Yesus Tidak Disalib, Ia Wafat Di Jepang?
aneh Spiritualterimakasih.eu.org. Halo emosi muda,.. Assalamualaikum. Tidak peduli seperti apa dan seberapa besar nilai religius dari seseorang yang menganut agama samawi (Islam, Kristen dan Yahudi), tidak dapat disangkal lagi bahwa Yesus atau Isa Alaihissalam adalah salah satu tokoh yang mudah dikenali di dalam semua agama ini, dan khususnya didalam agama Kristen, tokoh tersebut menjadi figur utama yang menjadi sentral keyakinan.
Yeses Wafat Di Jepang?
Ada banyak kisah dan petualangan yang dikaitkan dengan sosok ini, namun apakah dari salah satu dari banyak kisah petualangan yang melibatkan Yesus ini pernah membuncah hingga ke zaman Jepang kuno? Rasanya nyaris tidak bisa diterima oleh banyak orang, namun menurut cerita rakyat di sebuah desa pegunungan terpencil di sudut utara Jepang, Yesus tidak hanya melakukan perjalanan ke Jepang, namun juga menemukan tempat peristirahatan terakhirnya di sana ketimbang wafat di kayu salib bukit Golgota.
Mungkin bagi banyak orang, khususnya bagi anda yang menganut keyakinan trinitas kristen, anda akan mulai menggaruk-garuk kepala anda sekarang juga, dan dalam artikel kali ini, terimakasih.eu.org akan mengajak anda menelaah kisah ini, yuk mari kita lihat kisah aneh tentang kehidupan Isa Alaihissalam ini dan mengkaji ada seberapa banyak kebenaran yang terbaring di sana.
Makam Yesus Di Jepang
Terselip di daerah pegunungan prefektur Aomori, di wilayah utara Jepang, adalah sebuah desa bernama Shingō. Ini adalah desa sederhana yang hanya di huni sebanyak 2.632 orang, dan penduduk desa ini umumnya berprofesi sebagai petani dengan gaya hidup pedesaan sederhana.
Sebagian besar penduduk di sini juga beragama Buddha atau Shinto, dengan hanya satu orang penduduk saja yang menganut Kristen dan tidak ada gereja yang dapat di temui. Memang, dari 128 juta warga Jepang, hanya 1% saja yang mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Kristen.
Hal ini menjadi semakin membingungkan dengan hadirnya sebuah legenda yang melibatkan figur tokoh terpenting agama Kristen yang telah mengakar di sini. Sulit untuk membayangkan bahwa dari semua tempat yang ada di dunia ini, Yesus akan menemukan jalan menuju ke sebuah dusun gunung yang terpencil di Jepang, namun kepercayaan ini sudah lama dipelihara oleh orang-orang di daerah ini, dengan tentang apa yang terjadi disini beserta seluruh cerita sama anehnya seperti yang kita duga.
Menurut kisah, Yesus pergi ke Jepang saat ia berusia 21 tahun, selama 12 tahun kesenjangan dalam Injil Perjanjian Baru yang dikenal sebagai "tahun-tahun yang hilang." Yakni tahun-tahun dimana saat itu keadaan Yesus tidak diketahui.
Dikatakan bahwa dia datang untuk belajar teologi (Ilmu agama), dan pendaratan pertamanya di Jepang adalah di sebuah tempat bernama Amanohashidate, yang merupakan sebuah pelabuhan di pantai barat. Setibanya di sana, Yesus dikatakan telah belajar dengan seorang ahli teologi di Gunung Fuji, belajar tentang agama, filsafat, dan tentang bahasa dan budaya Jepang.
Yesus dikatakan telah benar-benar membenamkan dirinya ke dalam gaya hidup Jepang selama hari-harinya di sini. Studi ini berlanjut sampai ia berusia 31 tahun, dan kemudian dia melakukan perjalanan panjangnya kembali ke Yudea, di mana dia menceritakan petualangan eksotisnya di tanah timur yang misterius dan jauh ini, yang disebutnya sebagai tanah suci.
Kuburan yang di yakini sebagai makam Yesus di Shingo |
Di sinilah kisah semakin berubah menjadi lebih aneh lagi. Menurut legenda tersebut, setelah kembali ke tanah airnya, Yesus mengalami keadaan dimana kemudian ia akan dijatuhi hukuman penyaliban, namun ia dapat melarikan diri saat saudaranya, yang disebut "Isukiri" oleh istilah orang Jepang (Isukiri, terdengar identik dengan "Iskariot" atau Judas Iskariot, memang faktanya orang Jepang sering kesulitan untuk mengucapkan frase bahasa diluar bahasa mereka sendiri), Isukiri dipercaya diam-diam bertukar tempat dengannya.
