Pengalaman Meruqyah Teman

Pengalaman Meruqyah Teman

Pengalaman Meruqyah Teman

terimakasih.eu.org. Halo emosi muda,.. Assalamualaikum. Kali ini saya akan menceritakan sebuah kisah unik yang cukup mengesankan yang sudah terjadi cukup lama, kisah tentang bagaimana dan untuk pertama kalinya saya meruqyah seorang teman. Pada dasarnya saya hanya memiliki sangat sedikit pengetahuan tentang ruqyah, dan apa yang telah saya lakukan juga disebabkan keterpaksaan karena ketidakberdayaan pada saat itu, namun semua itu pula yang membuat saya semakin yakin bahwa sudah menjadi qadarullah bahwasannya Al-quran merupakan obat dan kesembuhan.

Menurut Wikipedia - Ruqyah merupakan metode penyembuhan dengan membacakan sesuatu pada orang yang sakit baik akibat gangguan sengatan binatang berbisa, ain, gangguan jin maupun sihir bahkan termasuk juga sakit medis. Ruqyah juga terbagi kepada dua golongan yakni:

  • Ruqyah Syari'ah: Yaitu ruqyah yang memakai metode kenabian, yakni merujuk bacaan pada ayat-ayat Al-quran yang dibaca secara jahar (Terdengar jelas), dengan doa yang maknanya diketahui dengan jelas, tidak memakai jimat, tidak menyentuh non muhrim, tidak memakai dupa ataupun kemenyan dan tanpa ada embel-embel kemusyrikan lainnya. Semua metode bacaan ruqyah syariah memiliki dalil dan petunjuk yang sesuai tuntunan sunnah.

  • Ruqyah Syirkiyah: Yaitu ruqyah yang memakai jasa bantuan jin yang biasanya dilakukan oleh dukun, paranormal, atau uskun (Ustad merangkap dukun atau dukun yang menyerupai ustad/ulama). Ciri-ciri ruqyah seperti ini biasanya menggunakan mantra-mantra yang tidak difahami maksudnya, menggunakan jimat seperti keris, buntelan tulisan rajah, batu akik dan benda-benda mistis lainnya. Bisa juga ditandai dengan mengaku bisa melihat perkara gaib, menggunakan kemenyan, bahkan membuka praktek seperti pengisian kekuatan gaib seperti kebal, pengasihan, pelet, pelaris bahkan santet!

Pengalaman Ruqyah

Nah kisah yang saya ceritakan kali ini bukan kisah ruqyah syirkiyah lho, tapi ruqyah syari'ah sederhana yang luar biasa menurut saya. Kisah ini bermula ketika saya menginap di rumah seorang teman dekat yang saking dekatnya saya seringkali menginap di rumah teman saya tersebut. Saya dan teman saya tersebut (sebut saja namanya Ali) memang telah berteman cukup lama di karenakan kesamaan pandangan dan pengalaman hidup.

Rumah teman saya ini bisa dibilang tidak begitu jauh dari kota Banda Aceh, namun saat itu di kawasan tersebut jika malam hari tiba, sering keluarnya gerombolan anjing liar yang tak jarang terdengar suka menggigit orang-orang. Malam itu seingat saya adalah malam sabtu, setelah berbicara panjang sampai antah berantah hingga larut malam saya memutuskan untuk kembali menginap di rumah teman saya itu, berhubung malam telah larut dan sepeda motor untuk pulang juga sedang dalam keadaan sakit.

Pada malam itu juga, abang kandung teman saya itu (sebut saja namanya Nafi) juga ternyata menginap di rumah teman saya itu, dan kami bertiga beristirahat dikamar yang sama. Dari awalnya saya sudah melihat ada sesuatu yang kurang beres dengan abang teman saya tersebut. Ia seringkali menekan telinga sebelah kirinya sambil meringis kesakitan. Sempat mendengar pembicaraan antara teman saya dengan abangnya, terdengar bahwa tadi sore telinga kiri abangnya kemasukan sesuatu mungkin seperti serangga yang menyebabkan telinga kirinya terasa sakit.

Malam semakin larut, suara jangkrik terasa mengisi kesunyian malam. Namun sayangnya mata tak bisa terpejam karena terdengar suara rintihan kesakitan dari mulut abang teman saya itu. Bahkan semakin lama semakin keras, terlihat air mata mengalir menandakan rasa sakit yang luar biasa di tanggungnya.

