terkadang juga bisa dilihat sebagai tanda dari penggunaan sihir atau ciri penyihir.

Dalam kasus lain, tuduhan tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan sihir, dengan seseorang yang dituduh sebagai penyihir sebagai akibat kecemburuan, keserakahan, dengki, balas dendam, berakibat sihir hanyalah kepura-puraan untuk mendapatkan atau menyelesaikan sebuah skor secara sepihak.

Banyak wanita di berbagai negara sering dituduh sebagai penyihir karena menolak urusan seksual, dan memang, banyak kasus dari wanita yang dituduh melakukan sihir umumnya jauh lebih banyak daripada pria.

Ada juga banyak budaya dengan apa yang disebut "pemburu sihir," yang tugasnya adalah mengendus dan memburu penyihir di antara kita. Apapun alasannya, di sebagian besar wilayah yang percaya pada ilmu gaib, yang dibutuhkan hanyalah satu tuduhan untuk menangkap seseorang, dan dari situ ada banyak cara untuk melakukan sesuatu. Tugasnya adalah mengendus dan memburu para penyihir di antara kita.

Jika terdakwa beruntung, mereka akan mendapatkan semacam keadilan dalam beberapa bentuk. Di beberapa tempat ini, para tertuduh penyihir yang dicurigai ini diberi setidaknya beberapa pengujian, meskipun ini sangat primitif, terbelakang, dan dianggap lebih formalitas daripada hal lainnya. Banyak praktik untuk menentukan tuduhan bersalah pada "persidangan" yang umumnya sangat diliputi oleh takhayul yang memunculkan kepercayaan akan sihir di berbagai tempat.

Misalnya, di negara Afrika Ghana, di mana perburuan penyihir merajalela, salah satu cara untuk mengatakan apakah tertuduh adalah penyihir atau tidak melibatkan seekor ayam hidup dan menyembelihnya di atas tempat suci, setelah itu, ayam akan dilemparkan ke udara, menggelepar dan mati. Jika jatuh pada bagian punggungnya, orang yang dituduh itu dianggap tidak bersalah, tetapi jika jatuh berada di bagian depan, berarti orang itu adalah seorang penyihir.

Di Zambia, cermin kadang-kadang digunakan, refleksi di cermin dari para penyihir dikatakan akan tampak berbeda dari orang normal. Di masyarakat lain, mungkin ironisnya, penghakiman malah datang dari orang-orang yang dianggap sebagai praktisi paranormal, dukun atau seorang imam klenik yang terlatih, yang dianggap bisa mendeteksi keberadaan ilmu hitam dan para penyihir.

Ada juga masyarakat yang lain berusaha membuat orang tertuduh tersebut mengaku dengan sukarela, baik melalui dorongan, celaan untuk menghadirkan rasa malu, atau, lebih mungkin, penyiksaan. Dalam persidangan yang lebih beradab, persidangan pengadilan memang sebenarnya terjadi, namun bukti tersebut secara khas berujung pada kata-kata terhadap pihak lainnya, dengan pihak berwenang sering condong ke sisi penuduh.

Dalam kasus lain, tidak ada pengadilan sama sekali, hanya cukup dengan kecurigaan saja untuk menemukan seseorang yang dituduh bersalah karena ilmu hitam, pembuktian dari tuduhan ini juga sangat bergantung pada budaya.

Di negara Afrika Kamerun, orang-orang yang dianggap sebagai penyihir, terutama anak-anak, di beberapa daerah, penduduk akan memaksa memberi makan daging kepada mereka sampai mereka muntah, ini dilakukan karena dipercaya cara itu untuk menyucikan mereka dari kekuatan gelap yang menghuni mereka.

Di Gambia, ahli sihir dibawa ke pusat penahanan dan diberi ramuan racun berbahaya untuk diminum, yang diyakini bisa menyingkirkan setan dan kekuatan gelap mereka, tetapi juga bisa cukup untuk membunuh banyak dari mereka. Begitu pula di Zambia, para penyihir dipaksa meminum ramuan khusus yang disebut kucapa, yang diyakini akan membunuh penyihir itu jika mereka pernah mencoba untuk melakukan guna-guna.

Di beberapa tempat, tertuduh penyihir hanyalah dipermalukan di depan umum atau diberi hukuman penjara atau cambuk, meskipun stigma diberi label penyihir akan selamanya menghantui mereka dan keluarga mereka, dan di tempat lain orang tersebut mungkin disingkirkan atau diberi cap tanda, biasanya dengan menggunakan setrika panas.