Dalam kisah ini, Isukiri yang disalibkan di kayu salib dan bukan Yesus itu sendiri, sementara Yesus sendiri melarikan diri kembali ke Jepang yang membawa serta tidak lain adalah seikat rambut Siti Maryam atau Perawan Maria dan telinga terputus dari saudara laki-lakinya yang ditakdirkan mati. Setelah menempuh perjalanan darat yang sulit dan melintasi gurun Siberia yang beku, Yesus tiba di kota Hachinohe, Jepang, sebelum akhirnya pergi ke desa terdekat di Shingō.
Dalam pengasingannya di Shingō, Yesus dikenal sebagai Daitenku Taro Jurai, dan dikatakan ia telah mengambil jalan hidup sederhana dengan menanam bawang putih dan membantu orang lain yang membutuhkan. Dia bahkan konon akhirnya menikahi seorang putri petani yang bernama Miyuko dan menjadi ayah dengan tiga orang anak.
Kisah selanjutnya mengatakan bahwa Yesus menjalani kehidupan yang panjang dan bahagia di kota pegunungan ini, ia hidup sampai usia 106 tahun. Saat dia meninggal dunia, jenazahnya menjadi sasaran kebiasaan pemakaman saat itu. Tubuhnya dibentangkan di puncak bukit selama empat tahun, setelah itu kemudian tulang-tulangnya dibundel dan dikebumikan dalam sebuah kuburan yang masih dapat ditemukan di desa tersebut.
Telinga saudara laki-lakinya, Isukiri, dan juga seikat rambut Perawan Maria juga dikuburkan berdampingan dengan makamnya. Sampai hari ini, keturunan Yesus, dikatakan masih hidup dan tinggal di desa itu, mereka dikenal sebagai keluarga Sawaguchi.
Seluruh legenda itu jelas akan tampak konyol, tidak masuk akal, atau bahkan mungkin beberapa orang akan segera menghujat orang-orang yang mempercayai kisah ini, tapi, ada banyak "bukti" yang diumumkan selama bertahun-tahun untuk mendukung keseluruhan dari kebenaran cerita ini.
Termasuk diantaranya adalah beberapa pakaian tradisional di kawasan ini, adanya pakaian yang memiliki bentuk menyerupai jubah toga yang dikenakan oleh pria disini tidak seperti pakaian Jepang lainnya, dan juga kerudung yang dikenakan oleh para wanita, yang semuanya tampak seperti sesuatu yang lebih alkitabiah berasal dari Palestina ketimbang pakaian tradisional Jepang.
Selain itu, beberapa tradisi kuno di kawasan ini yang dianggap tidak memiliki akar budaya Jepang, seperti membawa bayi dalam keranjang anyaman, membungkusnya dengan jubah yang disulam dengan sesuatu yang mirip dengan Bintang Daud, serta prosesi menandai dahi mereka dengan menggunakan arang.
Bahkan dialek daerah ini dikatakan masih memiliki hubungan dengan "Tanah Suci", dengan beberapa kata yang lebih menyerupai bahasa Ibrani ketimbang bahasa Jepang. Bahkan nama desa ini dulunya disebut Herai, yang sangat mirip dalam kata bahasa Jepang yang menyebut bahasa Ibrani sebagai Heburai.
Di atas semua ini, pernah dikatakan bahwa banyak penduduk desa ini memiliki wajah yang tampak jelas asing dan bermata biru, memang kita bisa abaikan bahwa Yesus memiliki mata biru atau tidak, namun mata biru di desa tersebut jelas terlihat sebagai pertanda bahwa mereka adalah keturunan dari seseorang yang bukanlah berasal dari Jepang!
Mungkin salah satu kepingan bukti yang paling dikenal dari legenda ini adalah kumpulan dokumen yang disebut sebagai Takenouchi Documents atau Dokumen Takenouchi yang ditranskripsikan dari sebuah gulungan yang ditemukan di daerah tersebut pada tahun 1936 dan bertanggal pada zaman Yesus.
Dalam gulungan kitab itu ada teks-teks yang diduga menguraikan kehendak dan kesaksian terakhir tentang Yesus Kristus, serta renungan tentang kehidupannya di Jepang. Dokumen-dokumen tersebut dikatakan telah ditulis sekitar 1.500 tahun yang lalu dari dokumen dan gulungan yang lebih tua lagi, dan kemudian diturunkan dari generasi ke generasi oleh keluarga Takenouchi sebelum akhirnya bisa diakses oleh publik pada tahun 1800an.
