Menelusuri Jejak Pulau Kelinci di Jepang
cerita touring unikterimakasih.eu.org. Halo emosi muda,.. Assalamualaikum. Dalam beberapa waktu terakhir ini, saya telah sering mengeluarkan beberapa materi yang mungkin agak cukup mengganggu dan bernuansa gelap di sini, di blog terimakasih.eu.org. Beberapa orang tampaknya mungkin berfikir bahwa materi semacam itu telah menjadi keahlian saya, meski saya tidak bermaksud seperti itu.
Secara berurutan saya telah menulis tentang kisah dan foto-foto yang cukup mengganggu dan rekaman video, menyelidiki perburuan penyihir modern, menjelajahi ceruk pikiran dari dunia dingin dan hitamnya peperangan, dan yang paling dibaca baru-baru ini adalah rilisan sebuah artikel saya tentang kitab-kitab sihir yang jelas-jelas mengerikan.
Meskipun saya benar-benar percaya bahwa kita tidak boleh melepaskan diri dari kengerian ini dan bahwa semua itu memang harus kita hadapi, menatap wajah kenyataan dunia, dan terpapar tentang betapa mengerikannya semua itu jika kita ingin memahaminya dan membaca seluruh pesan serta merasakan keadaan yang sebenarnya terjadi.
Di dunia ini, tentu saja selalu ada bahan yang dapat dipastikan untuk diteliti dan ditulis dari waktu ke waktu. Jadi, saya mencoba untuk memutarbalikkan kesenjangan artikel dalam blog ini. So, kali ini, saya akan membawakan sebuah artikel ringan tentang sebuah pulau kecil di Jepang, pulau yang diperintah oleh hewan lucu dan berbulu lembut juga imut.
ÅŒkunoshima - Pulau Kelinci
Terbentang di lepas pantai Hiroshima, Jepang, sebuah pulau mungil yang sekilas tampak agak mencolok dan tidak jauh berbeda dengan banyak pulau kecil lainnya yang tersebar di laut Jepang, terlihat biasa-biasa saja. Anda bisa naik feri cepat dari daratan dan menikmati berbagai jalur hiking, pantai dan tempat perkemahan menakjubkan yang ditawarkan pulau ini, namun saat anda sedang melakukan aktivitas hiking, anda mungkin akan segera terasa agak aneh.
Sesuatu yang berbulu berjalan ditanah, menghadirkan pemandangan tidak biasa, dan mungkin membuat anda menjadi lengah dengan seberapa mudahnya hewan-hewan berbulu halus itu mendekati anda dengan cara yang sangat ramah.
Kemudian yang lain mulai bermunculan, dan yang lainnya lagi, dan masih ada banyak lagi, sampai ada kelinci di mana-mana, belasan dari mereka mendatangi anda, menyeruduk kaki anda, mengendus, dengan malas bersantai ria dan tidak takut dengan kehadiran anda sedikit pun, jika anda mengalami hal seperti ini, saya yakin anda sedang berada di sebuah pulau kecil yang disebut sebagai pulau kelinci.
ÅŒkunoshima atau Usagi Jima, yang secara harfiah dimaknai sebagai "Pulau Kelinci," dan di sini, kelinci adalah raja, dengan sekitar seribu ekor kelinci menghuni sebuah pulau yang tidak memiliki predator alami dan bermain sesuka hati mereka dan tidak peduli dengan dunia di sekitarnya. Masalahnya, kelinci bukanlah spesies asli di pulau ini dan tidak ada yang benar-benar yakin bagaimana mereka semua bisa sampai berada di sini.
Salah satu teori tentang asal-usul kehadiran kelinci itu terkait dengan masa lalu pulau ÅŒkunoshima yang terbilang agak menyeramkan. Pulau itu tidak selalu menjadi surga tempat berlindung bagi kelinci, dan memang memiliki sejarah yang cukup gelap yang sangat kontras dengan keberadaan kelinci di pulau tersebut.
Pada tahun 1925, pemerintah Jepang memulai sebuah program rahasia untuk mengembangkan senjata kimia yang direncanakan untuk digunakan melawan musuh-musuh Jepang, dan pada tahun 1929 ÅŒkunoshima menjadi rumah dari sebuah pabrik manufaktur utama untuk memproduksi gas beracun.
Lokasi itu sempurna untuk menciptakan senjata kimia karena jaraknya cukup jauh dari penduduk, mudah dilindungi dan tidak menjadi ancaman bagi daerah berpenduduk yang lebih banyak, namun tidak begitu sulit dijangkau dengan persediaan.
Mengingat penggunaan senjata kimia telah dilarang pada tahun 1925 oleh Protokol Jenewa, yang juga telah ditandatangani oleh Jepang, maka pemerintah Jepang berusaha keras untuk menjaga kerahasiaan fasilitas ini.