Namun ini masih cukup beruntung, karena di tempat lainnya, hukuman terhadap para penyihir bisa menyebabkan kekerasan brutal, dan mereka yang dinyatakan bersalah karena sihir sering identik dengan hukuman mati.

Di beberapa negara, pemerintah tidak menahan diri untuk mengeksekusi penyihir dan melakukan hukuman mati yang disetujui negara, seperti yang terjadi di Arab Saudi, di mana terpidana pengguna sihir di ekseskusi secara terbuka.

Yang lebih umum, di banyak tempat, penyihir yang ditemukan akan segera menghadirkan gerombolan orang yang datang untuk memberi hukuman mati yang pastinya dipenuhi kekerasan brutal, dengan penganiyaan berat, penyiksaan, dan kematian yang mengerikan, seperti yang terjadi saat krisis moneter melanda negara kita tahun 1998 lalu, ada banyak orang-orang yang dituduh sebagai dukun santet tewas dengan cara-cara mengerikan. Peristiwa seperti ini bukanlah hal yang tidak biasa bagi orang-orang ini untuk menganiaya para tertuduh sampai mati, atau bahkan dibakar. Beberapa terdakwa memilih untuk melarikan diri, untuk mengantisipasi hujan kebrutalan yang mereka tahu akan terjadi.

Bahkan jika yang dihukum tidak langsung terbunuh, paling tidak mereka bisa mengalami luka parah, diperkosa, dan, atau seringnya disiksa atau dimusnahkan secara brutal. Dalam banyak kasus, bahkan keluarga penyihir juga bisa menjadi sasaran kekerasan ini.

Jika terdakwa berhasil melarikan diri dari gerombolan mematikan tersebut, keluarga dan teman mereka mungkin juga dibunuh sebagai pelampiasan kemarahan mereka. Di Ghana, seorang penyihir pelarian dapat memilih untuk pergi ke salah satu dari setidaknya delapan tempat suci yang tersebar di padang belantara, yang sering disebut sebagai "kamp penyihir."

Di sini para tertuduh ini dapat menemukan kedamaian, melarikan diri dari kekuatan kemarahan yang ingin membunuh mereka, tetapi hidup di sini sulit, tanpa air mengalir atau listrik, dan pondok kotor yang penuh sesak untuk tidur.

Orang-orang yang dituduh sebagai penyihir di sebuah kamp penyihir di Ghana
Orang-orang yang dituduh sebagai penyihir di sebuah kamp penyihir di Ghana

Anehnya orang-orang yang datang ke tempat-tempat suci ini sering bertemu dengan takhayul yang sama yang membuat mereka terus berlari. Sebagian besar pengungsian dijalankan oleh orang-orang yang dipanggil sebagai para "pendeta bumi", yang bertugas melakukan ritual dan eksorsisme, serta memberikan ramuan kepada pendatang baru untuk tujuan melumpuhkan kekuatan sihir mereka, dan tanah itu sendiri dikatakan sebagai tempat yang diberkati dan kebal terhadap sihir, lokasi di mana sihir tidak akan bekerja.

Sangat menarik bahwa di sini, di kamp-kamp ini banyak "penyihir" merasa bebas untuk maju dan secara terbuka mengakui bahwa mereka adalah pelaku sihir, sebagai contoh ada salah seorang pengungsi yang dituduh menggunakan sihir untuk membunuh seorang anak di desanya dengan bebas mengaku bahwa ia memiliki kemampuan magis. Setelah melarikan diri dari gerombolan yang akan menyerangnya, ia menemukan tempat perlindungan di sebuah kamp penyihir yang dinamakan Gnani. Penyihir itu, bernama Uposagn, mengatakan pengalamannya:

Aku mewarisi kekuatanku dari kakekku. Mereka sampai di gubukku saat senja. Menjelang senja hari, aku berlari, dikejar massa dengan parang. Mereka memukulku dengan tongkat dan mencoba membunuhku. Aku tidak tahu apakah aku membunuh anak itu. Aku tidak tahu apakah "juju" ku keluar pada malam hari membunuh orang. Apa yang bisa kulakukan? Aku tahu aku lebih aman di sini, di Gnani. Kekuatanku tidak bekerja di sini. Kami semua aman.

Kekerasan terhadap penyihir dianggap terjadi pada tingkat yang cukup tinggi bahkan di zaman modern ini, dan memang ada lebih banyak "penyihir" yang dibunuh setiap tahun saat ini daripada yang pernah ada sebelumnya dalam sejarah.