Pukul dua dini hari rasa sakit itupun semakin menjadi-jadi, Nafi mengerang kesakitan sambil sesekali menampar telinga kirinya. Saya dan Ali berusaha memberi saran agar kami bertiga segera keluar mencari pengobatan terdekat atau setidaknya menuju rumah sakit yang jaraknya cukup jauh. Namun Nafi menolak, ia mengatakan bahwa ia tidak sanggup untuk berjalan, rasa sakit di telinganya itu sangat menyiksanya, lagipula jalan kurang aman karena terdengar gonggongan anjing liar sedang berkeliaran di jalanan.

Rasa sakit itupun akhirnya mencapai puncak, Nafi mengerang seperti orang yang kehilangan akal sehat, ia membentur-benturkan kepalanya sendiri ke dinding hingga terdengar suara dinding bergetar. Kami pun panik, berusaha mencegah agar Nafi tidak lagi membenturkan kepalanya, namun ia terus memberontak dan berusaha menabrakkan kepalanya ke dinding lagi dan lagi. Sambil berurai air mata ia terus mengutuk rasa sakit itu dan berulangkali membenturkan kepalanya ke dinding. Ia meracau kurang jelas dan terlihat mimik wajah lelah dan marah karena rasa sakit yang menghujam di telinga kirinya.

Ali bertanya kepada saya, apakah saya bisa "Meurajah" (Ritual pengobatan dalam bahasa Aceh) untuk menghilangkan rasa sakit abangnya? Namun saya menjawab bahwa saya tidak punya kemampuan seperti itu, dan memang tidak pernah belajar ilmu meurajah. Saya katakan kepada Ali dan abangnya Nafi yang sedang meringis kesakitan, bahwa saya akan mencoba membuat air penyembuhan untuk meringankan sakit yang di derita oleh Nafi.

Demi Allah saat itu saya tidak faham dengan yang namanya Ruqyah, bahkan saya sendiri ragu saat mengatakan hal itu, semua itu keluar spontan dari bibir saya hanya untuk menghibur hati mereka berdua. Ali kemudian mengatakan jika sebaiknya segera saja saya mencoba menolongnya. Pada saat itu saya memang super bingung tidak tahu apa yang akan saya perbuat, yang saya ingat adalah apa yang dilakukan oleh guru mengaji saya dahulu, yakni mengambil segelas air putih dan membacakan ayat-ayat Al-quran. Ada berapa jumlah surat atau ayat-ayat apa saja yang harus dibaca saya tidak tahu. Ya sudah, saya putuskan untuk membaca surat-surat pendek yang saya ingat saja, ucap saya dalam hati dengan penuh keraguan.

Saya langsung kebelakang dan mengambil air wudhu, kemudian saya ambil segelas air putih, lantas saya pun mulai sholat hajat 2 raka'at. Selesai sholat saya langsung berdoa agar abang teman saya itu diberikan kesembuhan. Saya mengambil air putih tadi dan kemudian saya bacakan:

  1. Surat Al-fatihah 3X
  2. Surat Al-Ikhlas 3X
  3. Surat Al-Falaq 3X
  4. Surat An-Nass 3X
  5. Ayat Kursyi 3X


Setiap selesai membaca satu surat lantas saya tiupkan air putih tersebut, (entah benar begitu caranya, mana saya tahu), yang penting saat itu dalam pikiran saya hanyalah membuat air yang insha Allah bisa jadi obat!

Saat membaca ayat-ayat Al-Qur'an tersebut hati saya serasa teriris-iris, bagaimana tidak teriris-iris? Saya yang merasa berlinang dosa dan maksiat lho kok malah tiba-tiba membuat air Ruqyah seperti para alim atau orang soleh lakukan? Bahkan saat itu saya merasa sangat ragu bahwa ruqyah yang saya lakukan mungkin tidak akan bermanfaat sama sekali karena saya sadar siapa diri saya ini. Bahkan sholat saja sering keteteran dan prilaku masih jauh dari yang namanya baik.