Dokumen Takenouchi ini, walaupun sangat menjadikan penasaran, namun sebagian besarnya dianggap sebagai hoax, karena dokumen ini merupakan hasil kerja seseorang yang menulisnya ke dalam versi bahasa Jepang, seorang yang memproklamirkan dirinya sebagai "Kosmoarcheologist" bernama Wado Kosaka.
Ini adalah orang yang sama yang menjadi terkenal karena pernah mencoba untuk menghubungi UFO di sebuah saluran TV nasional, jadi informasi apapun yang datang darinya sepertinya masih perlu dipertanyakan. Kemudian lagi, dokumen tersebut hilang selama Perang Dunia II semakin menambah teka-teki.
Dan saat ini, dokumen-dokumen tersebut secara luas dianggap palsu, seorang profesor Universitas Kyoto bernama Toji Kamata bahkan menyebutnya sebagai "Fakelore" alias dongeng. Meskipun begitu, ada dugaan tentang gulungan lain yang telah ditemukan di sini yang menceritakan tentang hari-hari Yesus berada di desa pegunungan ini.
Plakat yang berada di dekat makam Yesus |
Di zaman modern ini, kuburan yang konon tempat Yesus di makamkan, rambut Perawan Maria, dan telinga saudara laki-laki Yesus, semuanya tetap berada di Shingō. Makam Yesus ini sendiri dikenal sebagai Kurisuto no Haka atau dalam bahasa Jepang secara harfiah berarti "Makam Kristus", berada di atas sebuah bukit dengan sebuah salib yang menonjol di atasnya, sementara gundukan yang berisi lainnya terletak di dekatnya.
Reproduksi gulungan Takenouchi, termasuk terjemahannya ke dalam bahasa Inggris, yang menguraikan tentang kehidupan Yesus di sini juga dipegang oleh desa ini. Malah sebenarnya, desa ini memiliki museum untuk itu, yang disebut The Legend of Christ Museum, didedikasikan khusus untuk legenda Yesus di Jepang yang letaknya tidak jauh dari kuburan itu sendiri.
Museum ini berisi dokumen Takenouchi yang direproduksi dan berbagai relik serta memorabilia lainnya yang terkait dengan legenda Yesus.
Sampai hari ini, ada banyak orang penasaran yang tiba di sana menuju kota kecil terpencil ini yang terletak sekitar sekitar 3 jam perjalanan dari Tokyo dengan kereta api untuk melihat kuburan Kristus dengan mata mereka sendiri, dan diperkirakan ada sekitar 20.000 peziarah datang kesini di setiap tahun entah karena semangat religius atau karena rasa ingin tahu yang tinggi.
Ada juga festival yang diadakan di sini setiap musim semi yang disebut Festival Kristus, di mana wanita yang berpakaian kimono menari dan bernyanyi di sekitar makam Yesus. Dalam peristiwa lainnya yang juga agak cukup aneh adalah, pada tahun 2004, duta besar Israel, Eli Cohen datang ke sini dan menyumbangkan sebuah plakat yang ditulis dalam bahasa Ibrani, untuk memperingati hubungan antara Yerusalem dan Shingō. Plakat tersebut kemudian dijelaskan sebagai simbol dari persahabatan dan bukan sebagai dukungan atau pengakuan untuk klaim Yesus di desa tersebut.
Christ Festival aka Festival Kristus |
Tentu saja rasanya ini semua aneh bahwa legenda ini telah menjadi begitu berakar di Shingō, Jepang. Penduduk desa ini kebanyakan menganut agama asli Jepang, yakni Shinto dan hanya ada satu orang Kristen saja yang dilaporkan tinggal di sini. Bahkan orang-orang yang dianggap sebagai keturunan Yesus yang masih hidup dan tinggal di sini bukanlah orang Kristen.
Sedangkan untuk legenda itu sendiri, tidak jelas ada berapa banyak kebenaran, jikapun ada, maka kebenaran dari semua ini masih menjadi misteri. Saat ini, jenazah yang ada di dalam kuburan itu dianggap suci dan belum ada analisis DNA apapun yang dilakukan untuk membongkar semua misteri ini.
Meskipun demikian, apakah seseorang akan percaya ini sebagai mitos atau tidak, tentu tampaknya klaim Shingō sebagai tempat peristirahatan terakhir Yesus Kristus akan terus bertahan dan menarik keingintahuan untuk beberapa waktu ke depan. Akhirul kalam, apapun yang anda percayai, itu kembali kepada pilihan anda sendiri. Semoga anda berfikir dan Wassalamualaikum.