Kasus kekerasan mengerikan yang dilakukan kepada para praktisi sihir sangat banyak. PBB dan berbagai organisasi pengungsi dan hak asasi manusia memperkirakan bahwa ribuan orang dibunuh karena tuduhan sihir di seluruh dunia setiap tahun, dan mungkin jutaan lagi yang mungkin telah disiksa, dipukuli, terluka, atau dikucilkan.

Ada banyak tempat di mana perburuan penyihir ini terjadi, dan para penegak hukum sering menutup mata terhadap kekerasan dan pelanggaran yang terjadi, perlu di akui, memang sangat sulit untuk benar-benar mengambil bagian dalam semua itu, dengan kemarahan masyarakat dan bukti yang tidak logis. 

Selain itu, kejadian ini tidak selamanya selalu terisolasi di daerah pedesaan terpencil yang tidak berpendidikan dengan berbagai mistis cerita rakyat dan mitos mereka. Di Papua Nugini, misalnya, kepercayaan pada ilmu sihir dan para penyihir sangat kuat, dan berlanjut sampai ke akademisi dan pejabat pemerintahan, salah seorang dari penduduk desa mengatakan:

Bukan tidak hanya dipraktikkan saja. Semua orang percaya akan hal itu. Perdana menteri percaya itu. Kepala polisi di kota Kundiawa percaya akan hal itu. Mereka mengadakan konferensi ilmu sihir nasional tahun lalu, sebuah konferensi akademis, dan lebih dari separuh ilmuwan yang hadir mengatakan bahwa mereka percaya pada ilmu sihir.

Kontroversi Perburuan Para Penyihir

Ada sejumlah kasus berprofil tinggi baru-baru ini yang telah cukup menggemparkan dunia dengan aktivitas perburuan penyihir ini. Pada tahun 2008, sekelompok pemburu penyihir mengamuk di Kenya, menangkap dan membakar sampai mati setidaknya 11 orang di sana di depan para saksi dan polisi yang gagal melakukan intervensi karena berhadapan dengan masa, bahkan saat korban berteriak meronta karena dibakar.

Pada tahun 2012 terjadi pembunuhan brutal terhadap seorang ibu dua orang anak di Nepal yang berusia 40 tahun bernama Dhegani Mahato, ia dituduh oleh dukun setempat sebagai penyihir setelah salah seorang kerabatnya tiba-tiba jatuh sakit.

Setelah dituduh, anggota keluarga Mahato sendiri yang memukulinya dengan tongkat dan batu, lalu menyiramnya dengan minyak tanah dan membakarnya hingga ia tewas mengenaskan. Paling tidak dalam kasus ini polisi melakukan sesuatu, polisi akhirnya menangkap 10 orang yang terlibat dengan pembunuhan tersebut, namun hukuman dalam kasus ini seringkali sangat tidak seimbang dengan kejahatan tersebut. Juga pada tahun 2012 terjadi pembunuhan terhadap seorang wanita bernama María Berenice Martínez, di kota Santa Barbara, Kolombia.

Dia dianggap bersalah karena sering tampil dalam mimpi orang-orang, dan para penuduhnya dilaporkan menjambaki rambutnya, memukulinya hingga terluka sangat parah, dan mengurungya di rumahnya sebelum akhirnya membakar bangunan itu, hingga ia terperangkap dalam kebakaran dan tewas.

Ada banyak kasus lain dari seluruh dunia yang dipublikasikan pada tahun 2013. Mungkin yang paling terkenal dan menjengkelkan adalah nasib mengerikan dari seorang wanita bernama Kepari Leniata yang berusia 20 tahun, dari Gunung Hagen, Papua Nugini, ia dituduh oleh pihak keluarga seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, mereka menuduh wanita ini telah membunuh anak mereka dengan sihir.

Wanita itu diseret keluar ke jalan, ditelanjangi, disiram dengan bensin, dan dibakar di depan publik, dan kerumunan ratusan penonton dilaporkan bersorak atas pembunuhan mengerikan tersebut dan secara aktif mencegah polisi untuk tidak melakukan intervensi.

Pada tahun yang sama ada kasus lain di Papua Nugini di mana tiga wanita dan dua orang laki-laki ditahan dan disiksa dengan setrika panas selama 20 hari karena dicurigai melakukan praktik sihir, setelah itu mereka dibunuh dengan pisau panas membara yang telah disulut api.