Tapi ya sudahlah, saat itu saya pasrah saja, apakah ini berhasil atau gagal, setidaknya saya sudah berusaha membantu orang lain fikir saya. Alhasilnya bacaan ruqyah saya tidak khusyu', sambil membaca ayat-ayat tersebut, pikiran saya melayang kesana kemari teringat dosa dan diri yang hina ini plus suara meronta Nafi yang sedang kesakitan membuat saya sesekali lupa jumlah bacaan.

Selesai saya membaca ayat-ayat tersebut, saya kembali berdoa dan berharap agar Allah sudi memberikan kesembuhan kepada abang teman saya tersebut, dan setelah itu langsung saja saya berikan air putih itu kepada Nafi dan dia pun langsung meminumnya sampai habis seperti orang yang sedang sangat kehausan, setelah meminum air tersebut tiba-tiba saja badannya tergeletak lemas dan diam.

Saya dan Ali saling berpandangan, bertanya-tanya dalam hati apakah air ruqyah yang saya berikan mustajab atau tidak. Kurang lebih tiga menit kemudian kami pun memastikan bahwa Nafi sudah tertidur pulas setelah kelelahan menahan sakit. Teman saya, Ali mengucapkan banyak terimakasih karena saya sudah membantu abangnya keluar dari rasa sakit tersebut. Saya hanya cengengesan masih belum percaya bahwa air ruqyah yang saya buat tadi ternyata sangat efektiv. Alhamdulillah kami pun berusaha kembali melanjutkan tidur, sayangnya gantian saya yang tidak bisa tidur memikirkan apa yang baru saja terjadi.

Saya terus bertanya-tanya dalam hati, melihat apa yang telah terjadi saya merasa yakin bahwa doa saya terkabul, tapi mengapa? Mengapa doa orang seperti saya bisa terkabul? Mengapa Allah mengizinkan ruqyah yang saya lakukan? Mengapa saya ragu? Mengapa orang yang sering melakukan maksiat seperti saya ini meruqyah? Timbul ribuan pertanyaan yang memaksa saya untuk mengkaji ulang tentang apa yang telah saya lakukan selama ini hingga mata pun terlelap. Terus sholat subuh? Sayang sekali terlewat juga +_+'

Pukul 11 siang saya terjaga, setelah mencuci muka saya pun langsung berniat pulang kerumah (jangan ditanya kapan mandi paginya). Di ruang tamu Nafi ternyata sudah menunggu saya dengan kopi plus sarapan. Dia terus tersenyum dan tak henti-henti mengucapkan terimakasih karena saya telah meruqyahnya, lagi-lagi saya hanya cengengesan sambil berkata "Saya hanya berusaha, namun Allah yang menyembuhkan" layaknya ucapan seorang ahli ruqyah hehehehe. Padahal dalam hati saya masih belum percaya apa yang telah terjadi semalam. Nafi bilang bahwa tadi pagi ada sesuatu yang keluar dari telinga kirinya dan sudah tidak lagi merasakan sakit. Setelah menikmati segelas kopi dan sejumput sarapan saya pun meminta izin untuk pulang.

Namun saat berpamitan Nafi menyelipkan beberapa lembar uang yang lumayan, saya menolaknya karena merasa gak pantas, namun ia terus memaksa. Alhasilnya saya minta saja supaya uang tersebut lebih baik di sumbangkan saja kepada yatim, duafa atau mesjid, lagian saat itu saya juga merasa sedang banyak uang, setelah berusaha meyakinkan Nafi akhirnya dia setuju juga untuk menyumbangkan uang itu, soalnya dia capek juga melayani saya yang keras kepala menolak pemberian hehehhe. Saya pun pulang.

Nah pemirsa blog terimakasih.eu.org yang saya kagumi.. cieee wkwkwkwk. Begitulah kisah saya meruqyah abang teman saya. Sungguh sangat ajaib, sesuatu yang awalnya sangat saya ragukan namun Allah berkehendak lain. Sejak saat itu saya semakin yakin dengan pengobatan Al-Qur'an dan membuka wawasan saya untuk mempelajari ruqyah sesuai tuntunan sunnah. Semoga kisah ini bisa di ambil pelajaran dan mohon maaf apabila ada kata yang salah, semoga anda berfikir dan Wassalamualaikum.


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم


وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا

Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian. (Surat Al-Isra`: 82)