Penduduk pulau dan bahkan sebagian besar karyawan tidak diberi tahu tentang apa yang sebenarnya sedang diproduksi, dan pulau itu bahkan dikeluarkan dari peta. Di bawah bayang-bayang kerahasiaan ini, pabrik senjata kimia ÅŒkunoshima menghasilkan ribuan ton gas mustard, fosgen, dan gas air mata, pada tahun 1930-an dan 1940-an, gas racun yang diproduksi di sini digunakan untuk peristiwa mengerikan terhadap orang China selama Perang Sino-Jepang kedua, bertanggung jawab atas puluhan ribu kematian.
Fasilitas senjata kimia itu menjadi penghasil gas beracun utama selama Perang Dunia II, racun-racun ini digunakan untuk melawan pasukan Sekutu, dan pada saat perang berakhir, pabrik tersebut akhirnya menutup pintunya. Dalam kekalahan, pihak Jepang memastikan untuk menghancurkan semua catatan yang berkaitan dengan pabrik rahasia tersebut bahkan saat pihak sekutu turun ke pulau itu untuk menghancurkan semua senjata kimia yang tersisa.
Reruntuhan pabrik senjata kimia tersebut tetap ada sampai hari ini sebagai peringatan suram masa lalu perang dunia yang mengerikan, dan pada tahun 1988, Museum Gas Racun ÅŒkunoshima membuka pintunya untuk umum dengan tujuan untuk mendidik tentang kengerian senjata pemusnah masal tersebut, dengan mantan karyawan pabrik yang menderita dampak negatif kesehatan yang pernah bekerja di sana.
Waduh, sepertinya saya terbawa kebiasaan untuk memberikan alur cerita gelap dengan sangat cepat. Meski saya bermaksud bahwa ini hanya akan menjadi potongan yang ringan. Maaf. Dimana kita? Ah iya, kelinci! Salah satu gagasan untuk asal-usul semua kelinci yang menyenangkan di pulau ini adalah, yakni mereka melarikan diri dari pabrik gas beracun itu.
Karena, untuk menguji efek dari berbagai gas beracun, pemerintah jepang membawa kelinci dalam jumlah besar untuk tujuan ini, dan diperkirakan beberapa dari mereka mungkin telah lolos atau telah dibebaskan oleh pegawai pabrik yang baik hati setelah Perang Dunia II. Meskipun ini tampaknya seperti teori yang masuk akal, namun beberapa ahli tidak setuju dengan pendapat ini, dengan mengatakan bahwa ada 200 kelinci diperkirakan yang berada di fasilitas itu semuanya yang kemudian musnahkan oleh pasukan Amerika saat mereka masuk.
Namun, masih banyak orang yang percaya bahwa setidaknya beberapa kelinci ini mungkin lolos dari nasib nahasnya dan kemudian lepas ke alam bebas, jadi ada harapan beberapa ekornya berhasil bertahan hidup dan akhirnya berkembang biak seperti sekarang ini.
Gagasan lain mengatakan, bahwa beberapa ekor kelinci dilepaskan ke pulau itu oleh anak-anak sekolah pada tahun 1971, setelah itu populasi kelinci menjadi tidak terkendali karena keberadaan mereka hadir tanpa hambatan dari pemangsa alaminya.
Terlepas dari bagaimana kelinci bisa sampai ke ÅŒkunoshima, namun mereka berhasil mencapai angka lebih dari seribu ekor di sepetak tanah kecil yang memiliki panjang hanya 2 mil. Dengan tidak adanya predator, dan undang-undang yang berlaku untuk melindungi mereka, menjadikannya ilegal untuk membunuh atau menyakiti mereka dengan cara apapun, dan lengkap juga dengan larangan membawa kucing dan anjing memasuki pulau tersebut, kelinci liar ÅŒkunoshima berjumlah sangat banyak, dan sifat mereka yang cukup jinak dan selalu ingin tahu telah menjadikan pulau ini sebagai tempat yang sangat populer untuk dikunjungi oleh para turis yang penasaran.
Di sini pengunjung berduyun-duyun melihat, bermain, dan memberi makan banyak kelinci yang berkeliaran, dan video wisatawan yang berinteraksi dengan para penghuni pulau yang berkeliaran di sekitar mereka cukup untuk menjadikannya sebagai sensasi dari sebuah negara yang memuja semua hal imut ini. Memang, pulau ini jauh lebih terkenal dengan kelinci daripada sejarah gelapnya atau museum gas beracun yang dimilikinya.
Namun, popularitas pulau ini dan viralnya foto serta video yang ditimbulkannya di sosial media telah menyebabkan beberapa dampak yang kurang menguntungkan. Karena jumlah pengunjung melonjak drastis, dan dengan jumlah tersebut, kelinci di pulau itu mendapatkan sejumlah besar makanan yang dibawa turis untuk memberi makan kelinci yang memiliki berbagai efek negatif.