Dalam kasus di tahun 2013 lainnya, empat wanita disiksa dan salah seorang diantaranya dipenggal setelah dituduh melakukan sihir, juga terjadi di Papua Nugini. Di India terjadi pembunuhan terhadap terdakwa penyihir di Assam, yang dibunuh dengan kejam dengan parang setelah dituduh karena menjadi penyihir, dan seorang wanita yang dicurigai melakukan sihir terbunuh dan putrinya diperkosa sebagai hukuman pada tahun yang sama di wilayah Chhattisgarh.

Seorang wanita India dituduh melakukan sihir
Seorang wanita India yang dituduh melakukan sihir

Ada laporan semacam itu juga dari negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris. Pada tahun 2014, Carlos Alberto Amarillo yang berusia 44 tahun dengan kejam memukuli pacarnya dan salah seorang putrinya dengan palu di New York City setelah yakin bahwa mereka adalah penyihir.

Dua wanita tersebut tewas, diidentifikasi bernama Estrella Castaneda, 56, dan Lina Castaneda, 25, ditemukan tewas dengan bantal menutupi kepala mereka, dan anak perempuan lainnya, yang berusia 7 tahun, ditemukan tidak terluka.

Amarillo kemudian memberi tahu pihak berwenang bahwa dia telah mendapat serangan magis dari kedua wanita tersebut, dan bahwa mereka secara rutin telah melemparkan "Santet Voodoo" kepadanya. Di Inggris ada kasus di tahun 2010 tentang seorang anak laki-laki berusia 15 tahun yang disiksa dan dibunuh di London Timur setelah dituduh sebagai seorang penyihir.

Sayangnya, ada banyak sekali kasus semacam itu di luar sana, dan ini mengejutkan bukan hanya karena kegiatan perburuan penyihir ini terjadi di zaman modern, tapi juga karena kebrutalan mereka yang mengerikan, baik dari para penyihir atau dari pihak pemburu penyihir itu sendiri.

Menambah masalah adalah, tidak adanya statistik serangan korban sihir dan hanya ada sedikit statistik resmi tentang berapa banyak orang yang telah menjadi korban yang di cap sebagai penyihir, dan tingkat kebenarannya tidak jelas, dan di banyak tempat, sangat sedikit perlindungan hukum yang ada terhadap kejahatan semacam itu.

Memang, di banyak negara di mana perburuan penyihir ini terjadi, semuanya praktis diketahui oleh pemerintah, dengan orang-orang yang mengeksekusi penyihir dan anggapan bahwa kepolisian seringkali tidak mampu menangani masalah ini.

Pada saat keadilan dilayani, hukuman terhadap pemburu penyihir seringkali sangat ringan mengingat tingkat keparahan kebrutalan kejahatan mereka, para pemburu penyihir ini sendiri merasa bahwa pihak berwenang tidak akan bisa menangani para penyihir ini, dikarenakan kejahatan sihir ini berada di luar dari ketentuan aturan hukum mereka.

PBB dan banyak organisasi kemanusiaan telah melakukan upaya untuk mulai menyusun angka tentang kejahatan tersebut dan meningkatkan kesadaran akan masalah ini, namun sebagian besar terjadi di tempat-tempat yang keruh dimana skala masalah sebenarnya tidak terlihat dengan jelas, dan kita berbicara tentang akar kuat dalam takhayul dan keyakinan mereka terhadap sihir.

Ini tentu pertempuran yang panjang untuk menghentikan praktik ini, dan perburuan penyihir tidak diragukan lagi akan berlanjut ke masa yang akan datang selama kepercayaan dan aktivitas sihir ini masih ada.

Rasanya agak menyebalkan untuk mengetahui bahwa saat kita hidup di zaman penalaran namun banyak dari kita masih terjebak dengan hilangnya gagasan kolektif kita yang terus berlanjut hingga sihir masih menjadi isu yang kuat, dari para penyihir yang bersekongkol dalam bayang-bayang untuk menyerang kita dan mendatangkan banyak kematian di luar sana karena kepercayaan sesat ini, dan bahwa pemburu penyihir ini masih berkeliaran di luar sana memburu para penyihir di zaman modern.

Sepertinya sihir dan pemburu sihir adalah sesuatu yang seharusnya sudah lama terdegradasi ke tempat-tempat yang lebih gelap dalam sejarah kita, namun tetap saja berlanjut sampai pada tingkat yang mengejutkan, meski sepertinya hanya ada sedikit orang saja yang dapat melakukan pertarungan melawan sihir di bumi ini, dan kebanyakan dari kita tidak tahu bahwa ini bahkan sering terjadi.

Sihir memang benar-benar ada di dunia ini, hadir dengan kekuatan setan dan daya rusaknya yang nyaris tidak terdeteksi, membawa kematian, ini sangat nyata bagi mereka yang percaya, namun kebrutalan tanpa berpikir adalah sesuatu yang seharusnya tidak bisa dibenarkan.

bola api sihir
Bola api terbang di percaya oleh masyarakat adalah bentuk fisik dari serangan sihir

Perburuan Penyihir Dalam Dunia Islam

Kita sadar dan tahu bahwa kekuatan kasat mata yang bisa menyerang kapan saja memang ada, kepercayaan ini di dukung oleh cerita rakyat dan keyakinan agama yang tidak asing lagi telah mengabarkan kita dan mengendap dalam kepercayaan kita, meski ilmu sains modern tidak mampu membuktikan keberadaannya.

Namun, masalahnya seringkali dengan bukti yang sulit secara nalar malah menghadirkan kebrutalan tingkat tinggi. Memang, dalam banyak budaya, ada semacam standar khusus dimana orang-orang bisa di cap sebagai penyihir.

Dalam kasus yang klasik misalnya, pembantaian para penyihir pernah terjadi pada abad pertengahan di eropa yang diprakarsai oleh pihak gereja katolik roma telah menimbulkan korban luar biasa dengan kaum wanita yang umumnya menjadi korban - *Baca: Pembantaian penyihir di Eropa.

Sementara standar ini akan berbeda di Arab Saudi yang menganut hukum syariah, orang-orang menulis Al-quran dengan darah, mantra pemanggilan kekuatan jin, atau penghinaan terhadap ayat al-quran dengan metoda penulisan ayat yang di selewengkan, atau malah dengan membawa kitab suci tersebut ketempat-tempat kotor sering dijadikan sebagai bukti dari aktivitas sihir, negara ini memiliki standar tersendiri untuk menjadikan seseorang sebagai terdakwa sihir, yang mungkin standar tersebut akan tampak salah di mata mereka yang memiliki perbedaan agama dan budaya.

Pembantaian para penyihir di eropa pada abad pertengahan
Ilustrasi pembantaian para penyihir di eropa pada abad pertengahan

Di nusantara, aktivitas membongkar kuburan, pemujaan di tempat-tempat angker dengan mengorbankan jiwa orang lain, menodai kesucian kitab suci atau melakukan hal-hal kotor seperti mandi comberan, bertelanjang tengah malam dan mengubur sesuatu di pekarangan orang lain sering juga dijadikan sebagai bukti perbuatan sihir.

Masalahnya, ini semua tidak bisa dibuktikan secara ilmiah sebagai bukti akurat dari perbuatan kriminal. Ironisnya, karena sulitnya pembuktian sihir ini, dan karena sangat mengakarnya budaya klenik, berujung di nusantara sendiri ada banyak penyihir yang mengklaim dan mengiklankan diri mereka sebagai penyihir yang mengklaim mampu membunuh, membuat sakit, memisahkan pasangan, membuat sulit jodoh, membuat orang lain mencintai, atau membuat usaha orang lain bangkrut, mereka terang-terangan dengan semua ini tanpa ada rasa khawatir menjadi korban perburuan penyihir, yang menjengkelkannya, sebahagian dari orang-orang ini memakai emblem agama untuk pembenaran perbuatan mereka dengan sebutan ustad, kyai atau syeh.

Mereka mengotori kesucian agama dengan mencampurkannya dengan sihir, beberapanya lagi mencoba memaksakan pembenaran lewat sains yang mengada-ngada, mengganti istilah sihir dengan tenaga dalam, kekuatan aura, dan seabrek istilah lainnya yang intinya mengaburkan sihir ini agar terlihat menjadi lebih modern dengan tujuan supaya lebih mudah di terima masyarakat, meski mereka sama sekali tidak memiliki bukti ilmiah untuk pembenaran versi mereka.

Di daerah tempat saya tinggal, juga pernah beberapa kali terjadi amuk masa terhadap keluarga yang dituduh sebagai penyihir, salah satu kasus terjadi karena adanya tuduhan yang terlontar dari seorang anak yang mengalami kerasukan, dan setan yang merasukinya melontarkan ucapan bahwa ia dikirim oleh seseorang bernama "fulan".