Salah satunya adalah bahwa persediaan makanan telah menyebabkan populasi kelinci semakin meroket, dan mereka telah benar-benar menguasai habitat mereka di pulau ini, yang pada gilirannya memiliki dampak yang merugikan pada ekosistem alami yang berada disitu. Memang, sebagian besar vegetasi asli di pulau ini praktis telah dilucuti sampai bersih oleh kelinci yang kelaparan, membuat mereka menjadi lebih bergantung pada makanan yang dibawa oleh para wisatawan.
Ada juga fakta lainnya bahwa banyak makanan yang dibawa oleh pengunjung yang bermaksud baik, namun tanpa sengaja telah membawa makanan yang kurang sehat untuk kelinci. Banyak pengunjung membawa kubis, yang harganya di Jepang memang cukup murah dan nampaknya sangat sesuai untuk kelinci, namun sebenarnya bisa menyebabkan banyak masalah pencernaan dalam skala besar.
Hewan imut yang berbulu ini juga memiliki sifat ingin tahu dan cukup cerdas sehingga sering mencoba mendapatkan makanan yang tidak dimaksudkan untuk mereka, seperti mencuri sandwich, keripik kentang, atau makanan ringan lainnya.
Aliran pengunjung yang tidak konsisten juga menciptakan masalah, karena kelinci makan dalam jumlah besar pada hari-hari yang cerah, namun tidak memiliki makanan apapun selama cuaca buruk saat tidak ada turis yang datang. Ini menjadi masalah kesehatan serius bagi makhluk-makhluk berbulu halus ini karena mereka memerlukan sumber makanan konstan, direktur Animals and Society Institute, Ann Arbor, Michigan, Margo DeMello mengatakan;
Kelinci perlu makan sepanjang waktu dan konsisten. Sekarang mereka mendapatkan makanan dalam jumlah besar pada beberapa hari dan tidak ada makanan di hari lain. Mereka tidak seperti binatang lain yang bisa beradaptasi dengan itu.
Sayangnya, tanda-tanda resmi yang memperingatkan pengunjung untuk tidak memberi makan kelinci seringkali kurang berhasil, karena para wisatawan melihat kelinci liar menggemaskan ini seperti memohon makanan dan para wisatawan mengira dengan memberikan makanan akan benar-benar dapat membantu mereka.
Menambah semua ini adalah, meskipun kelinci mungkin tampak lucu dan imut, namun mereka juga adalah hewan liar yang perlu diberi ruang. Beberapa pengunjung yang terlalu bersemangat sering meperlakukan hewan jinak ini dengan kasar dalam usaha untuk mendapatkan foto selfie yang baik, seringkali tanpa menyadarinya, mereka dapat menyakiti dan melukai kelinci di pulau ini, dan juga menyajikan kesempatan untuk digigit atau tertular penyakit.
Semua faktor yang disebutkan diatas bila dikombinasikan tidak hanya secara praktis akan menghancurkan ekosistem asli ÅŒkunoshima, namun juga dengan memburuknya kesehatan kelinci-kelinci ini sampai pada perkiraan bahwa harapan hidup mereka saat ini diperkirakan hanya 2 tahun lagi, dengan survei yang dilakukan menunjukkan bahwa 28 sampai 50 persen dari hewan-hewan imut itu memiliki luka atau penyakit.
Namun, masih ada harapan untuk kelinci disini, masih ada kesempatan untuk membantu kelinci melalui undang-undang, tindakan, atau pembatasan baru, dan jika situasi seperti saat ini terus berlanjut, maka masa depan Pulau Kelinci bisa dalam bahaya.
Untuk saat ini, kumpulan kelinci terus menjalani kehidupan mewah mereka yang paling istimewa di pulau surga kelinci ini dan para pengunjung masih berkumpul di sini untuk memberi makan, memanjakan, dan mengagumi mereka. Kelinci ÅŒkunoshima telah menjadi raja disini, dan mereka telah mengangkat pulau kecil ini ke tempat yang menggambarkan keimutan yang berlimpah.
Mudah-mudahan cara terbaik akan segera ditemukan untuk menjaga keberadaan kelinci yang tinggal disini, dan orang-orang yang menyukai mereka bisa memiliki pengalaman yang menyenangkan bermain bersama mereka, agar kesemuanya bisa seimbang dengan ekosistem pulau ini. Sementara itu, Pulau kelinci berkembang, dan sementara itu pula kita mungkin tidak akan pernah tahu pasti mengapa kelinci bisa berada di sana, setidaknya mereka bisa menjadi cara alternatif yang cukup baik untuk mengalihkan kengerian dunia dan arus berita buruk yang tidak pernah berakhir. Semoga bermanfaat dan Wassalamualaikum.