Klaim dari setan ini dipercaya oleh masyarakat yang dengan spontan menyerang keluarga tertuduh dan membakar rumahnya hingga keluarga orang tertuduh ini melarikan diri ke daerah lain yang jauh dan meminta perlindungan pihak berwenang. Ini sangat gila! Karena masyarakat ini mempercayai ucapan yang belum jelas ini, sementara disisi lain, tidak ada yang tahu pasti apakah anak itu memang kerasukan atau mengalami gejala gangguan psikis.

Tanpa bukti apapun mereka melakukan kekerasan hanya gara-gara ucapan yang tidak jelas, dan jikapun benar anak tersebut kerasukan, maka orang-orang ini prinsipnya percaya akan tuduhan setan yang merasuki tubuh anak itu.

Padahal para penyerang ini notabenenya muslim, dan dalam islam, muslim sadar betul bahwa setan suka berbohong dan mengadu domba, namun sepertinya keyakinan itu sendiri tidak bisa mencegah mereka dari melakukan kekerasan terhadap mereka yang dituduh. Dalam beberapa kasus lainnya, serangan terhadap orang yang dituduh melakukan sihir bisa berasal dari klaim seseorang yang dianggap sakti, seperti dukun, mimpi, firasat atau bahkan dari paranormal.

Saya rasa, umumnya dari kita sangat mungkin percaya bahwa sihir dan kekuatan gelap memang ada, dan bahwa sihir bisa menyebabkan kerusakan hebat terhadap korbannya. Tentu saja perbuatan ini adalah sebuah kejahatan besar, dan pelakunya pantas mendapat hukuman.

Namun karena ini berada dalam ranah gaib, rasanya akan sangat sulit untuk membuktikan semua itu secara logis, perburuan penyihir akan lebih baik di lakukan dalam ranah gaib pula seperti yang dilakukan para praktisi ruqyah yang tergabung dalam Quranic Healing Indonesia, karena para peruqyah ini melakukan perburuan penyihir dengan melawan serangan gaib tersebut tidak secara fisik, namun secara keyakinan pula, memakai metode doa-doa yang berasal dari Al-quran yang diyakini mampu menolak serangan kekuatan gaib yang jahat sekaligus menghancurkan pengguna sihir itu sendiri. 

Memang, dalam islam sendiri, para penyihir yang terbukti melakukan kejahatan sihir akan mendapat hukuman berat, namun tetap saja untuk membuktikan semua yang tidak berada dalam ranah fisik tersebut akan sangat menguras energi.

Terlepas dari apa yang dilakukan Saudi, dimana mereka memiliki standar tersendiri untuk kejahatan sihir, di nusantara ini, klenik sangat kuat dan budaya lokal bahkan agama-agama samawi sinkretis juga turut melakukan praktik ini, tentunya akan menjadi lebih kompleks. Walaupun begitu, tetap saja perburuan para penyihir masih terjadi diberbagai wilayah meski terbenam dalam lumpur gelap informasi yang beredar.

Buhul sihir yang digunakan sebagai media santet
Buhul sihir yang digunakan sebagai media santet

Di akhir artikel ini, saya mencoba untuk mengajak anda berfikir, di dunia yang saat ini dipenuhi berbagai ilmu pengetahuan yang mengagumkan, teknologi yang terus memaksa kita untuk bergerak maju, seharusnya memperbaharui pola pikir kita untuk meninggalkan berbagai pesona dari keberadaan sihir.

Dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki, di dukung oleh keyakinan beragama, saya rasa seharusnya sihir telah tenggelam dalam masa lalu dan tak perlu kita gemakan kembali, tak ada sihir yang memenangkan pertempuran, karena sihir tak pernah mampu melawan teknologi. Sejak dahulu kala, sihir hanya dilakukan oleh orang-orang berfikiran sempit dan primitif yang tak mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi, sihir menjadi ampuh sebagai metode licik dari para pemalas dan pendengki yang memilih menjual jiwanya kepada setan demi kesenangan sesaat.

Sudah menjadi tugas kita semua untuk menghentikan kebodohan ini, dan hanya dengan keyakinan yang kuat serta wawasan ilmu pengetahuan yang bisa menjadi benteng untuk menolak semua bentuk sihir ini, dengan musnahnya sihir, tentu tak akan ada lagi perburuan para penyihir yang seringkali salah kaprah dan bermandikan darah dari orang-orang yang tak bersalah. Semoga anda berfikir dan Wassalamualaikum.